
Imlek 2020: Ekonomi China Tekor Gara-gara Virus Corona
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
25 January 2020 09:37

CNBC Internasional melaporkan bahwa para ekonom memandang adanya virus ini tak akan terlalu berdampak signifikan dan sifatnya temporer. Namun soal angka kerugian ekonmi, mereka masih tak mau angkat bicara sebelum mengetahui karakteristik virus dan bagaimana penyebarannya.
Jika berkaca pada kejadian saat wabah SARS merebak, dampaknya terhadap ekonomi China memang menyakitkan. Pertumbuhan ekonomi China turun 2 persen poin dari 11,1% menjadi 9,1% saat virus SARS menyerang.
Untuk saat ini yang terkena dampaknya adalah Wuhan dan kota di sekitarnya di provinsi Hubei. Menurut Citibank ekonomi kota Wuhan sendiri yang dihuni oleh lebih dari 10 juta orang menyumbang 1,6% dari total output perekonomian China. Namun jika ditambah dengan kota-kota lain di provinsi Hubei maka kontribusinya menjadi 4,6%.
Jadi seberapa parah dampaknya sangat tergantung dari seberapa mampu China mengkarantina virus ini agar tak keluar. Pada 2014 lalu virus korona juga merebak di Arab. Virus ini menyebabkan penyakit mirip SARS bernama MERS. Tingkat fatalitasnya juga jauh lebih tinggi dari SARS yang mencapai 34%. Namun tak begitu menyebabkan gejolak global karena virus ini berhasil ditangani dan dikarantina dengan baik.
“Jika virus ini sampai jadi pandemi (amit-amit) maka ekonomi yang paling merasakan pukulannya adalah Thailand, Hong Kong dan Singapura, karena ketiganya yang paling rentan. Sementara Korea Selatan, China dan Taiwan dampaknya tak terlalu signifikan” tulis Citibank dalam laporannya.
Citibank bahkan membuat indeks yang dinamai Indeks Kerentanan Ekonomi untuk mengidentifikasi negara mana yang akan paling kena dampaknya dan paling rentan terhadap perubahan pola perilaku menggunakan kasus SARS.
Walau Citibank menyebut dampaknya tak terlalu signifikan, merebaknya virus kala perekonomian China sedang lagi tak moncer seperti sekarang ini bukan hal yang bagus. Kajian lain yang dilakukan oleh Commerzbank, dampaknya terhadap ekonomi China juga harus diukur dari kontribusi sektor perjalanan & pariwisata serta konsumsi masyarakat yang berpotensi besar terimbas terhadap total perekonomian China.
Pada awal tahun 2000-an belanja konsumen China menyumbang pertumbuhan ekonomi Negeri Panda sebesar 40% hingga 50% . Akibat SARS turun menjadi 35%, anjlok lima persen poin. Saat ini kontribusi pos ini terhadap pertumbuhan ekonomi China sudah mencapai 60%. Bisa dibayangkan kalau virus ini jadi pandemi.
Kedua sektor transportasi perjalanan juga memiliki kontribusi yang lebih besar bagi ekonomi China. Dulu pada tahun 2003, kontribusi sektor perjalanan dan pariwisata hanya menyumbang 2% terhadap ekonomi China. Kini kontribusinya sudah mencapai 5%.
Kesimpulannya, seberapa parah ekonomi kena dampaknya gara-gara virus korona ini sangat tergantung dari apakah virus ini akan jadi pandemi atau tidak. Tergantung juga dari seberapa lama virus ini dapat bertahan. Tentu yang diharapkan adalah virus ini tak sampai menyebar ke berbagai penjuru dunia dan menyebabkan pandemi, karena kalau iya ekonomi ikut sengsara dibuatnya. Apalagi kondisi ekonomi belum pulih benar seperti sekarang ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Jika berkaca pada kejadian saat wabah SARS merebak, dampaknya terhadap ekonomi China memang menyakitkan. Pertumbuhan ekonomi China turun 2 persen poin dari 11,1% menjadi 9,1% saat virus SARS menyerang.
Untuk saat ini yang terkena dampaknya adalah Wuhan dan kota di sekitarnya di provinsi Hubei. Menurut Citibank ekonomi kota Wuhan sendiri yang dihuni oleh lebih dari 10 juta orang menyumbang 1,6% dari total output perekonomian China. Namun jika ditambah dengan kota-kota lain di provinsi Hubei maka kontribusinya menjadi 4,6%.
“Jika virus ini sampai jadi pandemi (amit-amit) maka ekonomi yang paling merasakan pukulannya adalah Thailand, Hong Kong dan Singapura, karena ketiganya yang paling rentan. Sementara Korea Selatan, China dan Taiwan dampaknya tak terlalu signifikan” tulis Citibank dalam laporannya.
Citibank bahkan membuat indeks yang dinamai Indeks Kerentanan Ekonomi untuk mengidentifikasi negara mana yang akan paling kena dampaknya dan paling rentan terhadap perubahan pola perilaku menggunakan kasus SARS.
![]() |
Walau Citibank menyebut dampaknya tak terlalu signifikan, merebaknya virus kala perekonomian China sedang lagi tak moncer seperti sekarang ini bukan hal yang bagus. Kajian lain yang dilakukan oleh Commerzbank, dampaknya terhadap ekonomi China juga harus diukur dari kontribusi sektor perjalanan & pariwisata serta konsumsi masyarakat yang berpotensi besar terimbas terhadap total perekonomian China.
Pada awal tahun 2000-an belanja konsumen China menyumbang pertumbuhan ekonomi Negeri Panda sebesar 40% hingga 50% . Akibat SARS turun menjadi 35%, anjlok lima persen poin. Saat ini kontribusi pos ini terhadap pertumbuhan ekonomi China sudah mencapai 60%. Bisa dibayangkan kalau virus ini jadi pandemi.
Kedua sektor transportasi perjalanan juga memiliki kontribusi yang lebih besar bagi ekonomi China. Dulu pada tahun 2003, kontribusi sektor perjalanan dan pariwisata hanya menyumbang 2% terhadap ekonomi China. Kini kontribusinya sudah mencapai 5%.
Kesimpulannya, seberapa parah ekonomi kena dampaknya gara-gara virus korona ini sangat tergantung dari apakah virus ini akan jadi pandemi atau tidak. Tergantung juga dari seberapa lama virus ini dapat bertahan. Tentu yang diharapkan adalah virus ini tak sampai menyebar ke berbagai penjuru dunia dan menyebabkan pandemi, karena kalau iya ekonomi ikut sengsara dibuatnya. Apalagi kondisi ekonomi belum pulih benar seperti sekarang ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Pages
Most Popular