RI Doyan Impor Garam, ke Mana BUMN PT Garam?
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
14 January 2020 16:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah berencana mengalokasikan impor garam sebanyak 2,92 juta ton di 2020 atau naik 6% dari jatah 2019 yang hanya 2,75 juta ton. Impor garam yang terus bertambah karena pelaku industri selaku pengguna garam menilai garam impor lebih berkualitas dan harga bersaing daripada garam lokal.
Anggapan ini ditolak oleh Direktur Utama BUMN PT Garam (Persero) Budi Sasongko. Menurutnya, kualitas garam lokal tidak kalah saing dengan impor, buktinya garam lokal sudah banyak digunakan oleh pelaku industri.
"Gini, orang yang berpandangan gitu (kualitas garam lokal di bawah garam impor) perlu diluruskan. Garam lokal bisa untuk industri. Industri banyak klusternya. Perikanan, kertas, minyak, aneka pangan, macem-macem. Untuk (industri) kertas saja bisa dari dalam negeri. Apalagi water treatment penyamaan kulit. Bisa semuanya," kata Budi kepada CNBC Indonesia, Selasa (14/1)
Khusus untuk industri pangan yang juga membutuhkan kualitas garam yang baik, Budi menilai garam lokal tetap mampu memenuhi standar kualitas yang ada. "PT. Garam tahun ini jualan kita hampir 300 ribu ton untuk aneka pangan, (misal) saos, kecap, sosis cake semuanya bisa," katanya.
Pernyataan Budi ini sekaligus untuk menjawab tudingan yang berkembang di kalangan industri. Bahkan banyak industri yang enggan menggunakan garam lokal karena kualitasnya yang berada di bawah garam impor dan harga tak bersaing. Salah satunya dikeluhkan oleh Ketua Umum Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) Tony Tanduk.
"Kan kualitasnya. Yang dibutuhkan itu kualitas sama harga. Kalau lokal memenuhi ya lokal tapi sementara ini masih di impor," kata Tony.
Catatan Kementerian Perikanan dan Kelautan (KKP), RI punya lahan garam seluas 27.047,65 ha. Seluas 22.592,65 ha dimiliki oleh petambak garam yang jumlahnya mencapai 19.503 orang. Sisanya yang 4.455 ha lainnya milik PT Garam.
Indonesia memiliki 9 sentra produksi garam yang tersebar di bagian barat, tengah dan timur di Indonesia. Di bagian barat ada sentra produksi garam di Indramayu dan Cirebon, di tengah ada Pati, Rembang, Gresik dan Pulau Madura. Sementara di bagian Timur ada di NTB (Bima), NTT dan Sulawesi Selatan (Jeneponto).
Per 3 November 2019 tercatat, total produksi garam nasional sejumlah 2.089.824,25 ton yang terdiri dari 1.743.580,25 ton produksi garam rakyat dan 346.244 ton produksi PT Garam. Stok garam rakyat sebesar 1.003.668,70 ton, ini termasuk 131.444,87 ton sisa produksi garam rakyat tahun 2018
Dengan luas lahan, total produksi dan persebaran sentra produksi garam yang ada, nyatanya RI masih impor garam. Pada 2019 saja sejak Januari - Oktober impor garam Indonesia mencapai 1,95 juta ton dengan nilai mencapai US$ 71,9 juta atau setara Rp 1 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$).
(hoi/hoi) Next Article Ini Alasan RI Belum Juga Bebas dari Cengkeraman Garam Impor!
Anggapan ini ditolak oleh Direktur Utama BUMN PT Garam (Persero) Budi Sasongko. Menurutnya, kualitas garam lokal tidak kalah saing dengan impor, buktinya garam lokal sudah banyak digunakan oleh pelaku industri.
"Gini, orang yang berpandangan gitu (kualitas garam lokal di bawah garam impor) perlu diluruskan. Garam lokal bisa untuk industri. Industri banyak klusternya. Perikanan, kertas, minyak, aneka pangan, macem-macem. Untuk (industri) kertas saja bisa dari dalam negeri. Apalagi water treatment penyamaan kulit. Bisa semuanya," kata Budi kepada CNBC Indonesia, Selasa (14/1)
Pernyataan Budi ini sekaligus untuk menjawab tudingan yang berkembang di kalangan industri. Bahkan banyak industri yang enggan menggunakan garam lokal karena kualitasnya yang berada di bawah garam impor dan harga tak bersaing. Salah satunya dikeluhkan oleh Ketua Umum Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) Tony Tanduk.
"Kan kualitasnya. Yang dibutuhkan itu kualitas sama harga. Kalau lokal memenuhi ya lokal tapi sementara ini masih di impor," kata Tony.
Catatan Kementerian Perikanan dan Kelautan (KKP), RI punya lahan garam seluas 27.047,65 ha. Seluas 22.592,65 ha dimiliki oleh petambak garam yang jumlahnya mencapai 19.503 orang. Sisanya yang 4.455 ha lainnya milik PT Garam.
Indonesia memiliki 9 sentra produksi garam yang tersebar di bagian barat, tengah dan timur di Indonesia. Di bagian barat ada sentra produksi garam di Indramayu dan Cirebon, di tengah ada Pati, Rembang, Gresik dan Pulau Madura. Sementara di bagian Timur ada di NTB (Bima), NTT dan Sulawesi Selatan (Jeneponto).
Per 3 November 2019 tercatat, total produksi garam nasional sejumlah 2.089.824,25 ton yang terdiri dari 1.743.580,25 ton produksi garam rakyat dan 346.244 ton produksi PT Garam. Stok garam rakyat sebesar 1.003.668,70 ton, ini termasuk 131.444,87 ton sisa produksi garam rakyat tahun 2018
Dengan luas lahan, total produksi dan persebaran sentra produksi garam yang ada, nyatanya RI masih impor garam. Pada 2019 saja sejak Januari - Oktober impor garam Indonesia mencapai 1,95 juta ton dengan nilai mencapai US$ 71,9 juta atau setara Rp 1 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$).
(hoi/hoi) Next Article Ini Alasan RI Belum Juga Bebas dari Cengkeraman Garam Impor!
Most Popular