
Bikin Pusing! Mau Sehat di RI Mahal, Biaya Pendidikan Tinggi
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 February 2020 12:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi inflasi 2,68% year-on-year (YoY) pada Januari 2020. Selain makanan, pengeluaran non-makanan juga berkontribusi terhadap inflasi domestik.
Pada Januari 2020, inflasi secara bulanan (month-on-month/MoM) adalah 0,39% sementara inflasi inti secara YoY adalah 2,88%. Pencapaian ini lebih rendah ketimbang ekspektasi pasar.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,46% secara MoM. Kemudian secara year-on-year (YoY) diproyeksi ada inflasi 2,85%. Sementara inflasi inti YoY diramal 3,02%.
Dari sisi YoY, kelompok pengeluaran dengan inflasi tertinggi masih makanan, minuman, dan tembakau yaitu 4,31%. Namun pengeluaran non-makanan juga membukukan inflasi lumayan tinggi, bahkan melebihi inflasi umum.
Misalnya pengeluaran untuk kesehatan yang pada Januari 2019 mencatat inflasi 3,87%. Inflasi kesehatan sedang menjalani tren naik.
Pada 2019, inflasi kesehatan tercatat 3,46%. Lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 3,14%. Angka 3,46% adalah yang tertinggi sejak 2016.
Tidak hanya kesehatan, inflasi pendidikan juga tinggi yaitu 3,81%. Mulai tahun ini, BPS menggunakan keranjang inflasi baru. Pendidikan menjadi kelompok sendiri, awalnya digabung dengan rekreasi dan olahraga.
Melihat ke belakang, inflasi pendidikan memang agak tinggi. Bahkan dalam dua tahun terakhir, inflasi pendidikan lebih tinggi ketimbang inflasi umum.
Â
Seperti halnya kesehatan, pengeluaran pendidikan yang terus naik juga perlu diperhatikan. Sebab, pendidikan adalah salah satu pengeluaran tertinggi bagi kelompok masyarakat miskin.
Pada September 2019, biaya pendidikan menyumbang 1,89% dari garis kemiskinan perkotaan dan 1,2% di perdesaan. Di kelompok non-makanan, pendidikan menjadi kontributor terbesar kedua setelah perumahan.
Jadi kalau biaya pendidikan makin mahal, maka beban masyarakat miskin bakal semakin berat. Ini tentu membuat masyarakat miskin kian susah 'naik kelas'.
Belum lagi sebesar 73,75% pengeluaran masyarakat miskin masih untuk makanan. Ketika biaya pendidikan semakin mahal dan sulit terjangkau, maka pengeluaran ini akan dikalahkan oleh urusan perut.
Padahal pendidikan adalah salah satu cara bagi penduduk miskin untuk melakukan panjat sosial alias pansos. Bekal pendidikan bisa mengubah nasib dan pendapatan seseorang hingga keluar dari lingkaran setan kemiskinan.
"Saat ini, 260 juta anak tidak bersekolah. Tanpa dasar pendidikan yang kuat, seseorang akan kesulitan ketika mereka masuk ke pasar tenaga kerja. Mereka tidak punya modal untuk menuju warga negara yang sehat dan sejahtera," sebut riset Bank Dunia berjudul Learning Poverty terbitan Oktober 2019.
Menurut Bank Dunia, seluruh anak seharusnya bisa membaca saat menginjak usia 10 tahun. Namun nyatanya, 53% anak-anak di negara berpendapatan rendah dan menengah tidak bisa membaca. Di negara-negara miskin jumlahnya lebih menakutkan lagi yaitu mencapai 80%.
"Jika situasi ini terus bertahan tanpa perbaikan, maka pada 2030 sekitar 43% anak-anak di seluruh dunia masih belum menerima pendidikan dengan baik. Oleh karena itu, dibutuhkan komitmen untuk berinvestasi lebih besar lagi di sektor pembangunan manusia," tulis riset Bank Dunia.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Sekarang Rp 187 Juta, Uang Sekolah Anak 10 Tahun Lagi Rp 1 M?
Pada Januari 2020, inflasi secara bulanan (month-on-month/MoM) adalah 0,39% sementara inflasi inti secara YoY adalah 2,88%. Pencapaian ini lebih rendah ketimbang ekspektasi pasar.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,46% secara MoM. Kemudian secara year-on-year (YoY) diproyeksi ada inflasi 2,85%. Sementara inflasi inti YoY diramal 3,02%.
Dari sisi YoY, kelompok pengeluaran dengan inflasi tertinggi masih makanan, minuman, dan tembakau yaitu 4,31%. Namun pengeluaran non-makanan juga membukukan inflasi lumayan tinggi, bahkan melebihi inflasi umum.
Misalnya pengeluaran untuk kesehatan yang pada Januari 2019 mencatat inflasi 3,87%. Inflasi kesehatan sedang menjalani tren naik.
Pada 2019, inflasi kesehatan tercatat 3,46%. Lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 3,14%. Angka 3,46% adalah yang tertinggi sejak 2016.
Tidak hanya kesehatan, inflasi pendidikan juga tinggi yaitu 3,81%. Mulai tahun ini, BPS menggunakan keranjang inflasi baru. Pendidikan menjadi kelompok sendiri, awalnya digabung dengan rekreasi dan olahraga.
Melihat ke belakang, inflasi pendidikan memang agak tinggi. Bahkan dalam dua tahun terakhir, inflasi pendidikan lebih tinggi ketimbang inflasi umum.
Â
Seperti halnya kesehatan, pengeluaran pendidikan yang terus naik juga perlu diperhatikan. Sebab, pendidikan adalah salah satu pengeluaran tertinggi bagi kelompok masyarakat miskin.
Pada September 2019, biaya pendidikan menyumbang 1,89% dari garis kemiskinan perkotaan dan 1,2% di perdesaan. Di kelompok non-makanan, pendidikan menjadi kontributor terbesar kedua setelah perumahan.
![]() |
Jadi kalau biaya pendidikan makin mahal, maka beban masyarakat miskin bakal semakin berat. Ini tentu membuat masyarakat miskin kian susah 'naik kelas'.
Belum lagi sebesar 73,75% pengeluaran masyarakat miskin masih untuk makanan. Ketika biaya pendidikan semakin mahal dan sulit terjangkau, maka pengeluaran ini akan dikalahkan oleh urusan perut.
Padahal pendidikan adalah salah satu cara bagi penduduk miskin untuk melakukan panjat sosial alias pansos. Bekal pendidikan bisa mengubah nasib dan pendapatan seseorang hingga keluar dari lingkaran setan kemiskinan.
"Saat ini, 260 juta anak tidak bersekolah. Tanpa dasar pendidikan yang kuat, seseorang akan kesulitan ketika mereka masuk ke pasar tenaga kerja. Mereka tidak punya modal untuk menuju warga negara yang sehat dan sejahtera," sebut riset Bank Dunia berjudul Learning Poverty terbitan Oktober 2019.
Menurut Bank Dunia, seluruh anak seharusnya bisa membaca saat menginjak usia 10 tahun. Namun nyatanya, 53% anak-anak di negara berpendapatan rendah dan menengah tidak bisa membaca. Di negara-negara miskin jumlahnya lebih menakutkan lagi yaitu mencapai 80%.
"Jika situasi ini terus bertahan tanpa perbaikan, maka pada 2030 sekitar 43% anak-anak di seluruh dunia masih belum menerima pendidikan dengan baik. Oleh karena itu, dibutuhkan komitmen untuk berinvestasi lebih besar lagi di sektor pembangunan manusia," tulis riset Bank Dunia.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Sekarang Rp 187 Juta, Uang Sekolah Anak 10 Tahun Lagi Rp 1 M?
Most Popular