Round Up

Kala Iran Berduka & Protes Tuntut Mati Ayatollah

Redaksi, CNBC Indonesia
18 January 2020 09:29
Permintaan Maaf, Dukungan Trump & Pangeran Iran
Foto: Kecelakaan Psawat Ukraina di Iran (AP Photo/Ebrahim Noroozi)
Meski sempat membantah dan menuding hal ini merupakan rumor yang sengaja dihembuskan AS, Presiden Iran Hassan Rouhani akhirnya mengakui kesalahan manusia membuat pesawat naas tersebut tak sengaja ditembak.

"Internal investigasi Angkatan bersenjata telah menyimpulkan bahwa rudal yang disesalkan ditembakkan karena kesalahan manusia yang berdampak pada jatuhnya pesawat Ukraina & kematian 176 orang tak bersalah. Investigasi dilanjut untuk mengidentifikasi dan menuntut atas tragedi besar ini dan kesalahan tak termaafkan," cuitnya lewat akun Twitter-nya.

"Republik Islam Iran sangat menyesali kesalahan yang fatal ini. Pikiran dan doa saya ditujukan kepada semua keluarga yang berkabung (ditinggalkan). Saya mengucapkan belasungkawa yang tulus."

Sementara itu, aksi protes tersebut mendapat dukungan dari Presiden AS Donald Trump. Ia menyampaikan dukungannya melalui Twitter untuk para demonstran seraya mengatakan pemerintahannya akan "terus mendukung anda (warga Iran)".

Demikian juga, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menyatakan dukungannya untuk para demonstran. Bahkan Netanyahu meminta kekuatan Eropa untuk meningkatkan tekanan pada rezim Iran.

Konflik yang memuncak antara AS dengan Iran belakangan, menarik perhatian berbagai kalangan. Salah satunya adalah mantan Pangeran Iran Reza Pahlavi.

Pada Rabu (15/1/2020), ahli waris monarki yang digulingkan itu memperkirakan bahwa rezim ulama yang dipimpin Ayatollah Ali Khamenei akan runtuh dalam beberapa bulan lagi. Ia juga mendesak negara-negara Barat untuk tidak bernegosiasi dengan mereka.

"Hanya masalah waktu baginya untuk mencapai klimaks terakhir. Saya pikir kita berada dalam mode itu," kata Pahlavi pada sebuah konferensi pers di Washington sebagaimana dikutip CNBC International.

"Ini adalah minggu atau bulan sebelum keruntuhan total, tidak berbeda dengan tiga bulan terakhir pada 1978 sebelum revolusi," lanjutnya.

Lebih lanjut, dalam pidato di Institut Hudson ahli waris Peacock Throne itu juga menyampaikan dukungan untuk tekanan yang diberikan Presiden AS Donald Trump. Di mana presiden kontroversial itu, melakukan isolasi dan sanksi.

"Sudah lama mengakui bahwa ini bukan rezim normal dan (rezim itu) tidak akan mengubah perilakunya," kata Pahlavi.

"Rekan sebangsa saya mengerti bahwa rezim ini tidak dapat direformasi dan harus disingkirkan."

"Rakyat Iran berharap dunia menunjukkan lebih dari sekadar dukungan moral. Mereka berharap tidak akan ditindas atas nama diplomasi dan negosiasi." (sef/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular