Pertumbuhan Ekonomi RI di Bawah 5%, Halo Pemerintah ke Mana?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 February 2020 13:06
Pemerintah ke Mana?
Ilustrasi Aktivitas di Pelabuhan (REUTERS/Darren Whiteside)
Kontraksi ekspor dan perlambatan investasi lebih disebabkan faktor eksternal, yang di luar kontrol pemangku kebijakan di dalam negeri. Namun sebenarnya ada faktor domestik yang berada dalam kendali pemerintah, tetapi tidak mampu dimanfaatkan secara optimal.

Itu adalah konsumsi pemerintah. Pada kuartal IV-2019, konsumsi pemerintah hanya tumbuh 0,48% YoY. Melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 0,98% YoY dan menjadi catatan terendah sejak kuartal II-2017.




"Realisasi belanja barang dan jasa turun dibandingkan triwulan IV-2018 sedangkan realisasi belanja bantuan sosial naik dibandingkan triwulan IV-2018. Penurunan realisasi belanja barang dan jasa terutama pada belanja barang (operasional dan non-operasional) dan belanja jasa. Pertumbuhan realisasi belanja bantuan sosial terutama didorong oleh pertumbuhan belanja jaminan sosial dan pemberdayaan sosial," sebut laporan BPS.

Biasanya kuartal IV menjadi puncak konsumsi pemerintah, karena sudah menjadi fenomena menahun bahwa belanja negara baru dikebut jelang akhir tahun. Namun tahun lalu belanja pemerintah malah mencatatkan pertumbuhan terendah pada kuartal IV.

Kemungkinan hal ini disebabkan oleh perubahan pemerintahan. Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma'ruf Amien dilantik pada Oktober 2019. Menteri-menteri baru ditunjuk beberapa hari setelahnya.

Terjadi perubahan komposisi kabinet dibandingkan pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. Ada nama-nama baru di kabinet, plus penambahan wakil menteri di sejumlah instansi.

Well, sangat mungkin menteri-menteri baru ini masih beradaptasi. Apalagi beberapa wajah anyar seperti Nadiem Makarim diberi mandat untuk memimpin Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, salah satu kementerian dengan anggaran terbesar. Dengan bos yang baru dan masih meraba-raba, bisa dimaklumi kalau penyerapan anggarannya belum kencang.


Meski begitu, pertumbuhan 0,48% tetap sulit diterima. Padahal andai konsumsi pemerintah bisa tumbuh 1% saja, maka bukan tidak mungkin pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2019 masih di kisaran 5%. Sayang sekali...

Apa yang berlalu biarlah berlalu, sekarang mari menatap masa depan. Setelah melalui 2019, tantangan 2020 tidak kalah berat. AS-China boleh saja sudah mencapai kesepakatan damai dagang Fase I, tetapi ada risiko baru bernama penyebaran virus Corona.

Jadi kalau ekspor dan investasi lagi-lagi sulit diandalkan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi, pemerintah harus mengambil alih peran tersebut. Jangan ada lagi pertumbuhan belanja pemerintah yang tidak sampai 1%. Jangan lagi.



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular