
Pertumbuhan Ekonomi RI di Bawah 5%, Halo Pemerintah ke Mana?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 February 2020 13:06

Saat produk China sulit masuk ke AS gara-gara tingginya bea masuk, demikian pula sebaliknya produk AS sulit menembus pasar China, maka dunia usaha kedua negara akan mengurangi produksi. Ketika produktivitas di AS dan China menurun, otomatis permintaan bahan baku dan barang modal dari negara-negara lain ikut seret.
Padahal AS dan China adalah kekuatan ekonomi terbesar di dunia, pasar terbesar di kolong langit. Semua negara menjual barang kepada mereka.
Permintaan AS dan China yang turun membuat arus perdagangan global nyaris lumpuh. Rantai pasok global yang terhambat membuat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada Oktober tahun lalu memperkirakan pertumbuhan perdagangan dunia hanya 1,2% pada 2019. Jauh melambat dibandingkan proyeksi sebelumnya yakni 2,6%.
Jadi tidak heran kalau ekspor sulit diandalkan menjadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi. Gara-gara ekspor bermasalah, investasi pun ikut-ikutan nyungsep. Ekspansi dunia usaha biasanya digambarkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI).
Ambang batas PMI adalah 50, kalau di bawah 50 berarti dunia usaha tidak melakukan ekspansi. Sejak Juli 2019 hingga Januari 2020, PMI manufaktur Indonesia selalu di bawah 50.
"Perlambatan manufaktur Indonesia masih berlanjut pada awal tahun. Permintaan yang lemah membuat penjualan menurun, kemudian menyebabkan kapasitas produksi menjadi tidak optimal. Akibatnya, dunia usaha terbeban untuk merekrut karyawan baru. Penurunan penjualan membuat dunia usaha menahan pembelian bahan baku dan menumpuk stok. Dunia usaha terpaksa makan dari pemesanan sebelumnya untuk mempertahankan produksi," jelas Bernard Aw, Principal Economist IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.
(aji/aji)
Padahal AS dan China adalah kekuatan ekonomi terbesar di dunia, pasar terbesar di kolong langit. Semua negara menjual barang kepada mereka.
Permintaan AS dan China yang turun membuat arus perdagangan global nyaris lumpuh. Rantai pasok global yang terhambat membuat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada Oktober tahun lalu memperkirakan pertumbuhan perdagangan dunia hanya 1,2% pada 2019. Jauh melambat dibandingkan proyeksi sebelumnya yakni 2,6%.
Ambang batas PMI adalah 50, kalau di bawah 50 berarti dunia usaha tidak melakukan ekspansi. Sejak Juli 2019 hingga Januari 2020, PMI manufaktur Indonesia selalu di bawah 50.
"Perlambatan manufaktur Indonesia masih berlanjut pada awal tahun. Permintaan yang lemah membuat penjualan menurun, kemudian menyebabkan kapasitas produksi menjadi tidak optimal. Akibatnya, dunia usaha terbeban untuk merekrut karyawan baru. Penurunan penjualan membuat dunia usaha menahan pembelian bahan baku dan menumpuk stok. Dunia usaha terpaksa makan dari pemesanan sebelumnya untuk mempertahankan produksi," jelas Bernard Aw, Principal Economist IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.
(aji/aji)
Next Page
Pemerintah ke Mana?
Pages
Most Popular