Rokok Bikin Inflasi, Masyarakat Miskin Kena 'Kanker'?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
03 February 2020 16:45
Rokok Bikin Inflasi, Masyarakat Miskin Kena 'Kanker'?
Foto: Ilustrasi Rokok.(CNBC Indonesia/Syahrizal Sidik)
Jakarta, CNBC Indonesia - Rokok jadi salah satu penyumbang inflasi bulan Januari 2020. Kenaikan harga rokok diwaspadai karena berpotensi besar menekan daya beli masyarakat, terutama kalangan bawah.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan tingkat inflasi bulan Januari sebesar 0,39%. Jika dibanding dengan bulan-bulan sebelumnya, tingkat inflasi ini merupakan yang tertinggi sejak Juli tahun lalu.



Salah satu andil terbesar inflasi bulan Januari adalah bahan makanan, minuman dan tembakau. Kelompok ini pada Januari 2020 memberikan andil/sumbangan infasi sebesar 0,41 persen. Salah satu komoditas yang memberikan andil pada inflasi adalah rokok.

Menurut data BPS, rokok kretek filter, rokok putih dan rokok kretek,masing-masing memberikan andil terhadap inflasi bulan Januari sebesar 0,02%. Sejak cukai rokok ditetapkan naik 23% pada 2020, maka harga jual eceran (HJE) rokok naik hingga 35%.

Hingga pertengahan Januari lalu, masih banyak rokok yang belum mengalami kenaikan harga karena merupakan produksi bulan November dan Desember tahun lalu, sehingga masih menggunakan pita cukai 2019.

Untuk kenaikan harga rokok sendiri baru mulai diberlakukan untuk produksi tahun 2020. Keluarnya rokok produksi tahun 2020 akan sangat tergantung dari penyerapan produk rokok tahun 2019. Jika rokok produksi tahun 2019 cepat habis, maka produksi rokok tahun 2020 akan muncul di pasaran dengan harga yang lebih tinggi.

Untuk cukai baru dicetak dan didistribusikan ke minggu kedua Januari 2020. Pelekatan pita cukai baru mulai efektif pada 1 Februari. Namun akan ada keunikan karena sangat dimungkinkan di pasar ritel rokok memiliki dua harga yang berbeda.

Rokok dengan pita cukai 2019 akan lebih murah ketimbang rokok dengan pita cukai 2020. Harga rokok akan mulai naik bulan Februari dan Maret tahun ini. Hal ini akan mengakibatkan andil rokok terhadap inflasi akan semakin besar.

Ada hal yang harus diwaspadai dari kenaikan harga rokok ini. Apalagi kalau bukan masalah daya beli dan kemiskinan. Angka kemiskinan bulan September 2019 turun 0,19 persen poin menjadi 9,22%. Jumlah penduduk miskin RI sebanyak 24,79 juta orang.
Rokok Bikin Inflasi, Masyarakat Miskin Kena 'Kanker'?Sumber : Badan Pusat Statistik
Apabila ditinjau dari komposisinya, makanan memiliki peran yang signifikan terhadap kemiskinan. Pada September 2019, komoditi makanan menyumbang 73,75% pada garis kemiskinan.
Komoditas makanan yang menjadi penyumbang utama kemiskinan adalah beras dan rokok. Beras masih jadi penyumbang utama garis kemiskinan di Indonesia dengan kontribusi lebih dari 20% baik di pedesaan maupun di perkotaan.

Sementara, komoditas rokok terutama jenis kretek filter menjadi penyumbang kemiskinan terbesar kedua setelah beras. Kontribusi rokok kretek filter terhadap garis kemiskinan mencapai lebih dari 10%.
Rokok Bikin Inflasi, Masyarakat Miskin Kena 'Kanker'?Sumber : Badan Pusat Statistik
Artinya dengan kenaikan harga rokok yang signifikan sampai dengan 35% tentu sangat memberatkan terutama masyarakat miskin tanah air. Kenaikan harga rokok ini berpotensi besar menekan daya beli masyarakat miskin.

Hal yang ditakutkan adalah jumlah orang miskin akan semakin bertambah bukannya berkurang. Mengingat jumlah masyarakat rawan miskin masih tinggi. Menurut kajian Bank Dunia ada setidaknya 115 juta orang Indonesia yang rawan miskin.

Menurut Bank Dunia, 115 juta orang tersebut merupakan penduduk Indonesia yang berstatus calon kelas menengah. Artinya, 115 juta penduduk Indonesia sudah keluar dari garis kemiskinan, tetapi mereka belum sepenuhnya aman masih rentan dan masih bisa sewaktu-waktu terjerembab dan jatuh kembali ke zona kemiskinan.

Kenaikan harga rokok ini membuat masyarakat kalangan bawah tanah air tertekan dan harus mengatur ulang alokasi keuangannya. Masyarakat miskin harus memilih untuk tetap membeli rokok dan mengurangi alokasi belanja yang lain atau lebih memilih untuk mengurangi konsumsi rokok.

Kalau berbicara tentang daya beli yang tertekan, juga harus mempertimbangkan pendapatan dari masyarakat. Pada 2020 pemerintah mentapkan Upah Minimum Provinsi (UMP) naik 8,51% dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi.

UMP memang naik, tetapi yang perlu diwaspadai adalah kenaikan harga-harga melebihi kenaikan pendapatan yang diterima, apalagi kenaikan itu terjadi di waktu yang bersamaan. Jika hal itu terjadi, tentu saja daya beli masyarakat jadi tertekan.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular