Jangan Kaget! Impor Ikan RI Melonjak, Tapi...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 January 2020 11:50
Jangan Kaget! Impor Ikan RI Melonjak, Tapi...
Foto: Pedagang Ikan Bandeng Musiman Jelang Imlek. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harus diakui bahwa Indonesia masih mengimpor ikan, meski berstatus sebagai negara kepulauan dengan luas laut hampir 65% dari total luas wilayah. Namun, kita sering lupa bahwa Indonesia juga mengekspor ikan dalam jumlah yang lebih tinggi ketimbang impornya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan impor produk ikan, krustasea, moluska, dan kebutuhannya (HS 03) bernilai US$ 303,91 juta selama Januari-November 2019. Naik 6,19% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sepanjang 2009-2018, nilai impor produk perikanan melonjak 195,76% secara point-to-point. Rata-rata pertumbuhan per tahunnya adalah 13,08%.




Kebanyakan impor ikan Indonesia adalah dalam bentuk ikan segar yang didinginkan atau beku (HS 034). Selama periode Januari-November 2019, impor komoditas ini bernilai US$ 180,93 juta atau 59,53% dari total impor perikanan.

Impor komoditas HS 34 terbanyak datang dari Norwegia. Dalam 11 bulan pertama 2019, impor HS 34 dari negara Skandinavia tersebut tercatat US$ 34,24 juta atau 17,93% dari total impor HS 34.

Berikut adalah sejumlah negara asal impor komoditas HS 34:



Impor produk perikanan selain untuk bahan baku diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 58/2018 tentang Rekomendasi Pemasukan Hasil Perikanan Selain Sebagai Bahan Baku dan Bahan Penolong Industri. Impor dibatasi hanya boleh untuk penggunaan sebagai berikut:

1. Pemindangan.
2. Umpan.
3. Konsumsi hotel, restoran, dan katering.
4. Pasar modern.
5. Bahan pengayaan makanan.
6. Bahan produk olahan berbasis daging lumatan.



Indonesia memang masih mengimpor produk perikanan dengan tren yang semakin meningkat. Akan tetapi, Indonesia mengekspor dalam jumlah yang lebih banyak.

Sepanjang Januari-November 2019, ekspor produk HS 03 adalah US$ 2,92 miliar. Turun tipis 3,31% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$ 3,02 miliar. Kalau impor ikan Indonesia masih hitungan juta dolar AS, ekspornya sudah miliaran.

Sepanjang 2009-2018, ekspor produk perikanan Indonesia melonjak 68,43%. Dalam periode tersebut, ekspor tumbuh rata-rata 6% per tahun.




Ekspor ikan segar/dingin hasil tangkap Indonesia pada Januari-November 2019 bernilai US$ 112,17 juta, naik 17,4% secara year-on-year. Tujuan ekspor terbesar adalah ke Malaysia yang senilai US$ 45,79 juta. Disusul oleh Singapura (US$ 29,49 juta) dan Jepang (US$ 10,27 juta).

Kemudian ada ekspor ikan hidup hasil tangkap yang sepanjang Januari-November tahun lalu bernilai US$ 28,57 juta, turun 16,56% dibandingkan periode yang sama pada 2018. Permintaan produk ini didominasi oleh Hong Kong di mana nilai ekspor tercatat US$ 21,94 juta atau mencapai 76,79%.

Lalu ada ekspor ikan hidup hasil budidaya yang pada Januari-November 2019 nilainya US$ 36,42 juta, naik 6,22% dibandingkan Januari-November 2018. Negara tujuan ekspor terbesar produk ini adalah China (US$ 9,65 juta), Vietnam (US$ 3,39 juta), dan Filipina (US$ 3,31 juta).

Sementara ekspor ikan segar/dingin hasil budidaya pada Januari-November 2019 bernilai US$ 7.157, meroket 654,43% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Malaysia menjadi negara tujuan ekspor utama dengan pangsa 91,81%.


Sedangkan ekspor ikan dibekukan selama Januari-November 2019 adalah US$ 445,09 juta, tumbuh 5,59% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. China adalah konsumen nomor satu dengan nilai ekspor US$ 167,95 juta.

Ada pula ekspor ikan yang diolah atau diawetkan, yang pada Januari-November 2019 bernilai US$ 422,91 juta, naik 3,66% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Permintaan tertinggi berasal dari Jepang dengan nilai ekspor US$ 70,39 juta.

Berikutnya ada ekspor fillet ikan yang dibekukan dengan nilai US$ 379,7 juta sepanjang Januari-November 2019, naik 6,95% dibandingkan Januari-November 2018. Permintaan dari Amerika Serikat (AS) mendominasi yakni mencapai US$ 233,55 juta (61,51%).

Selanjutnya ada ekspor ikan yang digarami atau dikeringkan dengan nilai US$ 84,71 juta selama Januari-November 2019, naik 21,04% dibandingkan periode yang sama pada 2018. Jepang lagi-lagi menjadi pasar ekspor utama dengan nilai US$ 27,44 juta.

Ada lagi ekspor tepung ikan dan biota air layak konsumsi yang bernilai US$ 4,96 juta sepanjang Januari-November 2019, tumbuh signifikan 201,31% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Produk ini kebanyakan dikirim ke Korea Selatan dengan nilai US$ 3,43 juta.

Terakhir adalah ekspor fillet ikan segar atau dingin yang pada Januari-November 2019 bernilai US$ 28,13 juta. Dari nilai tersebut, hampir 60% di antaranya adalah ekspor ke Jepang.

Sah-sah saja jika ada kritik bahwa Indonesia masih mengimpor ikan, karena memang kenyataannya demikian dan nilainya cenderung naik. Namun harus adil juga, harus proporsional. Ternyata Indonesia juga salah satu pemasok utama kebutuhan ikan di dunia.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular