Panas Lagi di Suriah: It's All About the Money

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 February 2020 14:06
Suriah Masih Terbelah
Konflik Turki-Suriah (REUTERS/Khalil Ashawi)
Timur Tengah memang boleh dibilang pusat konflik dunia. Wilayah tersebut seolah tidak pernah tenang, ada saja gesekan. Setiap konflik di sana pasti melibatkan negara-negara Barat.

Suriah adalah salah satu contohnya. Sejak 2011, konflik di Suriah tidak kunjung rampung.

Hingga kini, Suriah masih terjebak dalam perang saudara. Ada kubu pendukung pemerintahan Presiden Bashar Al Assad dan kelompok pemberontak.

Dua kubu ini punya beking dari luar. Rezim Al Assad didukung oleh Rusia sementara para milisi pemberontak 'dielus' oleh AS.

Mengapa Suriah begitu penting bagi Rusia dan AS?

Ada sebuah teori konspirasi yaitu rencana pembangunan pipa gas. Mengutip ANSA, kantor berita Italia, ada rencana untuk membangun jaringan pipa gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) dari Qatar yang tersambung sampai ke Eropa. Pipa tersebut membentang melalui Arab Saudi, Kuwait, dan Irak.

Qatar adalah eksportir LNG terbesar di dunia. Pada 2018, ekspor LNG Qatar mencapai 104,8 miliar meter kubik.



"Pipa sudah siap di Turki untuk menerima pasokan gas tersebut. Hanya saja ada penghalang yaitu Al-Assad. Pada 2009, Al-Assad menolak proposal dari Qatar karena menjaga kepentingan sekutunya, Rusia," sebut Felix Imonti, pengamat energi, seperti dikutip dari ANSA.

Ya, Rusia adalah pemasok gas utama di Benua Biru. Mengutip data Eurostat, sekitar 37% pasokan gas di Uni Eropa datang dari Negeri Beruang Merah.

Qatar dan Turki yang sudah bersiap membangun jaringan gas tentu gigit jari. Oleh karena itu, Al-Assad harus disingkirkan.

Teranyar kini, pada Senin (3/2/2020) pasukan Turki dan Suriah terlibat bentrok di wilayah Idlib. Pasukan Turki dan Assad saling serang. Bukan hanya militer kedua negara yang jadi korban tapi juga warga sipil.




(aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular