Imlek 2020: Ekonomi China Tekor Gara-gara Virus Corona

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
25 January 2020 09:37
Imlek 2020: Ekonomi China Tekor Gara-gara Virus Corona
Foto: Hong Kong Terkena Corona. (AP Photo/Ng Han Guan)
Jakarta, CNBC Indonesia - Libur tahun baru imlek yang jatuh pada hari ini seharusnya jadi momen bahagia untuk bepergian atau sekadar mengunjungi festival. Namun hantu bernama virus corona yang merebak di China akhir-akhir ini membuat orang-orang cemas dan ekonomi Negeri Panda kena dampaknya.

Tahun baru China atau biasa disebut imlek merupakan sebuah tradisi perayaan pergantian tahun bagi orang - orang Tionghoa. Di China tahun baru imlek diwarnai dengan tradisi berkunjung ke sanak famili dan menghadiri berbagai festival.

China menetapkan libur satu minggu tertanggal sejak 24-30 Januari 2020. Menurut kepercayaan orang Tionghoa, kalender imlek dikaitkan dengan zodiak yang jumlahnya ada 12 yang masing-masingnya merupakan karakter dari hewan. Jadi setiap dua belas tahun sekali akan terjadi siklus. Untuk tahun baru imlek 2020, tahun ini dipercaya tahunnya untuk shio (zodiak) tikus.

Tahun baru imlek biasanya jadi momentum yang menggerakkan roda perekonomian. Sektor yang terkena dampak positif dari tradisi ini adalah transportasi, pariwisata, perhotelan, restoran hingga industri hiburan lainnya.

Mengutip laporan Washington Post, dalam periode 40 hari Chunyun (festival bepergian yang biasanya dimulai 15 hari sebelum imlek), diperkirakan akan ada 440 juta perjalanan menggunakan kereta di China. Jumlah tersebut naik 8% dibanding tahun lalu.

Pada periode yang sama jumlah penumpang pesawat terbang diramal mencapai 79 juta, naik 8% dibanding tahun lalu. Kemungkinan akan ada rata-rata 17 ribu penerbangan per harinya. Jumlahnya diramal naik 13% dibanding tahun lalu.

Namun, libur imlek yang seharusnya menyenangkan, kini malah mencekam. Apalagi kalau bukan wabah virus corona yang menyebar di Wuhan, China bagian tengah. Virus ini telah menewaskan lebih dari 26 orang dan membuat 830 orang di China terutama Wuhan terjangkit.

Pemerintah China saat ini tengah berupaya agar penyakit tersebut semakin meluas dan jadi pandemi seperti SARS 17 tahun silam. Bagaimanapun juga patogennya masih satu jenis. Virus corona baru ini ditemukan akhir Desember lalu. Virus ini menyerang sistem pernafasan dengan gejala awal mirip flu tetapi dapat mengakibatkan pneumonia yang fatal.

Kota Wuhan benar-benar dikarantina. Segala akses transportasi umum ditutup. Setiap orang dihimbau untuk tak bepergian ke mana-mana. Tak hanya Wuhan saja yang dikarantina. Ada beberapa kota lain yang juga dikarantina.

Kota-kota yang dikarantina antara lain Huanggang, Xiantao, Ezhou, Qianjiang, Zhijiang, Chibi dan Lichuan. Segala akses transportasi umum ditutup. Transportasi umum di Wuhan ditutup sejak 23 Januari dan setiap orang diminta untuk tak bepergian.

Penutupan berbagai fasilitas transportasi membuat sektor ini jadi lesu. Tak hanya sektor ini yang berpotensi jadi lesu. Ada beberapa sektor lain yang juga kena imbasnya. Salah satunya adalah sektor hiburan seperti festival. Otoritas Beijing telah membatalkan berbagai perayaan imlek. Bahkan Disneyland di Shang Hai untuk sementara ditutup.

Tak dapat dipungkiri ekonomi Negeri Panda akan kena dampaknya. Namun banyak ekonom yang belum mau menyebut angka ramalan berapa potensi kerugian yang diderita oleh China akibat virus ini.


