
Internasional
Bukan Iran, Korut yang Terbukti 'Nakal' Kembangkan Nuklir
Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
11 February 2020 17:23

Jakarta, CNBC Indonesia - Negara yang dipimpin oleh Kim Jong-Un, Korea Utara (Korut) rupanya terus meningkatkan program rudalĀ nuklir dan balistik. Padahal tahun lalu, program-program ini sudah diganjar sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Menurut laporan rahasia AS yang dikutip dari Reuters, Korut juga mengimpor minyak sulingan dan mengekspor sekitar US$ 370 juta (kurang lebih Rp 5 miliar) batu bara dengan bantuan tongkang China. Hal ini juga dilakukan secara ilegal.
Laporan setebal 67 halaman tersebut diberikan kepada komite sanksi Dewan Keamanan PBB, yang akan diumumkan bulan depan. Laporan ini muncul bersamaan dengan pembicaraan denuklirisasi yang terhenti dengan Amerika Serikat (AS).
"Pada tahun 2019, Republik Rakyat Demokratik Korea (Korut) tidak menghentikan program rudal nuklir dan balistiknya yang tidak sah, (bahkan) terus ditingkatkannya, (padahal) ini melanggar resolusi Dewan Keamanan," tulis saksi independen PBB yang pemantau sanksi.
"Meskipun memiliki kemampuan asli yang luas, ia menggunakan pengadaan eksternal ilegal untuk beberapa komponen dan teknologi."
Sebelumnya, Korut menegaskan tidak lagi terikat dengan komitmen untuk menghentikan pengujian nuklir dan rudal. Korut menyalahkan AS yang gagal memenuhi batas waktu hingga akhir 2019.
Korut telah dikenai sanksi oleh AS sejak tahun 2006. Sanksi diberikan guna memotong dana program rudal nuklir dan balistik Pyongyang.
Dalam laporannya, AS mengatakan Korut melakukan 13 uji coba rudal di tahun 2019, dengan meluncurkan sedikitnya 25 rudal. Termasuk tipe baru jarak pendek dan rudal balistik yang diluncurkan kapal selam.
Para pemantau sanksi juga menyimpulkan bahwa Korut terus melakukan serangan dunia maya terhadap lembaga keuangan dan pertukaran mata uang digital secara global.
"Serangan-serangan ini telah mengakibatkan kerugian moneter dan telah memberikan pendapatan ilegal bagi DPRK yang melanggar sanksi keuangan. Serangan-serangan ini berisiko rendah, hadiah tinggi, sulit dideteksi, dan peningkatan kecanggihan mereka dapat menggagalkan atribusi," kata laporan itu.
(sef/sef) Next Article Ada Apa Nih? Tiba-tiba Kim Jong Un Muncul Gelar Rapat Militer
Menurut laporan rahasia AS yang dikutip dari Reuters, Korut juga mengimpor minyak sulingan dan mengekspor sekitar US$ 370 juta (kurang lebih Rp 5 miliar) batu bara dengan bantuan tongkang China. Hal ini juga dilakukan secara ilegal.
"Pada tahun 2019, Republik Rakyat Demokratik Korea (Korut) tidak menghentikan program rudal nuklir dan balistiknya yang tidak sah, (bahkan) terus ditingkatkannya, (padahal) ini melanggar resolusi Dewan Keamanan," tulis saksi independen PBB yang pemantau sanksi.
"Meskipun memiliki kemampuan asli yang luas, ia menggunakan pengadaan eksternal ilegal untuk beberapa komponen dan teknologi."
Sebelumnya, Korut menegaskan tidak lagi terikat dengan komitmen untuk menghentikan pengujian nuklir dan rudal. Korut menyalahkan AS yang gagal memenuhi batas waktu hingga akhir 2019.
Korut telah dikenai sanksi oleh AS sejak tahun 2006. Sanksi diberikan guna memotong dana program rudal nuklir dan balistik Pyongyang.
Dalam laporannya, AS mengatakan Korut melakukan 13 uji coba rudal di tahun 2019, dengan meluncurkan sedikitnya 25 rudal. Termasuk tipe baru jarak pendek dan rudal balistik yang diluncurkan kapal selam.
Para pemantau sanksi juga menyimpulkan bahwa Korut terus melakukan serangan dunia maya terhadap lembaga keuangan dan pertukaran mata uang digital secara global.
"Serangan-serangan ini telah mengakibatkan kerugian moneter dan telah memberikan pendapatan ilegal bagi DPRK yang melanggar sanksi keuangan. Serangan-serangan ini berisiko rendah, hadiah tinggi, sulit dideteksi, dan peningkatan kecanggihan mereka dapat menggagalkan atribusi," kata laporan itu.
(sef/sef) Next Article Ada Apa Nih? Tiba-tiba Kim Jong Un Muncul Gelar Rapat Militer
Most Popular