
Internasional
Duh! Erdogan Makin Tegang dengan Putin soal Suriah
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
07 February 2020 14:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan mesra Turki dan Rusia sepertinya tak berlaku untuk permasalahan Suriah. Turki bahkan meminta Rusia tak ikut campur dalam peperangannya dengan negeri yang dikuasai Presiden Bashar al-Assad itu.
Terbaru, pemerintahan Recep Tayyip Erdogan mendesak Rusia untuk mengakhiri serangan yang dilakukan sekutunya di Idlib. Rusia kini merupakan sekutu terdekat Assad, selain Iran.
"Kami mengharapkan Rusia menghentikan rezim secepat mungkin," kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu kepada wartawan sebagaimana dikutip dari AFP, Jumat (7/2/2020).
Cavusoglu juga mengatakan Turki perlu bekerja sama dengan Rusia untuk menyelesaikan masalah di wilayah tersebut. Apabila diperlukan, Presiden Turki dan Presiden Rusia Vladimir Putin juga bisa bertemu.
"Kami harus terus bekerja sama dengan Rusia. Jika kami ingin menyelesaikan masalah di sana, kami akan menyelesaikannya bersama," katanya lagi.
Sebelumnya pada hari Rabu, Presiden Erdogan telah mendesak Suriah untuk menarik pasukannya dari pos-pos pengamatan militer Turki di Idlib. Erdogan juga mengancam bahwa Turki akan mengambil tindakan tertentu jika hal itu tidak dilakukan sampai akhir Februari.
Turki dan Rusia merupakan negara yang mendukung pihak-pihak yang berperang di wilayah Idlib. Di bawah kesepakatan pada tahun 2018 dengan Rusia, Turki dinyatakan berkuasa di 12 pos pengamatan di Idlib.
Tujuannya mencegah serangan rezim Assad ke para milisi anti Assad yang berada di Idlib. Namun begitu, beberapa pos termasuk di Morek dan Surman, saat ini telah dikepung oleh pasukan rezim.
Pasukan Turki yang ada di pos Saraqeb juga dikepung dan berperang dengan tentara Assad. Turki belum mengomentari bentrokan di Saraqeb, tetapi Cavusoglu mengatakan tidak akan mengizinkan agresi oleh pasukan Assad terjadi.
"Tentu saja ada batas kesabaran kami. Setelah kami memiliki delapan martir, kami membalas ... Jika rezim terus melakukan agresi, kami tidak akan berhenti di situ," katanya.
Ketegangan antara kedua negara ini menarik perhatian Amerika Serikat (AS). Negeri yang dipimpin Presiden Donald Trump itu menawarkan bantuan kepada Turki pada Rabu.
AS juga mengatakan akan menjatuhkan sanksi untuk Suriah dan Rusia jika tidak menghentikan serangan mereka di wilayah konflik. "Tentu saja, kami bergerak maju dengan sanksi tambahan," kata James Jeffrey, orang penting AS di Suriah.
(sef/sef) Next Article Balik Mesra, AS Bakal Cabut Semua Sanksi ke Turki
Terbaru, pemerintahan Recep Tayyip Erdogan mendesak Rusia untuk mengakhiri serangan yang dilakukan sekutunya di Idlib. Rusia kini merupakan sekutu terdekat Assad, selain Iran.
"Kami mengharapkan Rusia menghentikan rezim secepat mungkin," kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu kepada wartawan sebagaimana dikutip dari AFP, Jumat (7/2/2020).
"Kami harus terus bekerja sama dengan Rusia. Jika kami ingin menyelesaikan masalah di sana, kami akan menyelesaikannya bersama," katanya lagi.
Sebelumnya pada hari Rabu, Presiden Erdogan telah mendesak Suriah untuk menarik pasukannya dari pos-pos pengamatan militer Turki di Idlib. Erdogan juga mengancam bahwa Turki akan mengambil tindakan tertentu jika hal itu tidak dilakukan sampai akhir Februari.
Turki dan Rusia merupakan negara yang mendukung pihak-pihak yang berperang di wilayah Idlib. Di bawah kesepakatan pada tahun 2018 dengan Rusia, Turki dinyatakan berkuasa di 12 pos pengamatan di Idlib.
Tujuannya mencegah serangan rezim Assad ke para milisi anti Assad yang berada di Idlib. Namun begitu, beberapa pos termasuk di Morek dan Surman, saat ini telah dikepung oleh pasukan rezim.
Pasukan Turki yang ada di pos Saraqeb juga dikepung dan berperang dengan tentara Assad. Turki belum mengomentari bentrokan di Saraqeb, tetapi Cavusoglu mengatakan tidak akan mengizinkan agresi oleh pasukan Assad terjadi.
"Tentu saja ada batas kesabaran kami. Setelah kami memiliki delapan martir, kami membalas ... Jika rezim terus melakukan agresi, kami tidak akan berhenti di situ," katanya.
Ketegangan antara kedua negara ini menarik perhatian Amerika Serikat (AS). Negeri yang dipimpin Presiden Donald Trump itu menawarkan bantuan kepada Turki pada Rabu.
AS juga mengatakan akan menjatuhkan sanksi untuk Suriah dan Rusia jika tidak menghentikan serangan mereka di wilayah konflik. "Tentu saja, kami bergerak maju dengan sanksi tambahan," kata James Jeffrey, orang penting AS di Suriah.
(sef/sef) Next Article Balik Mesra, AS Bakal Cabut Semua Sanksi ke Turki
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular