
Jakarta Banjir, Jokowi Sebut Masterplan Sudah Ada Sejak 1973
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
17 January 2020 15:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Jokowi sempat kembali mengungkapkan bahwa program penanganan banjir di DKI Jakarta dan sekitarnya perlu kebijakan hulu-hilir dan kerja sama pemerintah pusat dan daerah. Selain itu, Jokowi juga mengatakan masterplan penanganan banjir Jakarta sudah ada sejak 1973 sehingga menurutnya tak perlu ada ide baru, yang ada hanya segera dikerjakan dari yang sudah ada.
Ia mengatakan penanganan banjir Jakarta memang harus dari hulu ke hilir, mulai dari penanganan rehabilitasi hutan-hutan di hulu-hulu sungai, juga pembangunan bendungan di tengah, termasuk di Sungai Ciliwung. Namun, Jokowi menekankan penanganan sungai di DKI Jakarta tak hanya soal Ciliwung tapi ada belasan sungai lainnya yang kondisinya sudah banyak menyempit terdesak pemukiman warga.
"Semuanya perlu dilebarkan karena itu tanyakan ke kementerian PU pembagiannya dengan pemerintah provinsi seperti apa di Jabar, Jakarta dan pusat seperti apa, dan semuanya mesti satu visi sekarang masterplan banjir untuk Jakarta tahun 1973 sudah ada, harus melakukan apa-apa, semuanya ada, nggak usah ada ide-ide baru," kata Jokowi saat berdiskusi dengan awak media, Jumat (17/1).
Jokowi menegaskan berdasarkan masterplan, sungai-sungai di Jakarta harus dilebarkan tanpa kecuali. "Teknisnya mau normalisasi, naturalisasi silakan tapi dilebarkan, semua sungai itu yang tengah," katanya.
Sebelumnya memang ada perbedaan cara pandang antara pemerintah pusat melalui Menteri PUPR Basuki Hadimuljono yang menekankan soal pelaksanaan program normalisasi, dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang lebih condong pada ide atau konsep naturalisasi.
Selain itu, menurut Jokowi penanganan banjir Jakarta juga tetap disiapkan di bagian hilir atau ujung dari muara sungai. Salah satunya dengan memaksimalkan pompa-pompa air ke laut karena banyak wilayah pesisir di Jakarta lebih rendah dari permukaan laut.
"Di ujung masih ada lagi waduk-waduk diperbanyak, pompa-pompa juga diperbanyak, di ujung juga kita berhadapan dengan rob air laut naik terus itu rencana lama giant sea wall untuk tahan air masuk ke Jakarta," katanya.
Menurutnya pembangunan-pembangunan di atas harus segera dilakukan secara bertahap, antara lain di banjir kanal barat, kanal timur, normalisasi Ciliwung, normalisasi Kali Pesanggrahan dah lain-lain yang dikerjakan oleh PUPR dengan dukungan pemerintah daerah.
"Silakan yang penting segera dikerjakan di lapangan kalau saya prinsip itu saja," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Pabrik Terendam Banjir Rob Semarang, Berapa Kerugiannya?
Ia mengatakan penanganan banjir Jakarta memang harus dari hulu ke hilir, mulai dari penanganan rehabilitasi hutan-hutan di hulu-hulu sungai, juga pembangunan bendungan di tengah, termasuk di Sungai Ciliwung. Namun, Jokowi menekankan penanganan sungai di DKI Jakarta tak hanya soal Ciliwung tapi ada belasan sungai lainnya yang kondisinya sudah banyak menyempit terdesak pemukiman warga.
"Semuanya perlu dilebarkan karena itu tanyakan ke kementerian PU pembagiannya dengan pemerintah provinsi seperti apa di Jabar, Jakarta dan pusat seperti apa, dan semuanya mesti satu visi sekarang masterplan banjir untuk Jakarta tahun 1973 sudah ada, harus melakukan apa-apa, semuanya ada, nggak usah ada ide-ide baru," kata Jokowi saat berdiskusi dengan awak media, Jumat (17/1).
Jokowi menegaskan berdasarkan masterplan, sungai-sungai di Jakarta harus dilebarkan tanpa kecuali. "Teknisnya mau normalisasi, naturalisasi silakan tapi dilebarkan, semua sungai itu yang tengah," katanya.
Sebelumnya memang ada perbedaan cara pandang antara pemerintah pusat melalui Menteri PUPR Basuki Hadimuljono yang menekankan soal pelaksanaan program normalisasi, dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang lebih condong pada ide atau konsep naturalisasi.
Selain itu, menurut Jokowi penanganan banjir Jakarta juga tetap disiapkan di bagian hilir atau ujung dari muara sungai. Salah satunya dengan memaksimalkan pompa-pompa air ke laut karena banyak wilayah pesisir di Jakarta lebih rendah dari permukaan laut.
"Di ujung masih ada lagi waduk-waduk diperbanyak, pompa-pompa juga diperbanyak, di ujung juga kita berhadapan dengan rob air laut naik terus itu rencana lama giant sea wall untuk tahan air masuk ke Jakarta," katanya.
Menurutnya pembangunan-pembangunan di atas harus segera dilakukan secara bertahap, antara lain di banjir kanal barat, kanal timur, normalisasi Ciliwung, normalisasi Kali Pesanggrahan dah lain-lain yang dikerjakan oleh PUPR dengan dukungan pemerintah daerah.
"Silakan yang penting segera dikerjakan di lapangan kalau saya prinsip itu saja," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Pabrik Terendam Banjir Rob Semarang, Berapa Kerugiannya?
Most Popular