Penyaluran Kredit Baru Melambat, Tanda Ekonomi Lesu?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
16 January 2020 14:40
Tanda Ekonomi Lesu
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Kalau ditelusuri sejak 2018, The Fed selaku bank sentral AS menaikkan suku bunga acuan Fed Fund Rate sebanyak empat kali. Sehingga terjadi capital outflow puluhan triliun dari pasar keuangan RI. Sejak awal tahun hingga akhir Juli 2019 capital outflow di pasar saham RI hampir tembus Rp 50 triliun.Dampaknya adalah neraca pembayaran Indonesia jebol dan nilai tukar rupiah anjlok di hadapan dolar hingga tembus angka Rp 15.000/US$.

Bank Indonesia kala itu sampai menaikkan tingkat suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate hingga enam kali di bulan Mei dua kali, Juni, Agustus, September dan November. Suku bunga acuan BI naik dari 4,25% menjadi 6% atau naik 175 basis poin.

Kenaikan suku bunga ini membuat biaya untuk pinjaman jadi mahal. Selanjutnya tahun 2019, kinerja ekonomi bisa dibilang jauh dari moncer. Tahun 2019 diwarnai dengan anjloknya harga komoditas unggulan RI yaitu batu bara. Harga batu bara anjlok 30% lebih dalam setahun.

Aktivitas perdagangan dan investasi juga melambat akibat perang dagang Amerika Serikat dan China. Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 hingga tiga kali dan terakhir meramal ekonomi global tumbuh di angka 3%.

The Fed akhirnya melonggarkan kebijakan moneternya dengan menurunkan suku bunga acuan hingga tiga kali. Hal itu juga diikuti oleh bank sentral RI yang menurunkan suku bunga acuan sebanyak 3 kali pada 2019.

Pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan bank sentral selama tahun 2019 tak langsung dapat ditransmisikan oleh perbankan. Biaya kredit masih tinggi, oleh karena itu permintaan terhadap kredit tak dapat langsung pulih.

BI memprakirakan penyaluran kredit baru tahun kuartal I 2020 akan lebih rendah dari kuartal IV 2019 karena faktor musiman. Seperti yang sudah-sudah kuartal pertama ditandai dengan belum panas-nya perekonomian.

Namun berdasarkan SPBI, responden masih tetap optimis terhadap pertumbuhan kredit untuk keseluruhan tahun 2020. Responden memprakirakan kredit tumbuh 9,4% (yoy) pada 2020. Optimisme ini didorong oleh risiko penyaluran kredit dan rasio kecukupan modal yang relatif terjaga. 


TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/twg)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular