Punya Laut Luas, RI Kok Mabuk Garam Impor?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
13 January 2020 14:34
Punya Laut Luas, RI Kok Mabuk Garam Impor?
Foto: Arie Pratama
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia terkenal dengan garis pantai yang panjang atau terpanjang kedua di dunia. Sayangnya wilayah laut yang luas itu tak membuat Indonesia swasembada garam. Miris, impor garam masih tak terbendung sampai saat ini, bahkan pada 2020 alokasi impornya nyaris mencapai 3 juta ton.

Menurut catatan Kementerian Perikanan dan Kelautan (KKP), RI punya lahan garam seluas 27.047,65 ha. Seluas 22.592,65 ha dimiliki oleh petambak garam yang jumlahnya mencapai 19.503 orang. Sisanya yang 4.455 ha lainnya milik PT Garam, BUMN yang bergerak di bidang bisnis garam.

Indonesia memiliki 9 sentra produksi garam yang tersebar di bagian barat, tengah dan timur di Indonesia. Di bagian barat ada sentra produksi garam di Indramayu dan Cirebon, di tengah ada Pati, Rembang, Gresik dan Pulau Madura. Sementara di bagian Timur ada di NTB (Bima), NTT dan Sulawesi Selatan (Jeneponto).

Per 3 November 2019 tercatat, total produksi garam nasional sejumlah 2.089.824,25 ton yang terdiri dari 1.743.580,25 ton produksi garam rakyat dan 346.244 ton produksi PT Garam. Stok garam rakyat sebesar 1.003.668,70 ton, ini termasuk 131.444,87 ton sisa produksi garam rakyat tahun 2018

Dengan luas lahan, total produksi dan persebaran sentra produksi garam yang ada, nyatanya RI masih impor garam. Pada 2019 saja sejak Januari - Oktober impor garam Indonesia mencapai 1,95 juta ton dengan nilai mencapai US$ 71,9 juta atau setara Rp 1 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$).

Impor garam tercatat mencapai 2,55 juta ton pada 2017 dan 2,39 juta ton pada 2018. Indonesia mengimpor berbagai macam jenis garam mulai dari garam meja (halus), rock salts, hingga garam dengan kadar NaCl yang tinggi.

Impor garam Indonesia terbesar adalah garam dengan kualitas premium dengan kadar NaCl > 97%. Total impor garam jenis ini hingga Oktober tahun lalu mencapai 1,95 juta ton. Indonesia banyak mengimpor garam jenis ini dari Australia, India dan Selandia Baru.






Pertanyaannya adalah, kenapa sih Indonesia masih impor garam? Padahal kan Indonesia lautnya luas.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang mengatakan, impor garam terpaksa dilakukan karena industri dalam negeri membutuhkan garam impor. Garam yang dibutuhkan untuk industri mempunyai syarat atau ketentuan yang tinggi.



"Selama pasokan garam dan gula untuk industri yang mempunyai requirement tinggi untuk produk produknya mau tidak mau terpaksa kita harus impor, karena kita tidak boleh mematikan industri itu sendiri hanya karena tidak mempunyai bahan baku," kata Agus di Kemenperin, Senin (13/1).

Tak hanya kebutuhan industri atas garam kualitas tinggi saja yang membuat RI impor garam. Faktor lain mulai dari penyusutan lahan garam, minimnya intervensi teknologi, faktor lingkungan hingga kebijakan juga membuat impor garam jadi tak terbendung. Karena faktor tersebut laut Indonesia yang luas tak menjamin produksi garam melimpah.
Mari ulas satu per satu faktor-faktor Indonesia masih bergantung dengan garam impor.

Pertama, soal lahan, ada persoalan lahan tambak garam yang terus menyusut. Pada 2005 luas lahan tambak garam mencapai 33.625 ha. Sementara di tahun 2019 luas lahan garam mencapai 27.048 ha. Dalam kurun waktu 14 tahun lahan garam telah menyusut 6.577 ha atau menyusut 19,5%. Artinya per tahun, lahan untuk tambak garam menciut 1,4%.

Kedua, produksi dan produktivitas garam yang fluktuatif disebabkan oleh metode produksi garam di Indonesia yang terbilang konvensional. Produksi garam di Indonesia umumnya dilakukan dengan menguapkan air laut di atas lahan luas menggunakan panas matahari (solar evaporation). Metode produksi seperti ini tentu sangat bergantung pada musim kemarau.

Ketiga, intervensi teknologi masih minim. Padahal sudah banyak dikembangkan teknologi untuk mendongkrak produktivitas dan produksi garam. Salah satu contohnya adalah teknologi prisma dan teknologi geomembran.

Penggunaan teknik produksi yang masih tradisional dan minimnya penerapan teknologi, produktivitas garam RI mentok di angka 90-an ton/ha. Kalah jauh dengan Australia yang mampu mencapai 350 ton/ha.

Keempat, persoalan lingkungan juga mempengaruhi tingkat produksi dan kualitas garam dalam negeri. Garam dengan kualitas yang baik sangat bergantung pada karakteristik air laut, tanah dan iklimnya.

Berikut ini adalah syarat untuk produksi garam menurut kementerian perdagangan
Punya Laut Luas, Kok RI Impor Garam, Kenapa Nih?
Sayangnya, dengan menggunakan metode solar evaporation secara tradisional, faktor-faktor yang berpengaruh pada kualitas dan kuantitas garam itu justru menjadi kendala dalam proses produksi, karena:


• Di Indonesia, air laut banyak yang bercampur dengan air tawar karena sebagian besar laut menjadi muara bagi aliran sungai tawar. Di samping itu, air laut juga sering tercemar dengan polutan tertentu.
• Curah hujan di area produksi garam pada musim kemarau berkisar 100 - 300 mm per musim dengan tingkat kelembaban 60% - 80%. Hal ini mengakibatkan kualitas garam rendah. Di negara produsen garam besar seperti Australia, curah hujan pada musim kemarau hanya 10 - 100 mm per musim dengan tingkat kelembaban 30 - 40%.
• Musim kemarau dengan paparan panas tinggi di Indonesia berlangsung relatif pendek hanya 3 - 4 bulan per tahun. Sementara itu, di Australia dan China panjang paparan sinar matahari dapat mencapai 11 bulan per tahun.

• Pesisir yang landai, tanah tak poros/tembus, dan laut yang tenang dengan variasi pasang surut tak terlalu besar tidak dimiliki oleh seluruh wilayah pesisir Indonesia, sehingga, pada 2015 hanya ada sembilan provinsi yang memiliki tambak garam. 

Karena sejumlah faktor di atas, garam rakyat yang diproduksi di Indonesia hanya memiliki kandungan NaCl sebesar 81%-96%, sehingga masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhan garam nasional, khususnya garam industri yang mensyaratkan kualitas garam memiliki kandungan NaCl minimal sebesar 97%.

Pemerintah juga dinilai tak serius membenahi industri garam tanah air dengan impor yang tak terbendung itu. Kebijakan yang mendorong berkembangnya industri garam tanah air mutlak diperlukan. Bagaimanapun juga, perlu mendorong berkembangnya industri garam tanah air dengan memberdayakan petani garam lokal.



TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular