
Internasional
Pemakzulan Trump Tak Maju-maju, DPR AS Cuma Gertak Sambal
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
27 December 2019 14:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Isu pemakzulan (impeachment) Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ramai diperbincangkan pada pekan lalu. Apalagi setelah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS melakukan pemungutan suara yang hasilnya menyetujui pemakzulan Trump.
Mayoritas politisi di DPR merestui dua pasal dakwaan. Mulai dari penyalahgunaan kekuasaan dan hingga obstruksi (menghalang-halangi) kongres.
Namun meski telah dimakzulkan, Trump belum dilengserkan dari jabatannya. AS yang menganut sistem bikameral, masih harus menyidang Trump di Senat as.
Tapi anehnya, hingga saat ini, pasal-pasal pemakzulan Trump belum juga sampai ke Senat. Pasal-pasal itu masih ada di tangan Pimpinan DPR Nancy Pelosi, yang mengusung pemakzulan Trump.
Ini memunculkan dugaan bahwa Pelosi hanya gertak sambal dan memang tak berniat melengserkan Trump dari kursi presiden. Setidaknya hal tersebut diungkapkan mantan kolumnis The Boston Globe John Ellis sebagaimana dilansir CNBC International.
"Impeachment menempatkan banyak risiko dan hanya menjanjikan sedikit ... imbalan politik," kata John Ellis.
"Satu-satunya cara untuk menyelesaikan "masalah (yang bernama) Trump" adalah dengan melakukan sesuatu di luar kantornya (Gedung Putih)."
Ia memperkuat opininya dengan sejumlah analisis. Salah satunya pernyataan yang disampaikan Pelosi secara eksplisit awal tahun lalu dalam wawancara dengan The Washington Post Magazine.
"Aku bukan (ada) untuk pemakzulan," tulis Ellis mengutip pernyataan Pelosi.
"Impeachment sangat memecah belah bagi negara sehingga kecuali ada sesuatu yang begitu menarik dan luar biasa dan bipartisan, saya tidak berpikir kita harus menempuh jalan itu karena itu memecah belah negara. Dan dia tidak layak (dimakzulkan)
Menurutnya, dari pernyataan itu, Pelosi sebenarnya mengatakan bahwa dalam lingkungan politik, pemakzulan tidak akan pernah bersifat bipartisan. Pelosi yakin artikel pemakzulan tidak akan mendapatkan 67 suara dukungan yang diperlukan untuk dapat melengserkan Trump di Senat.
Selain itu, Pelosi tahu bahwa langkahnya menyerahkan dokumen pemakzulan ke Senat juga bisa mengancam posisi 25-35 anggota Dewan Demokrat lainnya dan terlebih, membahayakan jabatannya sendiri sebagai Ketua DPR.
Sementara itu, mengenai sikap Trump, Ellis berpendapat bahwa Trump sengaja melakukan segala yang dia bisa untuk membuat marah media dan sebagian anggota Partai Demokrat yang progresif. Hal ini bisa meningkatkan tuntutan mereka untuk melakukan proses pemakzulan.
"Konflik Partai intra-Demokrat, ia dan penangannya, akan menghasilkan liputan media yang berlebihan dan menyoroti pemberontakan sosialis partai," jelasnya.
"Trump salah perhitungan dengan berpikir bahwa, pada akhirnya, Pelosi bisa dan akan melengserkannya. Itu adalah kesalahan pemula di pihak Trump; contoh lain tentang bagaimana tidak adanya empati mengarah pada kesalahan perhitungan. Anda tidak dapat berurusan secara produktif dengan seseorang seperti Pelosi jika Anda tidak berusaha memahami politik dari posisinya."
(sef/sef) Next Article Trump Mengancam, Massa Bakal Ngamuk Kalau Dirinya Lengser
Mayoritas politisi di DPR merestui dua pasal dakwaan. Mulai dari penyalahgunaan kekuasaan dan hingga obstruksi (menghalang-halangi) kongres.
Namun meski telah dimakzulkan, Trump belum dilengserkan dari jabatannya. AS yang menganut sistem bikameral, masih harus menyidang Trump di Senat as.
Ini memunculkan dugaan bahwa Pelosi hanya gertak sambal dan memang tak berniat melengserkan Trump dari kursi presiden. Setidaknya hal tersebut diungkapkan mantan kolumnis The Boston Globe John Ellis sebagaimana dilansir CNBC International.
"Impeachment menempatkan banyak risiko dan hanya menjanjikan sedikit ... imbalan politik," kata John Ellis.
"Satu-satunya cara untuk menyelesaikan "masalah (yang bernama) Trump" adalah dengan melakukan sesuatu di luar kantornya (Gedung Putih)."
Ia memperkuat opininya dengan sejumlah analisis. Salah satunya pernyataan yang disampaikan Pelosi secara eksplisit awal tahun lalu dalam wawancara dengan The Washington Post Magazine.
"Aku bukan (ada) untuk pemakzulan," tulis Ellis mengutip pernyataan Pelosi.
"Impeachment sangat memecah belah bagi negara sehingga kecuali ada sesuatu yang begitu menarik dan luar biasa dan bipartisan, saya tidak berpikir kita harus menempuh jalan itu karena itu memecah belah negara. Dan dia tidak layak (dimakzulkan)
Menurutnya, dari pernyataan itu, Pelosi sebenarnya mengatakan bahwa dalam lingkungan politik, pemakzulan tidak akan pernah bersifat bipartisan. Pelosi yakin artikel pemakzulan tidak akan mendapatkan 67 suara dukungan yang diperlukan untuk dapat melengserkan Trump di Senat.
Selain itu, Pelosi tahu bahwa langkahnya menyerahkan dokumen pemakzulan ke Senat juga bisa mengancam posisi 25-35 anggota Dewan Demokrat lainnya dan terlebih, membahayakan jabatannya sendiri sebagai Ketua DPR.
Sementara itu, mengenai sikap Trump, Ellis berpendapat bahwa Trump sengaja melakukan segala yang dia bisa untuk membuat marah media dan sebagian anggota Partai Demokrat yang progresif. Hal ini bisa meningkatkan tuntutan mereka untuk melakukan proses pemakzulan.
"Konflik Partai intra-Demokrat, ia dan penangannya, akan menghasilkan liputan media yang berlebihan dan menyoroti pemberontakan sosialis partai," jelasnya.
"Trump salah perhitungan dengan berpikir bahwa, pada akhirnya, Pelosi bisa dan akan melengserkannya. Itu adalah kesalahan pemula di pihak Trump; contoh lain tentang bagaimana tidak adanya empati mengarah pada kesalahan perhitungan. Anda tidak dapat berurusan secara produktif dengan seseorang seperti Pelosi jika Anda tidak berusaha memahami politik dari posisinya."
(sef/sef) Next Article Trump Mengancam, Massa Bakal Ngamuk Kalau Dirinya Lengser
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular