
Internasional
Duh! Aktivitas Manufaktur China Turun, Karena Corona?
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
31 January 2020 13:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas manufaktur China turun di Januari 2020. Sebagaimana diumumkan Biro Statistik Nasional China, Purchasing Manager's Index (PMI) turun tipis dari 50,2 di Desember menjadi 50.
Angka di atas 50 menunjukkan adanya ekspansi. Sementara di bawah itu menunjukkan kontraksi.
Meski demikian aktivitas non-manufaktur justru naik, menjadi 54,1 dari Desember lalu 53,5. Tingginya permintaan saat libur Tahun Baru Imlek berkontribusi.
Banyak yang mengaitkan penurunan indeks manufaktur ini karena tekanan dari corona. China saat ini menghadapi ganasnya virus corona, yang membuat sejumlah kota pusat industri ditutup.
Ekonom dari United Overseas Bank, Ho Woei, mengatakan angka ini tidak merefleksikan pengaruh virus corona secara keseluruhan.
"Dampak langsung tentu ke pariwisata dan transportasi," katanya sebagaimana dilansir AFP.
"Ini juga akan berpengaruh langsung dan cepat ke konsumsi swasta dan aktivitas industri di China, apalagi banyak perusahaan kini tutup sementara dan sejumlah wilayah dikarantina."
Tapi, ia optimis jika virus bisa dikendalikan selama semester-I 2019, ekonomi China masih bisa mengalami kenaikan di semester-II.
Sebelumnya pada 2019 ekonomi China mengalami perlambatan paling dalam, di tiga dekade terakhir. Ini seiring dengan stagnan-nya permintaan domestik dan ketegangan perdagangan dengan AS.
Dari survei ekonom yang dilakukan AFP, di kuartal III 2019 PDB China hanya 6,0%, atau turun dari 6,2% di kuartal II 2019 lalu.
Selanjutnya, menurut Dana Moneter Internasional (IMF) proyeksi pertumbuhan ekonomi China akan semakin melambat pada tahun 2020.
Dalam laporan World Economic Outlook, IMF mengatakan ekonomi China bisa tumbuh hanya 5,8% tahun depan (2020), lebih lambat dari proyeksi 6,1% untuk 2019. Sebelumnya di 2018, ekonomi China tumbuh 6,6%.
(sef/sef) Next Article Aktivitas Manufaktur RI Ekspansif, Tapi Melambat
Angka di atas 50 menunjukkan adanya ekspansi. Sementara di bawah itu menunjukkan kontraksi.
Meski demikian aktivitas non-manufaktur justru naik, menjadi 54,1 dari Desember lalu 53,5. Tingginya permintaan saat libur Tahun Baru Imlek berkontribusi.
Ekonom dari United Overseas Bank, Ho Woei, mengatakan angka ini tidak merefleksikan pengaruh virus corona secara keseluruhan.
"Dampak langsung tentu ke pariwisata dan transportasi," katanya sebagaimana dilansir AFP.
"Ini juga akan berpengaruh langsung dan cepat ke konsumsi swasta dan aktivitas industri di China, apalagi banyak perusahaan kini tutup sementara dan sejumlah wilayah dikarantina."
Tapi, ia optimis jika virus bisa dikendalikan selama semester-I 2019, ekonomi China masih bisa mengalami kenaikan di semester-II.
Sebelumnya pada 2019 ekonomi China mengalami perlambatan paling dalam, di tiga dekade terakhir. Ini seiring dengan stagnan-nya permintaan domestik dan ketegangan perdagangan dengan AS.
Dari survei ekonom yang dilakukan AFP, di kuartal III 2019 PDB China hanya 6,0%, atau turun dari 6,2% di kuartal II 2019 lalu.
Selanjutnya, menurut Dana Moneter Internasional (IMF) proyeksi pertumbuhan ekonomi China akan semakin melambat pada tahun 2020.
Dalam laporan World Economic Outlook, IMF mengatakan ekonomi China bisa tumbuh hanya 5,8% tahun depan (2020), lebih lambat dari proyeksi 6,1% untuk 2019. Sebelumnya di 2018, ekonomi China tumbuh 6,6%.
(sef/sef) Next Article Aktivitas Manufaktur RI Ekspansif, Tapi Melambat
Most Popular