
Heboh Virus Corona yang Mematikan, Bisakah Disembuhkan?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
27 January 2020 14:25

Pertama, mengingat ini adalah virus baru, sampai detik ini belum ada obat spesifik yang bekerja melawan jenis virus corona ini. Riset dan pengembangan obat ini jadi faktor penting lainnya. Selain itu, keterjangkauan obat dari segi harga dan pasokan juga jadi faktor kritis.
Bukan hanya masalah di ketersediaan obat, ketersediaan infrastruktur yang memadai juga penting. Jumlah dokter yang menangani pasien, jumlah kamar dan kasur rumah sakit serta kapasitas rumah sakit jadi pertimbangan selanjutnya.
Dengan semakin bertambahnya korban berjatuhan, dan tingkat okupansi rumah sakit yang terus meningkat membuat pemerintah China menggelontorkan dana senilai US$ 1,6 miliar atau setara dengan Rp 22,4 triliun untuk subsidi obat dan upaya penanganan lain salah satunya membangun rumah sakit dengan kapasitas 1.000 tempat tidur dalam sepekan.
Faktor ketiga adalah kondisi pasien yang terjangkit. Tingkat kesembuhan juga dipengaruhi oleh usia, lama paparan infeksi dan berbagai hal lain. Anak-anak dan lansia cenderung lebih susah disembuhkan karena sistem imunnya yang relatif lebih lemah. Sementara lamanya paparan terhadap virus semakin menyulitkan penyembuhan.
Tiga upaya kuratif di atas juga harus dibarengi dengan upaya preventif seperti yang sudah dilakukan di China. Pemerintah memberikan instruksi kepada warganya untuk mengenakan masker. Bahkan secara tegas pemerintah China akan memberikan denda bagi pelanggarnya.
Upaya kontrol dan penyembuhan tak bisa dilakukan oleh satu pihak saja, koordinasi dengan berbagai elemen yang ada serta keterbukaan informasi mutlak diperlukan. Terkait masalah keterbukaan informasi dan koordinasi dapat dilakukan dengan cara update data kasus secara terbuka dan real time, meningkatkan pengawasan dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat terkait atau instansi seperti WHO dan peningkatan skrining di berbagai fasilitas transportasi publik.
Jika berkaca pada kasus SARS 2003 lalu, wabah ini berlangsung kurang lebih enam bulan yang berlangsung sejak Februari hingga Juli 2003. SARS menyebabkan 8.096 orang terinfeksi dan 774 orang meninggal. Artinya tingkat fatalitasnya berada di angka 9,6%.
Jika dibandingkan dengan kasus virus corona baru saat ini tingkat fatalitasnya lebih rendah, yaitu di angka 2,9%. Pasalnya jumlah korban yang meninggal ada 80 orang dari 2.744 kasus yang dilaporkan.
Tingkat fatalitas yang lebih rendah ini ditengarai karena pemerintah China lebih terbuka dan perkembangan teknologi terutama di bidang kajian saintifik dan farmasi yang semakin maju.
Jadi kesimpulannya adalah deteksi, isolasi, dan pengobatan yang cepat dan tepat serta keterbukaan informasi dan koordinasi dengan berbagai elemen yang ada memegang peranan penting dalam penyembuhan virus berbahaya ini. Bagaimanapun juga tantangannya memang besar, mengingat merupakan virus baru dan belum ada obat spesifiknya.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg)
Bukan hanya masalah di ketersediaan obat, ketersediaan infrastruktur yang memadai juga penting. Jumlah dokter yang menangani pasien, jumlah kamar dan kasur rumah sakit serta kapasitas rumah sakit jadi pertimbangan selanjutnya.
Dengan semakin bertambahnya korban berjatuhan, dan tingkat okupansi rumah sakit yang terus meningkat membuat pemerintah China menggelontorkan dana senilai US$ 1,6 miliar atau setara dengan Rp 22,4 triliun untuk subsidi obat dan upaya penanganan lain salah satunya membangun rumah sakit dengan kapasitas 1.000 tempat tidur dalam sepekan.
Tiga upaya kuratif di atas juga harus dibarengi dengan upaya preventif seperti yang sudah dilakukan di China. Pemerintah memberikan instruksi kepada warganya untuk mengenakan masker. Bahkan secara tegas pemerintah China akan memberikan denda bagi pelanggarnya.
Upaya kontrol dan penyembuhan tak bisa dilakukan oleh satu pihak saja, koordinasi dengan berbagai elemen yang ada serta keterbukaan informasi mutlak diperlukan. Terkait masalah keterbukaan informasi dan koordinasi dapat dilakukan dengan cara update data kasus secara terbuka dan real time, meningkatkan pengawasan dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat terkait atau instansi seperti WHO dan peningkatan skrining di berbagai fasilitas transportasi publik.
Jika berkaca pada kasus SARS 2003 lalu, wabah ini berlangsung kurang lebih enam bulan yang berlangsung sejak Februari hingga Juli 2003. SARS menyebabkan 8.096 orang terinfeksi dan 774 orang meninggal. Artinya tingkat fatalitasnya berada di angka 9,6%.
Jika dibandingkan dengan kasus virus corona baru saat ini tingkat fatalitasnya lebih rendah, yaitu di angka 2,9%. Pasalnya jumlah korban yang meninggal ada 80 orang dari 2.744 kasus yang dilaporkan.
Tingkat fatalitas yang lebih rendah ini ditengarai karena pemerintah China lebih terbuka dan perkembangan teknologi terutama di bidang kajian saintifik dan farmasi yang semakin maju.
Jadi kesimpulannya adalah deteksi, isolasi, dan pengobatan yang cepat dan tepat serta keterbukaan informasi dan koordinasi dengan berbagai elemen yang ada memegang peranan penting dalam penyembuhan virus berbahaya ini. Bagaimanapun juga tantangannya memang besar, mengingat merupakan virus baru dan belum ada obat spesifiknya.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg)
Pages
Most Popular