Harga Gas Ditekan Bisnis LNG Masuk, Ini Potensi Cuan PGN

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 February 2020 15:05
Harga Gas Ditekan Bisnis LNG Masuk, Ini Potensi Cuan PGN
Foto: PGN Perluas Pembangunan Infrastruktur Gas Bumi (Dok PGN)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah semakin serius untuk merealisasikan penurunan harga gas industri. Kebijakan ini bisa berdampak terhadap kinerja keuangan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).

Sesuai amanat Presiden Joko Widodo (Jokowi), harga gas industri harus turun ke US$ 6/mmbtu. Namun belum semua industri bisa menikmatinya. Di industri keramik, harga gas masih US$ 7,7/mmbtu, kaca US$ 7,5/mmbtu, sarung tangan karet US$ 9,9/mmbtu, dan oleokimia US$ 8-10/mmbtu.

Namun kalau melihat negara-negara lain, sebenarnya harga gas di Indonesia sudah relatif murah tanpa harus dipaksa turun. Rata-rata harga gas di kawasan Asia-Pasifik adalah US$ 8/mmbtu.

International Gas Union

Lagipula, pasar akan merespons negatif kala pemerintah mulai coba mengutak-atik harga. Upaya intervensi harga membuat pasar 'menghukum' saham PGN.

Secara year-to-date, saham perseroan anjlok 27,8%. Luar biasa...

 

Hal serupa pernah terjadi di industri semen. Pada awal 2017, Presiden Jokowi memberi titah bahwa harga semen harus sama dari Aceh hingga Papua. Satu harga.

Kala itu, harga saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) sempat amblas 7,41% dalam sehari. Sepanjang 2017, harga saham Semen Indonesia ambrol 29,63%.


Contoh lain adalah ketika Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkenalkan kebijakan pembatasan suku bunga deposito pada akhir September 2014. Saat itu, OJK menilai suku bunga dana perbankan telah di luar kewajaran. Tingginya suku bunga dana akan berdampak pada ekonomi biaya tinggi, perlambatan ekspansi kredit, peningkatan risiko kredit, penurunan aktivitas perekonomian, dan terhambatnya pertumbuhan ekonomi.

Pada awal hari pertama Oktober 2014, harga saham perbankan berjatuhan. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) amblas 2,24%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) terkoreksi 3,76%, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) minus 0,57%.

"Kontrol atas harga mengabaikan dinamika pasokan dan permintaan (supply and demand), fondasi dasar dari seluruh aktivitas ekonomi. Ketika harga ditetapkan di bawah level alamiahnya, maka arus modal akan meninggalkan industri tersebut untuk mencari keuntungan di tempat lain. Ini membuat inovasi menjadi terbatas," papar Fiona Scott Morton, Profesor di Yale School of Management, dalam tulisan berjudul The Problems of Price Control yang diterbitkan oleh Cato Institute.


Untuk menjaga kinerja keuangan, PGN akan masuk ke bisnis gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG). Sebelumnya, bisnis LNG dijalankan oleh Pertagas, anak usaha PT Pertamina.

"PGN siap menuntaskan dan menjalankan penugasan program strategis Pemerintah untuk memperluas pemanfaatan gas bumi dalam negeri," kata Gigih Prakoso, Direktur Utama PGN, kemarin.

Gigih menambahkan, bisnis LNG nantinya akan mencukup dua poin. Pertama adalah penjual, kedua masuk ke tender LNG untuk tujuan ekspor.


Mengutip laporan Pertagas periode 2018, total pendapat usaha 2018 adalah US$ 68,44 juta. Naik 0,62% dibandingkan 2017.

Berikut rincian pendapatan usaha Pertagas:

 

Nantinya potensi pendapatan serupa akan dinikmati oleh PGN. Mengutip laporan keuangan PGN periode September 2019, pendapatan PGN tercatat US$ 2,81 miliar dalam kurun waktu sembilan bulan pertama tahun lalu. Turun 2,77% dibandingkan periode yang sama pada 2018.

Penurunan harga gas boleh jadi akan membuat pendapatan PGN semakin tergerus. Akibatnya, laba kemungkinan bisa turun lagi.

Pada Januari-September 2019, laba bersih PGN adalah US4 129,11 juta. Turun signifikan 47,16% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.


Secara operasional, sebenarnya PGN masih sehat. Laba sebelum pembayaran bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) PGN pada Januari-September 2019 adalah Rp 10 triliun. Membaik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu Rp 7,4 triliun.

Dengan beralihnya bisnis LNG diharapkan beban keuangan PGN bisa berkurang. Dengan begitu, perseroan bisa tetap menjalankan tugas tanpa membuat investor kebat-kebit.

Direktur Utama PGN Gigih Prakoso mengatakan optimalisasi ini akan menyasar beberapa negara sampai Eropa.

"Kami juga melakukan pengembangan trading LNG untuk optimilisasi portofolio," ungkapnya dalam rapat dengar pendapat (RDP) di Komisi VII DPR RI, Senin, (11/02/2020).

Lebih lanjut Gigih menerangkan, potensi permintaan pasar di Eropa mencapai 1-2 kargo tahun 2020. China, potensi permintaanya 6-7 kargo per tahun. Jepang, potensi permintaanya 1-2 kargo tahun 2020.

Kemudian, Filipina potensi potensi permintaanya 1 Metrik Ton Per Annum (MTPA) (18 kargo per tahun). Dan terakhir Myanmar, potensial demandnya 0,5 MTPA (9 kargo pertahun).



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular