
AS-Iran Panas, RI Waspada & Pantau Ketat Harga Minyak Dunia
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
06 January 2020 20:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan harga minyak dunia jadi perhatian serius Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin masih berharap lonjakan harga minyak dunia dalam beberapa waktu terakhir hanya bersifat sementara.
"Ya mudah mudahan itu volatilitas sementara ya. Kita gak tahu itu apakah akan permanen apa nggak," kata Budi Gunadi Sadikin ketika ditemui di Kantor Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Senin (6/1/20).
Kendati begitu, dia berpendapat bahwa trend pergerakan harga minyak dunia masih tergolong stabil. Karena itu, dia menambahkan, pemerintah tidak terburu-buru menaikkan harga jual minyak di jual negeri.
"Kita tunggu dan kita lihat gak terlalu cepat dan buru-buru ubah harga. Kita luhat trendnya dulu," bebernya.
Terkait hal ini, dia menambahkan, acuannya bukan pergerakan harga minyak dunia dalam rentang harian. Melainkan diperhitungkan berdasarkan rata-rata harga dalam beberapa bulan ke belakang.
"Jadi gak hanya sehari atau dua hari. Karena kita gak tahu apakah ini akan naik terus gini atau nanti akan turun lagi. Itu biasanya kan hanya emosional aja. sama aja kayak harga saham. Kan biasanya lagi rumors apa nanti harganya naik, tapi kan fundamentalnya yang harusnya dipegang sebagai harga acuan yang benar," bebernya.
Sebagai catatan, harga minyak mentah kontrak diperdagangkan menguat pagi ini seiring dengan memanasnya hubungan antara Amerika Serikat (AS) dengan Iran.
Senin (6/1/2020), harga minyak mentah kontrak Brent berada di level US$ 70,24/barel atau naik 2,4% dibanding harga penutupan Jumat (3/1/2020) pekan kemarin. Pada saat yang sama harga minyak mentah kontrak acuan AS, WTI juga menguat 2,1% ke level US$ 64,37/barel.
Melonjaknya harga minyak mencerminkan adanya risiko konflik yang terjadi di Timur Tengah. Minggu lalu, Pimpinan Militer Iran Qasem Soleimani dikabarkan tewas dalam serangan udara yang diluncurkan AS di sekitar Bandara Internasional Baghdad.
Bersama Soleimani, wakil komandan Popular Mobilization Forces (PMF) Abu Mahdi al-Muhandis juga dikabarkan tewas dalam serangan udara menggunakan drone tersebut.
Serangan itu menandai konfrontasi fisik antara AS dengan Iran. Usut punya usut, serangan itu ternyata merupakan arahan Presiden AS Donald Trump. Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Pentagon dalam keterangan resminya.
"Atas arahan Presiden, militer AS telah mengambil tindakan defensif yang diperlukan untuk melindungi personil AS di luar negeri dengan membunuh Qasem Soleimani," tulis Pentagon dalam keterangan resminya.
"Jenderal Soleimani secara aktif mengembangkan rencana untuk menyerang para diplomat dan personel militer AS di Irak dan seluruh kawasan regional," jelas Pentagon.
(gus) Next Article Harga Minyak Dunia Anjlok, Sri Mulyani Happy Tapi Sedih Juga
"Ya mudah mudahan itu volatilitas sementara ya. Kita gak tahu itu apakah akan permanen apa nggak," kata Budi Gunadi Sadikin ketika ditemui di Kantor Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Senin (6/1/20).
Kendati begitu, dia berpendapat bahwa trend pergerakan harga minyak dunia masih tergolong stabil. Karena itu, dia menambahkan, pemerintah tidak terburu-buru menaikkan harga jual minyak di jual negeri.
Terkait hal ini, dia menambahkan, acuannya bukan pergerakan harga minyak dunia dalam rentang harian. Melainkan diperhitungkan berdasarkan rata-rata harga dalam beberapa bulan ke belakang.
"Jadi gak hanya sehari atau dua hari. Karena kita gak tahu apakah ini akan naik terus gini atau nanti akan turun lagi. Itu biasanya kan hanya emosional aja. sama aja kayak harga saham. Kan biasanya lagi rumors apa nanti harganya naik, tapi kan fundamentalnya yang harusnya dipegang sebagai harga acuan yang benar," bebernya.
Sebagai catatan, harga minyak mentah kontrak diperdagangkan menguat pagi ini seiring dengan memanasnya hubungan antara Amerika Serikat (AS) dengan Iran.
Senin (6/1/2020), harga minyak mentah kontrak Brent berada di level US$ 70,24/barel atau naik 2,4% dibanding harga penutupan Jumat (3/1/2020) pekan kemarin. Pada saat yang sama harga minyak mentah kontrak acuan AS, WTI juga menguat 2,1% ke level US$ 64,37/barel.
Melonjaknya harga minyak mencerminkan adanya risiko konflik yang terjadi di Timur Tengah. Minggu lalu, Pimpinan Militer Iran Qasem Soleimani dikabarkan tewas dalam serangan udara yang diluncurkan AS di sekitar Bandara Internasional Baghdad.
Bersama Soleimani, wakil komandan Popular Mobilization Forces (PMF) Abu Mahdi al-Muhandis juga dikabarkan tewas dalam serangan udara menggunakan drone tersebut.
Serangan itu menandai konfrontasi fisik antara AS dengan Iran. Usut punya usut, serangan itu ternyata merupakan arahan Presiden AS Donald Trump. Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Pentagon dalam keterangan resminya.
"Atas arahan Presiden, militer AS telah mengambil tindakan defensif yang diperlukan untuk melindungi personil AS di luar negeri dengan membunuh Qasem Soleimani," tulis Pentagon dalam keterangan resminya.
"Jenderal Soleimani secara aktif mengembangkan rencana untuk menyerang para diplomat dan personel militer AS di Irak dan seluruh kawasan regional," jelas Pentagon.
(gus) Next Article Harga Minyak Dunia Anjlok, Sri Mulyani Happy Tapi Sedih Juga
Most Popular