Luhut - Ahok Ingin RI Jadi Raja Minyak, DPR: Emang Bisa?

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
04 February 2020 17:06
DPR mempertanyakan mimpi pemerintah untuk kebut target lifting 1 juta barel minyak sehari
Foto: Infografis/Kontraktor Migas Terbesar di RI/Edward Ricardo
Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintah ingin mempercepat target lifting minyak 1 juta barel sehari, dari semula di 2030 untuk dicapai di 2025.

Demi mengebut target ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sampai menggelar rapat soal percepatan ini pekan lalu. Ia mengundang beberapa pemangku kepentingan, termasuk pejabat di PT Pertamina (Persero). Salah satunya adalah Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama.

Namun, target 1 juta barel di 2025 ini masih jadi pertanyaan besar bagi sejumlah pihak. Mengingat saat ini rata-rata produksi dan lifting minyak RI bahkan tak sentuh angka 750 ribu barel sehari.

Salah satu yang mempertanyakan soal target ini adalah anggota komisi VII DPR RI dari Fraksi Gerindra Kardaya Warnika.

[Gambas:Video CNBC]



"Bukan tidak percaya, tapi mengingatkan. Mau 1 juta di 2025, 2030 saja pesimis," kata Kardaya yang juga bekas pejabat tinggi di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Sabtu (04/2/2020).

Kardaya bahkan langsung blak-blakan bertanya pada Pertamina EP dan Pertamina Hulu Energi, dua anak usaha PT Pertamina (Persero) yang bergerak di sektor hulu dan pelaksana target tersebut.

"Saya mau tanyakan, 2025 itu bisa kira-kira dari mana gitu? Harus sinkron rencana pemerintah dan pelaksana. Kalau enggak bisa jangan dijawab," katanya.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf memaparkan kondisi lifting dan produksi minyak perusahaannya yang tengah lesu.

"Rata-rata produksi kami 82.210 barel sehari, gas 965 juta kubik di 2019," ujar Nanang, Selasa (04/2/2020).

Tapi kondisi cadangan Pertamina EP perlu diperhatikan, "Untuk minyak tinggal 9,7 tahun dan reserve gas 7,8 tahun. Artinya kalau kita tidak temukan lagi cadanga baru lewat eksplorasi, umur kita tinggal 9,7 tahun untuk minyak," jelas Nanang.

Oleh sebab itu, Nanang menginginkan adanya diskusi yang insentif dengan pemangku kepentingan agar kegiatan eksplorasi untuk temukan cadangan baru bisa dilakukan demi kelangsungan hidup perusahaan.

Agak beda dengan Pertamina EP, untuk Pertamina Hulu Energi (PHE) kinerjanya justru tengah berkibar. Ini karena perusahaan mendapatkan beberapa blok terminasi, dan pada 2017 lalu ada temuan besar di blok Nunukan. "Di 2020 kita akan buktikan lagi di blok Nunukan, karena ini blok Andalan kita," ujar Direktur Utama PHE Meidawati.


(gus) Next Article Duh, DPR Sebut Ahok Komisaris Rasa Dirut Pertamina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular