Trump Serang Balik Iran dengan 'Senjata' Ini, Efektifkah?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
24 January 2020 17:50
Nuklir Iran yang Buat AS Gemetar
Foto: REUTERS/Shamil Zhumatov
Program nuklir Iran ini meliputi beberapa situs penelitian, dua tambang uranium, reaktor nuklir untuk riset serta fasilitas pemrosesan uranium yang termasuk di dalamya ada reaktor pengayaan nuklir.

Karena dikhawatirkan akan membuat senjata pemusnah masal dan sikap Iran yang mendukung organisasi yang dianggap sebagai teroris oleh AS (seperti Hesbollah dan Hamas), AS yang kala itu dipimpin oleh Presiden Bill Clinton mengeluarkan instruksi untuk menghentikan investasi AS di sektor energi AS. Tak sampai di situ saja, aktivitas investasi lain hingga perdagangan dengan Iran. Peristiwa ini terjadi pada 1995.

Setahun kemudian, lahirlah sanksi ekonomi untuk Iran dan Libya yang melarang perusahaan untuk bekerja sama dengan kedua negara tersebut. Sanksi ini dikenal dengan nama Iran and Libya Sanctions Act of 1996 (ILSA 1996).

Konflik kembali memuncak di awal tahun 2000-an, kala itu program pengayaan uranium Iran semakin dituduh sebagai upaya pengembangan senjata pemusnah masal. Pada 2003 IAEA melakukan investigasi terhadap Iran karena tak memberitahukan aktivitas pengayaan uranium itu.

Pada 2006, Dewan Keamanan PBB meminta Iran untuk menghentikan program pengayaan uraniumnya karena tak mematuhi perjanjian NPT. IAEA terus melakukan investigasi pada Iran hingga pada November 2011, IAEA mempublikasikan laporannya dan membenarkan bahwa Iran melakukan pengembangan bom nuklir hingga 2003, tetapi upaya itu tetap dilakukan setelahnya walau pada skala yang lebih kecil.

Pada 2015 dan 2018 IAEA mempublikasikan laporan terbarunya dan mengatakan tak menemukan bukti kuat bahwa Iran masih mengembangkan senjata nuklir setelah tahun 2009.

Namun, konflik terus bergulir. Pada 2010, kongres AS meloloskan aturan lanjutan tentang sanksi ekonomi AS untuk Iran yang dinamai Comprehensive Iran Sanctions, Accountability and Divestment Act (CISADA). Dalam aturan itu, AS akan memberikan sanksi kepada siapa saja yang membantu sektor perminyakan Iran.

Maklum saja, Iran sebagai negara yang kaya akan minyak ekonominya masih bertumpu pada sektor perminyakan. Menurut data CIA Factbook, Iran merupakan negara terbesar keempat di dunia berdasarkan cadangan minyaknya. Jika mengacu pada data sebelum ladang minyak terbaru ditemukan jumlah cadangan minyak yang sudah terbukti milik Iran mencapai 158,4 milyar barel. (twg/twg)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular