Dolar AS KO, tapi Rupiah Loyo vs Dolar Singapura & Australia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 February 2020 13:32
Wabah virus corona masih menjadi isu utama yang menggerakkan pasar finansial.
Foto: detik.com
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) tetapi masih loyo di hadapan dolar Singapura dan Australia.

Pada pukul 11:00 WIB, rupiah menguat 0,04% melawan dolar AS di Rp 13.685/US$, sementara melawan dolar Singapura dan Australia melemah masing-masing 0,12% dan 0,19% ke Rp 9.861,67/SG$ dan Rp 9.170,46/AU$.

Wabah virus corona masih menjadi isu utama yang menggerakkan pasar finansial. Berdasarkan data dari ArcGis, total korban meninggal akibat virus corona kini menjadi 1.016 orang, dan telah menjangkiti lebih dari 43.000 orang di berbagi negara.



Para pelaku pasar masih menerka-nerka seberapa besar virus corona akan berdampak pada perkonomian, khususnya China yang merupakan asal wabah tersebut. Sehingga sentimen pelaku pasar masih belum benar-benar membaik, yang membuat rupiah belum mampu perkasa lagi melawan dolar Singapura dan Australia.

Apalagi melihat kinerja rupiah sejak awal tahun yang cukup impresif melawan kedua mata uang tersebut. Sepanjang tahun ini hingga Senin kemarin, rupiah menguat 4,6% melawan dolar Singapura, dan 6,24% melawan dolar Australia. Saat sentimen pelaku pasar masih dibayangi kecemasan akan pelambatan ekonomi, tentunya pelaku pasar akan mencairkan cuan dari penguatan tajam rupiah tersebut, sehingga memicu aksi ambil untung (profit taking).  

Hasil riset S&P menunjukkan pertumbuhan ekonomi China bisa terpangkas 1,2% akibat virus corona. Kala ekonomi China melambat, negara-negara lain tentunya juga akan terseret, sebabnya Negeri Tiongkok merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia setelah AS.



Selain itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) hari ini melaporkan penjualan eceran pada Januari 2020 mengalami penurunan sejalan dengan pola musimannya pada awal tahun. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Januari 2020 yang diprakirakan -3,1% year-on-year (YoY).

Penurunan penjualan eceran di awal tahun memang sudah menjadi pola musiman, geliat perekonomian biasanya memang belum kencang. Tetapi penurunan di akhir tahun lalu yang bisa dikatakan menjadi "masalah". Pada bulan Desember 2019 penjualan IPR turun 0,5% YoY, di saat libur Natal dan Tahun Baru yang biasanya menjadi musim belanja. Penurunan tersebut bisa jadi memberikan gambaran daya beli masyarakat saat ini memang rendah.

Rilis data tersebut membuat rupiah kesulitan bangkit dari tekanan aksi profit taking.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]




(pap/pap) Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular