Robot Ganti Tenaga Manusia, Luhut: Selama Ini Salah Kita!
29 January 2020 21:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan buka suara mengenai realisasi investasi Kuartal IV-2019 yang dipaparkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Luhut merespons penyerapan tenaga kerja yang hanya 1 juta pekerja dari total realisasi investasi Rp 809,6 triliun.
"Dengan sekarang kita buat Omnibus Law ini kan bisa berharap meng-create lebih banyak lapangan kerja, kira-kira kita bisa berharap 3 juta (per tahun) begitu," kata Luhut di kantornya, Rabu (29/1/20).
Luhut juga angkat bicara mengenai ancaman teknologi atau robotisasi yang merampas peluang tenaga kerja Indonesia. Menurut Luhut, memang dibutuhkan pelatihan dan peningkatan skill agar tenaga kerja Indonesia tak kehilangan kesempatan bekerja.
"Memang salah kita selama ini. Berpuluh tahun kita nggak punya Politeknik yang berkualitas terutama di Indonesia timur. Padahal raw material-nya ada di sana. Jadi sekarang kita kerjain," bebernya.
Dia memberikan contoh pembangunan politeknik di Morowali, Papua. Hasil dari pendidikan tersebut, pasti akan dirasakan dalam beberapa tahun ke depan.
"Seperti di Morowali kan banyak labour intensive kok. Tapi harus tetap skillful maka ada Politeknik yang me-train mereka. Itu juga setelah 3-4 tahun baru ada lulusannya," katanya.
"Jadi jangan ribut-ribut orang nggak pakai tenaga kita, ya nggak ada. Kalau 10-20 orang ya ada, itu pakai 500-1.000 orang gitu ya kita nggak punya. Nah kan sekarang secara berangsur nih di Morowali ada yang lulus Politeknik terus gantikan asingnya," lanjut Luhut.
Sebelumnya, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan dunia sudah berubah karena adanya perkembangan teknologi dan perubahan ini tidak bisa dihindari. Hal ini berdampak pada sektor ketenagakerjaan.
"Dunia ini semakin berubah, suatu saat mungkin perempuan tak laku karena digantikan robot. Itu kemajuan teknologi. Ini tidak bisa dihindari, bahwa tenaga kerja banyak tenaga digantikan teknologi," ujar Bahlil di Jakarta, Rabu (29/1/2020).
(hoi/hoi)
"Dengan sekarang kita buat Omnibus Law ini kan bisa berharap meng-create lebih banyak lapangan kerja, kira-kira kita bisa berharap 3 juta (per tahun) begitu," kata Luhut di kantornya, Rabu (29/1/20).
Luhut juga angkat bicara mengenai ancaman teknologi atau robotisasi yang merampas peluang tenaga kerja Indonesia. Menurut Luhut, memang dibutuhkan pelatihan dan peningkatan skill agar tenaga kerja Indonesia tak kehilangan kesempatan bekerja.
"Memang salah kita selama ini. Berpuluh tahun kita nggak punya Politeknik yang berkualitas terutama di Indonesia timur. Padahal raw material-nya ada di sana. Jadi sekarang kita kerjain," bebernya.
Dia memberikan contoh pembangunan politeknik di Morowali, Papua. Hasil dari pendidikan tersebut, pasti akan dirasakan dalam beberapa tahun ke depan.
"Seperti di Morowali kan banyak labour intensive kok. Tapi harus tetap skillful maka ada Politeknik yang me-train mereka. Itu juga setelah 3-4 tahun baru ada lulusannya," katanya.
"Jadi jangan ribut-ribut orang nggak pakai tenaga kita, ya nggak ada. Kalau 10-20 orang ya ada, itu pakai 500-1.000 orang gitu ya kita nggak punya. Nah kan sekarang secara berangsur nih di Morowali ada yang lulus Politeknik terus gantikan asingnya," lanjut Luhut.
Sebelumnya, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan dunia sudah berubah karena adanya perkembangan teknologi dan perubahan ini tidak bisa dihindari. Hal ini berdampak pada sektor ketenagakerjaan.
"Dunia ini semakin berubah, suatu saat mungkin perempuan tak laku karena digantikan robot. Itu kemajuan teknologi. Ini tidak bisa dihindari, bahwa tenaga kerja banyak tenaga digantikan teknologi," ujar Bahlil di Jakarta, Rabu (29/1/2020).
Artikel Selanjutnya
Peringkat Kompetitif RI Turun Ke-50, Omnibus Law Solusinya?
(hoi/hoi)