Sah, Indonesia Jadi Korban Perang Dagang! Ini Buktinya

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 February 2020 06:30
Investasi Baru Tak Masuk ke Sektor Manufaktur
Foto: Perakitan Mobil Esemka di Boyolali (Biro Pers Sekretariat Presiden)
Output industri manufaktur yang melambat ini sebenarnya bisa terbaca dari indikator awalan (leading indicator) Purchasing Managers' Index/PMI. Indeks ini menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau angkanya di bawah 50, berarti dunia usaha sedang tidak berekspansi.

Sejak Juli 2019, PMI manufaktur Indonesia terus-menerus di bawah 50 yang berarti industriawan justru melakukan kontraksi. Jadi tidak heran kalau pertumbuhan industri manufaktur melambat.

Sedihnya, belum ada titik terang kala memasuki 2020. Pada Januari 2020, PMI manufaktur Indonesia masih terkontraksi di 49,3.



"Penurunan manufaktur Indonesia berlanjut hingga awal tahun, dengan data PMI menunjukkan penurunan lebih jauh pada kondisi operasional selama bulan Januari. Kondisi permintaan nampaknya melemah pada awal tahun 2020. Penjualan baru menurun, menyumbang penumpukan keluangan kapasitas di sektor yang kemudian membebani perekrutan. Tren melemahnya penjualan mendorong perusahaan mengurangi aktivitas pembelian dan mengakumulasi stok input. Produsen Indonesia juga harus memanfaatkan pesanan sebelumnya untuk mempertahankan produksi," papar Bernard Aw, Kepala Ekonom IHS Markit, seperti dikutip dari siaran tertulis.

Hal lain yang tidak mendukung pertumbuhan industri manufaktur adalah minimnya investasi baru di sektor ini. Berdasarkan catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dua sektor yang menerima investasi paling banyak adalah transportasi, pergudangan, dan telekomunikasi serta listrik, gas, dan air (utilitas).

Berikut adalah gambaran realisasi investasi berdasarkan sektor sepanjang 2019:

Badan Koordinasi Penanaman Modal
 


(aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular