
Konstruksi Proyek Kereta Cepat Diklaim 42%, Lahan Bebas 99,9%
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
31 January 2020 18:45

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) mengklaim konstruksi proyek kereta cepat Jakarta-Bandung mencapai 42%. Sedangkan pembebasan lahan sudah mencapai 99,95%.
"Pembebasan lahan kita tinggal sedikit. Ada kesulitan apa ya Dikoordinasikan dengan Pak Luhut (Menko Maritim dan Investasi), bisa men-support kita banyaklah, kita sudah 99,95%, sisa sedikit sekali," kata Dirut KCIC Chandra Dwiputra di Jakarta, Jumat (31/1).
Ia mengatakan sisa lahan yang belum terbebas meski sedikit tapi persoalannya macam-macam dan kompleks. "Ada yang kepemilikannya berubah, ada yang salah cek luasannya berubah, salah ternyata. Jadi harapannya di bulan Februari selesai semua," katanya.
"Bulan Februari kita selesaikan," katanya.
Chandra mengatakan progres konstruksi fisik hingga akhir Januari 2020 sudah mencapai 42 persen. Namun, ia mengatakan pembangunan konstruksi fisik lain yang tak kalah penting di luar konstruksi adalah sistem persinyalan kereta karena sangat penting soal keselamatan.
"Ini kan masalah frekuensi mau seperti apa, jadi karena tadi ada kabar baru, yang terus terang saya kaget. Sehingga harus saya cek seperti apa. Kalau sinyal ada GSM ada LTE, nah ini ternyata di atasnya lagi. Jadi saya harus pastikan dulu," katanya.
Frekuensi Kereta Cepat
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) ikut nimbrung di proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.Menkominfo Johnny Plate menjelaskan bahwa proyek tersebut membutuhkan frekuensi radio pada saat operasional.
"Yang sudah diterapkan di industri kereta api cepat dimana saja. Di China sudah ada kok frekuensi di atas giga hrtz itu ada. Frekuensi tengah ada yang di bawah lagi dicoba," bebernya.
(hoi/hoi) Next Article Berat Pakai APBN, KA Cepat Jakarta-Semarang Utang ke Jepang?
"Pembebasan lahan kita tinggal sedikit. Ada kesulitan apa ya Dikoordinasikan dengan Pak Luhut (Menko Maritim dan Investasi), bisa men-support kita banyaklah, kita sudah 99,95%, sisa sedikit sekali," kata Dirut KCIC Chandra Dwiputra di Jakarta, Jumat (31/1).
Ia mengatakan sisa lahan yang belum terbebas meski sedikit tapi persoalannya macam-macam dan kompleks. "Ada yang kepemilikannya berubah, ada yang salah cek luasannya berubah, salah ternyata. Jadi harapannya di bulan Februari selesai semua," katanya.
Chandra mengatakan progres konstruksi fisik hingga akhir Januari 2020 sudah mencapai 42 persen. Namun, ia mengatakan pembangunan konstruksi fisik lain yang tak kalah penting di luar konstruksi adalah sistem persinyalan kereta karena sangat penting soal keselamatan.
"Ini kan masalah frekuensi mau seperti apa, jadi karena tadi ada kabar baru, yang terus terang saya kaget. Sehingga harus saya cek seperti apa. Kalau sinyal ada GSM ada LTE, nah ini ternyata di atasnya lagi. Jadi saya harus pastikan dulu," katanya.
Frekuensi Kereta Cepat
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) ikut nimbrung di proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.Menkominfo Johnny Plate menjelaskan bahwa proyek tersebut membutuhkan frekuensi radio pada saat operasional.
"Tugasnya kami menyediakan ketersediaan frekuensi dan memberikan izin frekuensi," katanya.
Ia menyebut, tidak semua frekuensi radio bisa dipakai untuk kepentingan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Karenanya, dia berkoordinasi dengan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) terkait kebutuhan ini.
"Hanya frekuensi tertentu saja. Nah secara detail itu dengan perusahaan Tiongkok. Nah kita sedang tunggu yang mana yang mereka pilih," bebernya.
Peralatan dan teknologi yang dipakai untuk menangkap frekuensi ini juga didatangkan dari China. Pihak pemerintah Indonesia hanya menyediakan ruang frekuensi saja.
"Harus milih. Radionya itu pakai frekuensi yang mana. Ibarat jalan, mau pakai jalan yang mana. Mau pakai jalan yang bawah, yang tengah atau jalan yang atas. Nanti mereka pilih," tandasnya.
Ia memastikan radio komunikasi yang dimanfaatkan proyek ini akan kompatibel dengan proyeksi teknologi masa depan.
"Yang sudah diterapkan di industri kereta api cepat dimana saja. Di China sudah ada kok frekuensi di atas giga hrtz itu ada. Frekuensi tengah ada yang di bawah lagi dicoba," bebernya.
(hoi/hoi) Next Article Berat Pakai APBN, KA Cepat Jakarta-Semarang Utang ke Jepang?
Most Popular