
Korban Corona Terus Bertambah, Harga SUN Menguat Tipis

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah menguat tipis hingga siang ini, Selasa (11/2/2020), di tengah situasi pasar keuangan global yang masih jenuh jual karena virus corona Wuhan yang sudah merenggut lebih dari 1.000 korban meninggal dunia.
Penguatan terjadi juga seiring dengan jadwal lelang yang digelar tadi siang terhadap surat berharga negara (SBN) syariah, atau yang biasa dikenal dengan nama sukuk negara.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yieldobligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yieldturun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0080 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield1,9 basis poin (bps) menjadi 7,11%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 11 Feb'20 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 10 Feb'20 (%) | Yield 11 Feb'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 10 Feb'21 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 5.955 | 5.945 | -1.00 | 5.9296 |
FR0082 | 10 tahun | 6.592 | 6.587 | -0.50 | 6.5724 |
FR0080 | 15 tahun | 7.134 | 7.115 | -1.90 | 7.0947 |
FR0083 | 20 tahun | 7.306 | 7.314 | 0.80 | 7.2919 |
Sumber: Refinitiv
Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yieldobligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yieldsurat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 502 bps, menyempit dari posisi kemarin 504 bps. Yield US Treasury10 tahun naik 1,6 bps hingga 1,56% dari posisi kemarin 1,54%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada yieldpasangan seri 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, dan 3 bulan-10 tahun.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yieldseri lebih pendek dibanding yieldseri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yieldterbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 11 Feb'20 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 10 Feb'20 (%) | Yield 11 Feb'20 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 1.567 | 1.575 | 3 bulan-5 tahun | 19.5 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.377 | 1.385 | 2 tahun-5 tahun | 0.5 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.355 | 1.369 | 3 tahun-5 tahun | -1.1 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.367 | 1.38 | 3 bulan-10 tahun | 1.2 |
UST 2028 | 10 Tahun | 1.547 | 1.563 | 2 tahun-10 tahun | -17.8 |
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.065,42 triliun SBN, atau 38,03% dari total beredar Rp 2.801 triliun berdasarkan data per 7 Februari.
Angka itu menunjukkan kepemilikan investor asing masih keluar dari pasar SUN senilai Rp 11,64 triliun sejak akhir pekan sekagus akhir bulan lalu. Sejak awal tahun ini, posisi investor asing masih positif tipis Rp 3,56 triliun dibanding posisi akhir Desember 2019 Rp 1.061,86 triliun, tetapi persentasenya masih turun dari 38,57% pada periode yang sama.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, koreksi harga masih terjadi secara luas sehingga yieldmayoritas obligasi negara naik.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 10 Feb'20 (%) | Yield 11 Feb'20 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil (BB-) | 6.61 | 6.555 | -5.50 |
China (A+) | 2.82 | 2.853 | 3.30 |
Jerman (AAA) | -0.412 | -0.408 | 0.40 |
Prancis (AA) | -0.162 | -0.17 | -0.80 |
Inggris Raya (AA) | 0.557 | 0.556 | -0.10 |
India (BBB-) | 6.44 | 6.452 | 1.20 |
Jepang (A) | -0.058 | -0.051 | 0.70 |
Malaysia (A-) | 3.026 | 2.997 | -2.90 |
Filipina (BBB) | 4.421 | 4.431 | 1.00 |
Rusia (BBB) | 6.16 | 6.19 | 3.00 |
Singapura (AAA) | 1.712 | 1.692 | -2.00 |
Thailand (BBB+) | 1.23 | 1.25 | 2.00 |
Amerika Serikat (AAA) | 1.547 | 1.563 | 1.60 |
Afrika Selatan (BB+) | 8.89 | 8.875 | -1.50 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/tas) Next Article Rupiah Stabil & AS-Iran Mulai Adem, Harga SUN Mulai Terangkat
