
Basuki Kerahkan Tim Investigasi Penyebab Banjir, Ini Hasilnya
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
03 January 2020 13:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan sudah menyiapkan langkah untuk meminimalisir potensi banjir jangka pendek dan jangka panjang.
Pada jangka pendek, ia juga sudah menerjunkan tim melakukan survei penyebab banjir untuk segera melakukan perbaikan lebih cepat.
"Saya menerjunkan 280 pegawai PU ke 180 titik berdasarkan (rekomendasi) BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), dua hari ini mereka survei penyebab banjir seperti di Kemang Pratama (Kota Bekasi) ini ada dua yang jebol, di tempat lain pompa yang rusak, kami akan notarisasi," kata Basuki di kantor Kementerian PUPR, Jumat (3/1/2020).
Basuki menargetkan, dalam waktu dekat, usai disisir oleh petugas PUPR, pekerjaan yang direncanakan sudah bisa dilakukan. "Senin (pekan depan) kita kerjakan. Ngejar tanggal 11 yang katanya mau (jadi puncak hujan) tanggal 11, 12, 13, 14, 15, persiapan di situ," katanya.
Selain jangka pendek, PUPR juga melanjutkan program jangka panjang yang bersifat penanggulangan banjir. Ia bilang program penanggulangan banjir di DKI Jakarta terdiri dari tiga bagian. Mulai dari hulu, tengah hingga hilir.
Untuk bagian hulu, Basuki tetap melanjutkan pembangunan bendungan di kawasan Bogor. "Bendungan yang kita percepat tahun ini bisa jadi. Tanahnya udah seluruhnya bebas 90 persen lebih. Sukamahi dan Ciawi," lanjutnya
Sementara di bagian tengah, normalisasi tetap dilakukan. Pelebaran bagian tengah sungai untuk menampung air jika volumenya meningkat. "Kemudian dibikin supaya penampung air lebih banyak kayak BKT (Banjir Kanal Timur). Kan sekarang Kelapa Gading udh ga kebanjiran. Jadi tetap. Pemprov tugasnya adalah bebaskan lahan, kami bangun. Kolaborasinya," sebutnya lagi.
Kemudian yang ketiga adalah pembangunan sudetan dari Sungai Ciliwung ke BKT. "(Debit air) 60 meter kubik per detik itu bantu sekali kurangi banjir debit banjir yg terjadi," jelas Basuki.
Sebelumnya, BMKG sudah memeringatkan bahwa potensi intensitas hujan bakal semakin besar. Kepala Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Dwikorita Karnawati menjelaskan dampak masuknya aliran udara basah dari arah Samudera Hindia sebelah barat pulau Sumatera di sepanjang ekuator pada 5-10 Januari 2020 ke depan adalah meningkatnya intensitas curah hujan menjadi lebih ekstrem, sehingga masih akan berpotensi hujan ekstrem di wilayah Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Jambi sampai Lampung, termasuk Jawa, tentunya Jabodetabek.
"Siklus ini perlu diantisipasi sejak dini dan dipersiapkan mitigasinya," ungkap Dwikorita dalam situs resmi Setkab, Jumat (3/1/2019).
(hoi/hoi) Next Article PUPR: Banjir Jakarta Bukan karena Kiriman
Pada jangka pendek, ia juga sudah menerjunkan tim melakukan survei penyebab banjir untuk segera melakukan perbaikan lebih cepat.
"Saya menerjunkan 280 pegawai PU ke 180 titik berdasarkan (rekomendasi) BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), dua hari ini mereka survei penyebab banjir seperti di Kemang Pratama (Kota Bekasi) ini ada dua yang jebol, di tempat lain pompa yang rusak, kami akan notarisasi," kata Basuki di kantor Kementerian PUPR, Jumat (3/1/2020).
Selain jangka pendek, PUPR juga melanjutkan program jangka panjang yang bersifat penanggulangan banjir. Ia bilang program penanggulangan banjir di DKI Jakarta terdiri dari tiga bagian. Mulai dari hulu, tengah hingga hilir.
Untuk bagian hulu, Basuki tetap melanjutkan pembangunan bendungan di kawasan Bogor. "Bendungan yang kita percepat tahun ini bisa jadi. Tanahnya udah seluruhnya bebas 90 persen lebih. Sukamahi dan Ciawi," lanjutnya
Sementara di bagian tengah, normalisasi tetap dilakukan. Pelebaran bagian tengah sungai untuk menampung air jika volumenya meningkat. "Kemudian dibikin supaya penampung air lebih banyak kayak BKT (Banjir Kanal Timur). Kan sekarang Kelapa Gading udh ga kebanjiran. Jadi tetap. Pemprov tugasnya adalah bebaskan lahan, kami bangun. Kolaborasinya," sebutnya lagi.
Kemudian yang ketiga adalah pembangunan sudetan dari Sungai Ciliwung ke BKT. "(Debit air) 60 meter kubik per detik itu bantu sekali kurangi banjir debit banjir yg terjadi," jelas Basuki.
Sebelumnya, BMKG sudah memeringatkan bahwa potensi intensitas hujan bakal semakin besar. Kepala Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Dwikorita Karnawati menjelaskan dampak masuknya aliran udara basah dari arah Samudera Hindia sebelah barat pulau Sumatera di sepanjang ekuator pada 5-10 Januari 2020 ke depan adalah meningkatnya intensitas curah hujan menjadi lebih ekstrem, sehingga masih akan berpotensi hujan ekstrem di wilayah Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Jambi sampai Lampung, termasuk Jawa, tentunya Jabodetabek.
"Siklus ini perlu diantisipasi sejak dini dan dipersiapkan mitigasinya," ungkap Dwikorita dalam situs resmi Setkab, Jumat (3/1/2019).
(hoi/hoi) Next Article PUPR: Banjir Jakarta Bukan karena Kiriman
Most Popular