
Tekan Harga Gas, ESDM Minta PGN Beli LNG Spot Market
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
08 January 2020 20:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga gas industri tengah menjadi sorotan karena dianggap terlalu mahal. Bahkan, sampai Presiden Joko Widodo meminta agar harga gasnya diturunkan menjadi US$ 6 per MMBTU dalam waktu 3 bulan.
Plt. Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto menegaskan, pihaknya sudah menyiapkan perangkat peraturan dan tinggal mengimplementasikan di lapangan.
Menurut Djoksis sapaan akrabnya, saat ini masih ada ekspor liquefied natural gas (LNG) dalam bentuk spot. Pihaknya akan mengusahakan agar semua bisa diserap PGN dan disalurkan ke industri dengan harga US$ 6 per MMBTU. Pemerintah akan memberikan jatahnya agar harga gas terserbut bisa diserap PGN sesuai dengan kemampuannya.
"Harga lelang yang sesuai keinginan PGN supaya dia bisa mencapai Us$ 6 di industri. Kan yang punya infra dia nih, dia berapa harga beli dia. US$ 6 kurangi biaya infra harga itulah dia beli LNG ini, nah PGN lagi menghitung," ungkapnya di Kementerian ESDM, Rabu malam, (08/01/2020).
Misalnya, imbuh Djoksis, harga di pasar spot Us$ 4-5 per MMBTU, dengan harga tertinggi ini akan ditawarkan ke PGN karena menjadi prioritas. Jika kemampuan beli PGN di bawah pasar spot, pemerintah akan menyubsidi dengan memberikan jatahnya. Sehingga gas terbeli sesuai dengan kemampuan PGN dan gas tersalurkan dengan harga Us$ 6 per MMBTU.
"Katakanlah US$ 4-5 per MMBTU, misal harga spot LNG yang dilelang. Namanya lelang kan yang tertinggi ya. Begitu katakan US$ 4 atau US$ 5 wah hulunya jadi berkurang keekonomiannya. Sesudah berapa yang bagian pemerintah dikurangi sehingga harga yang US$ 4 atau US$ 5 tadi hulunya, kontraktornya tidak berkurang bagian kontraktor tidak diganggu gugat. Tapi kita lagi nunggu PGN berapa yang mampu dia beli," imbuhnya.
Saat ini menurutnya, PGN masih meminta waktu untuk melakukan hitung-hitungan. Jika misalnya PGN hanya sanggup membeli dengan harga US$ 4 per MMBTU sementara di pasar US$ 5 per MMBTU, maka untuk menutup US$ 1 nya bagian pemerintah yang akan dikorbankan. Sehingga kontraktor hulu tidak berkurang nilai keekonomiannya. "Itu solusi jitu, kalau bisa dikerjakan top," tegasnya.
"Iya (yang dikasih ke PGN yang uncommitted), semuanya, dalam negeri. Jadi gini PGN ngomongnya selama infra dia full capacity dipenuhi oleh gas, kita bisa jual US$ 6. Lampung optimal, pipanya full, toll fee nya kan bisa turun," terangnya.
Lebih lanjut Djoksis mengatakan, pihaknya akan bersurat ke semua produsen LNG untuk tidak melelang spot kargo sebelum ditawarkan ke PGN. "Kepmen ajalah (aturannya)," tandasnya.
Setelah harga US$ 6 per MMBTU ini tercapai, Djoksis berpesan agar industri juga melakukan efisiensi. Pasalnya dengan harga yang sama nyatanya industri di negara lain juga mampu bersaing. "Karena dengan harga yang sama negara lain bisa membeli harga kita. Kita harap kalau sudah dapat harga Us$ 6 harus ada efisiensi," jelasnya.
(gus) Next Article Tarik Ulur Harga Gas PGN-Industri, Ini Kata ESDM
Plt. Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto menegaskan, pihaknya sudah menyiapkan perangkat peraturan dan tinggal mengimplementasikan di lapangan.
Menurut Djoksis sapaan akrabnya, saat ini masih ada ekspor liquefied natural gas (LNG) dalam bentuk spot. Pihaknya akan mengusahakan agar semua bisa diserap PGN dan disalurkan ke industri dengan harga US$ 6 per MMBTU. Pemerintah akan memberikan jatahnya agar harga gas terserbut bisa diserap PGN sesuai dengan kemampuannya.
Misalnya, imbuh Djoksis, harga di pasar spot Us$ 4-5 per MMBTU, dengan harga tertinggi ini akan ditawarkan ke PGN karena menjadi prioritas. Jika kemampuan beli PGN di bawah pasar spot, pemerintah akan menyubsidi dengan memberikan jatahnya. Sehingga gas terbeli sesuai dengan kemampuan PGN dan gas tersalurkan dengan harga Us$ 6 per MMBTU.
"Katakanlah US$ 4-5 per MMBTU, misal harga spot LNG yang dilelang. Namanya lelang kan yang tertinggi ya. Begitu katakan US$ 4 atau US$ 5 wah hulunya jadi berkurang keekonomiannya. Sesudah berapa yang bagian pemerintah dikurangi sehingga harga yang US$ 4 atau US$ 5 tadi hulunya, kontraktornya tidak berkurang bagian kontraktor tidak diganggu gugat. Tapi kita lagi nunggu PGN berapa yang mampu dia beli," imbuhnya.
Saat ini menurutnya, PGN masih meminta waktu untuk melakukan hitung-hitungan. Jika misalnya PGN hanya sanggup membeli dengan harga US$ 4 per MMBTU sementara di pasar US$ 5 per MMBTU, maka untuk menutup US$ 1 nya bagian pemerintah yang akan dikorbankan. Sehingga kontraktor hulu tidak berkurang nilai keekonomiannya. "Itu solusi jitu, kalau bisa dikerjakan top," tegasnya.
"Iya (yang dikasih ke PGN yang uncommitted), semuanya, dalam negeri. Jadi gini PGN ngomongnya selama infra dia full capacity dipenuhi oleh gas, kita bisa jual US$ 6. Lampung optimal, pipanya full, toll fee nya kan bisa turun," terangnya.
Lebih lanjut Djoksis mengatakan, pihaknya akan bersurat ke semua produsen LNG untuk tidak melelang spot kargo sebelum ditawarkan ke PGN. "Kepmen ajalah (aturannya)," tandasnya.
Setelah harga US$ 6 per MMBTU ini tercapai, Djoksis berpesan agar industri juga melakukan efisiensi. Pasalnya dengan harga yang sama nyatanya industri di negara lain juga mampu bersaing. "Karena dengan harga yang sama negara lain bisa membeli harga kita. Kita harap kalau sudah dapat harga Us$ 6 harus ada efisiensi," jelasnya.
(gus) Next Article Tarik Ulur Harga Gas PGN-Industri, Ini Kata ESDM
Most Popular