[Gambas:Video CNBC]



CNBC Internasional melaporkan bahwa para ekonom memandang adanya virus ini tak akan terlalu berdampak signifikan dan sifatnya temporer. Namun soal angka kerugian ekonmi, mereka masih tak mau angkat bicara sebelum mengetahui karakteristik virus dan bagaimana penyebarannya.

Jika berkaca pada kejadian saat wabah SARS merebak, dampaknya terhadap ekonomi China memang menyakitkan. Pertumbuhan ekonomi China turun 2 persen poin dari 11,1% menjadi 9,1% saat virus SARS menyerang.

Untuk saat ini yang terkena dampaknya adalah Wuhan dan kota di sekitarnya di provinsi Hubei. Menurut Citibank ekonomi kota Wuhan sendiri yang dihuni oleh lebih dari 10 juta orang menyumbang 1,6% dari total output perekonomian China. Namun jika ditambah dengan kota-kota lain di provinsi Hubei maka kontribusinya menjadi 4,6%.

Jadi seberapa parah dampaknya sangat tergantung dari seberapa mampu China mengkarantina virus ini agar tak keluar. Pada 2014 lalu virus korona juga merebak di Arab. Virus ini menyebabkan penyakit mirip SARS bernama MERS. Tingkat fatalitasnya juga jauh lebih tinggi dari SARS yang mencapai 34%. Namun tak begitu menyebabkan gejolak global karena virus ini berhasil ditangani dan dikarantina dengan baik.

“Jika virus ini sampai jadi pandemi (amit-amit) maka ekonomi yang paling merasakan pukulannya adalah Thailand, Hong Kong dan Singapura, karena ketiganya yang paling rentan. Sementara Korea Selatan, China dan Taiwan dampaknya tak terlalu signifikan” tulis Citibank dalam laporannya.

Citibank bahkan membuat indeks yang dinamai Indeks Kerentanan Ekonomi untuk mengidentifikasi negara mana yang akan paling kena dampaknya dan paling rentan terhadap perubahan pola perilaku menggunakan kasus SARS.
Imlek Tahun Ini, Ekonomi China Tekor Gara-gara Virus Corona?

Walau Citibank menyebut dampaknya tak terlalu signifikan, merebaknya virus kala perekonomian China sedang lagi tak moncer seperti sekarang ini bukan hal yang bagus. Kajian lain yang dilakukan oleh Commerzbank, dampaknya terhadap ekonomi China juga harus diukur dari kontribusi sektor perjalanan & pariwisata serta konsumsi masyarakat yang berpotensi besar terimbas terhadap total perekonomian China.

Pada awal tahun 2000-an belanja konsumen China menyumbang pertumbuhan ekonomi Negeri Panda sebesar 40% hingga 50% . Akibat SARS turun menjadi 35%, anjlok lima persen poin. Saat ini kontribusi pos ini terhadap pertumbuhan ekonomi China sudah mencapai 60%. Bisa dibayangkan kalau virus ini jadi pandemi.

Kedua sektor transportasi perjalanan juga memiliki kontribusi yang lebih besar bagi ekonomi China. Dulu pada tahun 2003, kontribusi sektor perjalanan dan pariwisata hanya menyumbang 2% terhadap ekonomi China. Kini kontribusinya sudah mencapai 5%.

Kesimpulannya, seberapa parah ekonomi kena dampaknya gara-gara virus korona ini sangat tergantung dari apakah virus ini akan jadi pandemi atau tidak. Tergantung juga dari seberapa lama virus ini dapat bertahan. Tentu yang diharapkan adalah virus ini tak sampai menyebar ke berbagai penjuru dunia dan menyebabkan pandemi, karena kalau iya ekonomi ikut sengsara dibuatnya. Apalagi kondisi ekonomi belum pulih benar seperti sekarang ini.




TIM RISET CNBC INDONESIA



(twg/twg) Next Article Imlek 2020, Musim Mudik Terbesar di Dunia Segera Tiba

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular