Tegas! Kapal Perang RI Usir Coast Guard China di Laut Natuna
Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
03 January 2020 11:37

Natuna Utara, CNBC Indonesia - Komando Armada I Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut melaporkan kehadiran Coast Guard China di perbatasan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di Laut Natuna Utara, Kamis (2/1/2020). Coast Guard China mengawal beberapa kapal nelayan Negeri Tirai Bambu yang sedang melakukan aktivitas perikanan.
Dalam rilis yang diterima CNBC Indonesia, Jumat (3/1/2020), Kepala Dinas Penerangan Koarmada I Letnan Kolonel Laut (P) Fajar Tri Rohadi mengatakan, kehadiran Coast Guard China menimbulkan reaksi dari KRI-KRI yang beroperasi di perairan tersebut.
"Pada tanggal 30 Desember 2019 KRI Tjiptadi-381 saat melaksanakan patroli sektor di perbatasan ZEEI Laut Natuna Utara tepatnya pada posisi 05 06 20 U 109 15 80 T mendeteksi 1 kontak kapal di radar pada posisi 05 14 14 U 109 22 44 T jarak 11.5 NM menuju selatan dengan kecepatan 3 knots," ujar Fajar.
"Dan setelah didekati pada jarak 1 NM kontak tersebut adalah CHINA COAST GUARD nomor lambung 4301 (CCG 4301) yang sedang mengawal beberapa kapal ikan China melakukan aktivitas perikanan," lanjutnya.
Fajar menjelaskan, komunikasi pun dilakukan. KRI Tjiptadi-381 lalu mengusir kapal-kapal nelayan yang berupaya menangkap ikan secara ilegal. KRI Tjiptadi-381 mencegah kapal CCG 4301 untuk tidak mengawal kegiatan illegal, unreported, and unregulated fishing (IUUF) lantaran posisinya berada di perairan ZEEI.
"Koarmada I tetap berkomitmen melaksanakan tugas pokok dan tetap berpegang pada prosedur, dengan tujuan menjaga kedaulatan wilayah dan keamanan di kawasan sekaligus menjaga stabilitas di wilayah perbatasaan," kata Fajar.
Tensi diplomatik antara Indonesia dan China belakangan menghangat. Ini lantaran ulah kapal-kapal China yang masuk ke perairan Natuna.
Pemerintah Indonesia bahkan memanggil Dubes China untuk RI di Jakarta untuk melayangkan nota protes keberatan. Menanggapi pemanggilan itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang menegaskan perairan di sekitar Kepulauan Nansha (Spratly Islands), tidak jauh dari perairan Natuna, masih menjadi milik China.
Kementerian Luar Negeri Indonesia juga telah merilis siaran pers pada Rabu (1/1/2020). Isinya adalah bantahan atas klaim China. Indonesia kembali menegaskan penolakan terhadap klaim historis China di perairan Natuna. Menurut Indonesia, klaim China adalah klaim sepihak (unilateral).
Tentara Nasional Indonesia meningkatkan kesiapsiagaan merespons kondisi terkini di perairan Natuna.
"(TNI meningkatkan kesiapsiagaan) dengan cara meningkatkan sistem penginderaan dan sistem deteksi dini," ujar Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal TNI Sisriadi kepada detik.com, Kamis (2/1/2020), seperti dilansir CNBC Indonesia pada Jumat (3/1/2020).
"TNI juga menyiagakan alutsista matra laut dan matra udara yang sudah tergelar di sekitar perairan Natuna," kata Sisriadi.
Menurut dia, penggunaan armada-armada tempur TNI berdasarkan prinsip 'economy of force' atau pengerahan secara ekonomis bila diperlukan, sesuai perkembangan situasi dan kebutuhan.
Lebih lanjut, Sisriadi mengatakan, TNI juga akan mengoperasikan Pusat Informasi Maritim. Salah satu fungsi Pusat Informasi Maritim adalah melakukan deteksi dan identifikasi setiap wahana laut yang masuk ke perairan Tanah Air.
Tensi diplomatik antara Indonesia dan China belakangan menghangat. Ini lantaran ulah kapal-kapal China yang masuk ke perairan Natuna.
(miq/dob) Next Article Pasokan Listrik Ditambah, Ekonomi Natuna Semakin Menggeliat
Dalam rilis yang diterima CNBC Indonesia, Jumat (3/1/2020), Kepala Dinas Penerangan Koarmada I Letnan Kolonel Laut (P) Fajar Tri Rohadi mengatakan, kehadiran Coast Guard China menimbulkan reaksi dari KRI-KRI yang beroperasi di perairan tersebut.
"Pada tanggal 30 Desember 2019 KRI Tjiptadi-381 saat melaksanakan patroli sektor di perbatasan ZEEI Laut Natuna Utara tepatnya pada posisi 05 06 20 U 109 15 80 T mendeteksi 1 kontak kapal di radar pada posisi 05 14 14 U 109 22 44 T jarak 11.5 NM menuju selatan dengan kecepatan 3 knots," ujar Fajar.
Fajar menjelaskan, komunikasi pun dilakukan. KRI Tjiptadi-381 lalu mengusir kapal-kapal nelayan yang berupaya menangkap ikan secara ilegal. KRI Tjiptadi-381 mencegah kapal CCG 4301 untuk tidak mengawal kegiatan illegal, unreported, and unregulated fishing (IUUF) lantaran posisinya berada di perairan ZEEI.
"Koarmada I tetap berkomitmen melaksanakan tugas pokok dan tetap berpegang pada prosedur, dengan tujuan menjaga kedaulatan wilayah dan keamanan di kawasan sekaligus menjaga stabilitas di wilayah perbatasaan," kata Fajar.
Tensi diplomatik antara Indonesia dan China belakangan menghangat. Ini lantaran ulah kapal-kapal China yang masuk ke perairan Natuna.
Pemerintah Indonesia bahkan memanggil Dubes China untuk RI di Jakarta untuk melayangkan nota protes keberatan. Menanggapi pemanggilan itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang menegaskan perairan di sekitar Kepulauan Nansha (Spratly Islands), tidak jauh dari perairan Natuna, masih menjadi milik China.
Kementerian Luar Negeri Indonesia juga telah merilis siaran pers pada Rabu (1/1/2020). Isinya adalah bantahan atas klaim China. Indonesia kembali menegaskan penolakan terhadap klaim historis China di perairan Natuna. Menurut Indonesia, klaim China adalah klaim sepihak (unilateral).
Tentara Nasional Indonesia meningkatkan kesiapsiagaan merespons kondisi terkini di perairan Natuna.
"(TNI meningkatkan kesiapsiagaan) dengan cara meningkatkan sistem penginderaan dan sistem deteksi dini," ujar Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal TNI Sisriadi kepada detik.com, Kamis (2/1/2020), seperti dilansir CNBC Indonesia pada Jumat (3/1/2020).
"TNI juga menyiagakan alutsista matra laut dan matra udara yang sudah tergelar di sekitar perairan Natuna," kata Sisriadi.
Menurut dia, penggunaan armada-armada tempur TNI berdasarkan prinsip 'economy of force' atau pengerahan secara ekonomis bila diperlukan, sesuai perkembangan situasi dan kebutuhan.
Lebih lanjut, Sisriadi mengatakan, TNI juga akan mengoperasikan Pusat Informasi Maritim. Salah satu fungsi Pusat Informasi Maritim adalah melakukan deteksi dan identifikasi setiap wahana laut yang masuk ke perairan Tanah Air.
Tensi diplomatik antara Indonesia dan China belakangan menghangat. Ini lantaran ulah kapal-kapal China yang masuk ke perairan Natuna.
(miq/dob) Next Article Pasokan Listrik Ditambah, Ekonomi Natuna Semakin Menggeliat
Most Popular