
China Ngotot Klaim Natuna, Ada Harta Karun di Natuna?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 January 2020 18:01

Klaim China di Laut China Selatan yang bersentuhan dengan wilayah kedaulatan Indonesia tentunya mempengaruhi keamanan nasional. Bila tidak ada penyelesaian yang komprehensif, maka konflik akan terus terjadi. Konflik-konflik ini akan terus tereskalasi dan bisa saja berujung pada konfrontasi fisik alias perang.
Sejauh ini, memang jelas terlihat bahwa Indonesia masih sangat menghindari konfrontasi secara fisik dengan China. Walaupun Indonesia telah melayangkan protes keras perihal invasi kapal-kapal asal China di perairan Natuna, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mendinginkan suasana dengan menyebut bahwa China tetaplah merupakan negara sahabat.
Hal ini disampaikan di hadapan awak media usai Prabowo bertemu Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
"Ya saya kira kita harus selesaikan dengan baik. Bagaimanapun China adalah negara sahabat," kata Prabowo di Kantor Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Jumat (3/1/2020).
"Saya selalu koordinasi dengan Menko-Menko. Pernah Menko perekonomian, Menko Polhukam, ya kita harus koordinasi karena kerja sama kita harus baik. Tim ya," tambahnya.
Sejauh ini, Prabowo mengungkapkan bahwa kedua negara sudah menyampaikan sikapnya masing-masing. Adanya perbedaan klaim atas perairan Natuna tersebut, lanjut Prabowo, perlu dicari solusinya.
"Yah kita tentunya kan begini ya. Kita masing-masing punya sikap, kita harus mencari suatu solusi yang baiklah. Di ujungnya saya kira kita bisa dapat solusi," bebernya.
Memang, sebaiknya Indonesia menahan diri dari konfrontasi fisik dengan China. Pasalnya, anggaran pertahanan yang merupakan istilah halus untuk pendanaan dan pengembangan militer di Indonesia, terbilang mini jika dibandingkan dengan negara-negara lain, termasuk China.
Untuk diketahui, anggaran pertahanan Indonesia pada tahun 2020 ditetapkan senilai Rp 127,4 triliun. Sejak tahun 2009, alokasi dana tersebut memiliki pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) sebesar 12,85%.
Namun, dari sisi nilainya, anggaran pertahanan China 21 kali lipat lebih besar dibandingkan Indonesia. Anggaran pertahanan China untuk tahun 2020 mencapai US$ 198 miliar.
Berdasarkan data dari Stockholm International Peace Research Institute, China berada di urutan kedua negara dengan anggaran militer terbesar dunia, hanya kalah dari AS yang mengalokasikan dana senilai US$ 649 miliar pada tahun 2018.
Tidak hanya China, negara tetangga dekat Indonesia, Australia, juga memiliki anggaran pertahanan yang tidak sedikit. Untuk tahun 2020, nilainya mencapai US$ 29,19 miliar. Australia merupakan negara dengan anggaran pertahanan tertinggi ke-13 di dunia.
Jika dihitung secara persentasenya terhadap total belanja dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), anggaran militer Indonesia bisa dibilang belum ideal. Untuk tahun 2020, rasio anggaran militer terhadap total belanja dalam APBN hanya mencapai 5,02%, jauh di bawah Singapura yang sekitar 28% dan Thailand yang sekitar 7%.
Dengan anggaran militer yang masih mini, besar kemungkinan bahwa Indonesia tak akan bisa berbicara banyak jika harus berperang melawan China.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Sejauh ini, memang jelas terlihat bahwa Indonesia masih sangat menghindari konfrontasi secara fisik dengan China. Walaupun Indonesia telah melayangkan protes keras perihal invasi kapal-kapal asal China di perairan Natuna, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mendinginkan suasana dengan menyebut bahwa China tetaplah merupakan negara sahabat.
Hal ini disampaikan di hadapan awak media usai Prabowo bertemu Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
"Saya selalu koordinasi dengan Menko-Menko. Pernah Menko perekonomian, Menko Polhukam, ya kita harus koordinasi karena kerja sama kita harus baik. Tim ya," tambahnya.
Sejauh ini, Prabowo mengungkapkan bahwa kedua negara sudah menyampaikan sikapnya masing-masing. Adanya perbedaan klaim atas perairan Natuna tersebut, lanjut Prabowo, perlu dicari solusinya.
"Yah kita tentunya kan begini ya. Kita masing-masing punya sikap, kita harus mencari suatu solusi yang baiklah. Di ujungnya saya kira kita bisa dapat solusi," bebernya.
Memang, sebaiknya Indonesia menahan diri dari konfrontasi fisik dengan China. Pasalnya, anggaran pertahanan yang merupakan istilah halus untuk pendanaan dan pengembangan militer di Indonesia, terbilang mini jika dibandingkan dengan negara-negara lain, termasuk China.
Untuk diketahui, anggaran pertahanan Indonesia pada tahun 2020 ditetapkan senilai Rp 127,4 triliun. Sejak tahun 2009, alokasi dana tersebut memiliki pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) sebesar 12,85%.
Namun, dari sisi nilainya, anggaran pertahanan China 21 kali lipat lebih besar dibandingkan Indonesia. Anggaran pertahanan China untuk tahun 2020 mencapai US$ 198 miliar.
Berdasarkan data dari Stockholm International Peace Research Institute, China berada di urutan kedua negara dengan anggaran militer terbesar dunia, hanya kalah dari AS yang mengalokasikan dana senilai US$ 649 miliar pada tahun 2018.
Tidak hanya China, negara tetangga dekat Indonesia, Australia, juga memiliki anggaran pertahanan yang tidak sedikit. Untuk tahun 2020, nilainya mencapai US$ 29,19 miliar. Australia merupakan negara dengan anggaran pertahanan tertinggi ke-13 di dunia.
Jika dihitung secara persentasenya terhadap total belanja dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), anggaran militer Indonesia bisa dibilang belum ideal. Untuk tahun 2020, rasio anggaran militer terhadap total belanja dalam APBN hanya mencapai 5,02%, jauh di bawah Singapura yang sekitar 28% dan Thailand yang sekitar 7%.
Dengan anggaran militer yang masih mini, besar kemungkinan bahwa Indonesia tak akan bisa berbicara banyak jika harus berperang melawan China.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Pages
Most Popular