Harga Gas Ditekan Bisnis LNG Masuk, Ini Potensi Cuan PGN

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 February 2020 15:05
PGN Masuk ke Bisnis LNG
Foto: PGN Perluas Pembangunan Infrastruktur Gas Bumi (Dok PGN)
Untuk menjaga kinerja keuangan, PGN akan masuk ke bisnis gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG). Sebelumnya, bisnis LNG dijalankan oleh Pertagas, anak usaha PT Pertamina.

"PGN siap menuntaskan dan menjalankan penugasan program strategis Pemerintah untuk memperluas pemanfaatan gas bumi dalam negeri," kata Gigih Prakoso, Direktur Utama PGN, kemarin.

Gigih menambahkan, bisnis LNG nantinya akan mencukup dua poin. Pertama adalah penjual, kedua masuk ke tender LNG untuk tujuan ekspor.


Mengutip laporan Pertagas periode 2018, total pendapat usaha 2018 adalah US$ 68,44 juta. Naik 0,62% dibandingkan 2017.

Berikut rincian pendapatan usaha Pertagas:

 

Nantinya potensi pendapatan serupa akan dinikmati oleh PGN. Mengutip laporan keuangan PGN periode September 2019, pendapatan PGN tercatat US$ 2,81 miliar dalam kurun waktu sembilan bulan pertama tahun lalu. Turun 2,77% dibandingkan periode yang sama pada 2018.

Penurunan harga gas boleh jadi akan membuat pendapatan PGN semakin tergerus. Akibatnya, laba kemungkinan bisa turun lagi.

Pada Januari-September 2019, laba bersih PGN adalah US4 129,11 juta. Turun signifikan 47,16% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.


Secara operasional, sebenarnya PGN masih sehat. Laba sebelum pembayaran bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) PGN pada Januari-September 2019 adalah Rp 10 triliun. Membaik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu Rp 7,4 triliun.

Dengan beralihnya bisnis LNG diharapkan beban keuangan PGN bisa berkurang. Dengan begitu, perseroan bisa tetap menjalankan tugas tanpa membuat investor kebat-kebit.

Direktur Utama PGN Gigih Prakoso mengatakan optimalisasi ini akan menyasar beberapa negara sampai Eropa.

"Kami juga melakukan pengembangan trading LNG untuk optimilisasi portofolio," ungkapnya dalam rapat dengar pendapat (RDP) di Komisi VII DPR RI, Senin, (11/02/2020).

Lebih lanjut Gigih menerangkan, potensi permintaan pasar di Eropa mencapai 1-2 kargo tahun 2020. China, potensi permintaanya 6-7 kargo per tahun. Jepang, potensi permintaanya 1-2 kargo tahun 2020.

Kemudian, Filipina potensi potensi permintaanya 1 Metrik Ton Per Annum (MTPA) (18 kargo per tahun). Dan terakhir Myanmar, potensial demandnya 0,5 MTPA (9 kargo pertahun).


TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/gus)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular