
Corona Menggila, Produk-Produk Ritel Ini Bisa Kena Dampaknya
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
11 February 2020 14:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Wabah virus corona yang menghantam China dan beberapa negara sudah makan korban 1.000 jiwa lebih, memunculkan kekhawatiran yang serius terhadap risiko bisnis di Indonesia terutama sektor ritel. Sektor ritel termasuk yang rentan karena terkait produk jadi maupun produk bahan baku penolong yang bersumber dari China.
Anggota Dewan Penasihat Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) Tutum Rahanta mengatakan secara prinsip memang tak ada larangan impor produk dari China kecuali hewan hidup.
Namun, yang jadi catatan adalah larangan terbang dari dan ke China, dan juga masa libur imlek di China yang diperpanjang karena wabah corona mempengaruhi kegiatan produksi sehingga berisiko pada pasokan barang jadi dan bahan baku dari China.
Tutum mengatakan barang-barang asal China di sektor ritel tak semuanya berbentuk produk jadi, tapi justru yang paling banyak adalah produk bahan baku untuk industri dalam negeri.
Pertama, untuk produk jadi di sektor makanan antara lain produk olahan dalam kemasan kaleng seperti caisim, makarel dan sebagainya. Produk jadi asal China lainnya yaitu produk-produk perkakas dan peralatan rumah tangga. Juga ada produk-produk buah-buahan.
Kedua, produk-produk bahan baku atau penolong yang dari China antara lain aksesoris pakaian, yang banyak dipakai oleh industri rumahan dalam negeri untuk proses produksi pakaian yang dibutuhkan peritel. Juga ada produk bahan baku bawang putih impor asal China yang biasa dipakai oleh industri makanan kemasan.
Selain itu, ada produk komponen ponsel yang proses produksinya sudah dilakukan di Indonesia. Komponen-komponen elektronik sebagian besar masih didatangkan dari China.
"Kalau jangka panjang kalau tak ada substitusi tentu bahaya, tapi pasti pelaku usaha mencari substitusi," katanya.
Ia memperkirakan wabah corona bila berlanjut sampai 2-3 bulan ke depan, tentu akan sangat mengkhawatirkan karena terkait dengan stok barang jadi di ritel maupun bahan baku di industri dalam negeri asal China.
"Pasti ada jalan keluar, biasanya dengan musim panas hilang (virus)," harap Tutum.
(hoi/hoi) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Anggota Dewan Penasihat Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) Tutum Rahanta mengatakan secara prinsip memang tak ada larangan impor produk dari China kecuali hewan hidup.
Namun, yang jadi catatan adalah larangan terbang dari dan ke China, dan juga masa libur imlek di China yang diperpanjang karena wabah corona mempengaruhi kegiatan produksi sehingga berisiko pada pasokan barang jadi dan bahan baku dari China.
Tutum mengatakan barang-barang asal China di sektor ritel tak semuanya berbentuk produk jadi, tapi justru yang paling banyak adalah produk bahan baku untuk industri dalam negeri.
Pertama, untuk produk jadi di sektor makanan antara lain produk olahan dalam kemasan kaleng seperti caisim, makarel dan sebagainya. Produk jadi asal China lainnya yaitu produk-produk perkakas dan peralatan rumah tangga. Juga ada produk-produk buah-buahan.
Kedua, produk-produk bahan baku atau penolong yang dari China antara lain aksesoris pakaian, yang banyak dipakai oleh industri rumahan dalam negeri untuk proses produksi pakaian yang dibutuhkan peritel. Juga ada produk bahan baku bawang putih impor asal China yang biasa dipakai oleh industri makanan kemasan.
Selain itu, ada produk komponen ponsel yang proses produksinya sudah dilakukan di Indonesia. Komponen-komponen elektronik sebagian besar masih didatangkan dari China.
"Kalau jangka panjang kalau tak ada substitusi tentu bahaya, tapi pasti pelaku usaha mencari substitusi," katanya.
Ia memperkirakan wabah corona bila berlanjut sampai 2-3 bulan ke depan, tentu akan sangat mengkhawatirkan karena terkait dengan stok barang jadi di ritel maupun bahan baku di industri dalam negeri asal China.
"Pasti ada jalan keluar, biasanya dengan musim panas hilang (virus)," harap Tutum.
(hoi/hoi) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Most Popular