Teror Flu Babi yang Menakutkan dan Ancaman Ekspor RI

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
27 December 2019 14:30
Ekspor babi asal Indonesia bisa terancam karena merebaknya virus Flu Babi Afrika di Sumatra Utara
Foto: Rumah potong hewan Babi di Kawasan Neglasari, Tangeran, Banten, Kamis 19/9. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar merebaknya Virus Flu Babi Afrika yang menyerang peternakan di daerah Sumatra Utara sudah diakui Mentan Syahrul Yasin Limpo. Kondisi ini patut mengkhawatirkan Indonesia yang merupakan pengekspor babi, pasalnya Negeri Jiran sudah melarang impor babi asal Indonesia. Flu babi memang masih sebatas penularannya dari babi ke babi saja.

Virus Flu Babi Afrika merupakan virus yang memporak-porandakan peternakan babi di China belum lama ini. Virus Flu Babi Afrika pertama kali ditemukan di China pada Agustus 2018 dan menyebar ke berbagai penjuru negeri hingga mematikan jutaan babi dan menurunkan ukuran ternak hingga 40%.

Kini virus tersebut menjangkiti Indonesia terutama di Sumatra Utara, menjalar 16 dari 33 kabupaten/kota di sana, antara lain Dairi, Humbang Hasundutan, Deli Serdang, Karo, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Samosir, Simalungun, Pakpak Bharat, Langkat, Tebing Tinggi, Pematang Siantar, dan Medan.

[Gambas:Video CNBC]



Hingga 11 Desember, jumlah babi mati di Sumatera Utara (Sumut) sudah mencapai 27.070 ekor di 16 kabupaten. Matinya puluhan ribu babi itu terjadi sangat cepat. Dalam satu hari, angka kematian yang terlapor rata-rata 1.000 - 2.000 ekor per hari.

Sebagai salah satu langkah antisipasi, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, mengklaim telah memerintahkan pemerintah daerah untuk mengisolasi daerah yang terjangkit. Sementara babi yang sudah positif terjangkit harus segera dimusnahkan.

"Katakanlah virus babi yang kita takutkan itu, kami sudah lakukan pengendalian secara maksimal dilakukan oleh para gubernur, para Bupati dan jajaran pengaman yang ada. Tentu saja pengamanan sesuai prosedur memang kita harus musnahkan di sana dan itu dalam proses," ujar Syahrul.



Pemerintah Malaysia melarang peredaran babi dan produk turunannya sejak 13 Desember 2019 lalu. Dilansir dari The Phnom Penh Post, larangan ini menyusul flu babi Afrika yang tengah mewabah di Sumut.



Deputi Kementerian Agrikultur dan Industri Agro Sim Tze Tzin menyatakan turis juga dilarang membawa masuk produk berbahan babi ke Malaysia.

 Produk yang dilarang berasal dari 10 negara yang terkena wabah flu babi Afrika.

Kesepuluh negara itu yakni Kamboja, China, Mongolia, Vietnam, Korea Selatan, Laos, Myanmar, Filipina dan Timor Leste.

 Petugas keamanan akan memeriksa bawaan penumpang dengan ketat. Apalagi ini puncak musim liburan dan banyak turis masuk.

Merebaknya wabah mengerikan ini mengancam peternakan dalam negeri. Jika terus menerus merebak ke berbagai daerah di Indonesia, maka bukan tidak mungkin ekspor akan terganggu.

Sejauh ini Indonesia paling banyak mengekspor babi ke Singapura. Ekspor babi Indonesia paling banyak merupakan babi yang hidup. Total ekspor babi (HS 01039200) RI sejak Januari-September 2019 mencapai 22,8 ribu ton senilai US$ 44,8 juta atau setara dengan Rp 627,2 miliar dengan asumsi kurs Rp 14.000/US$.

Total ekspor babi (HS 01039200) Indonesia sejak 2014 mengalami fluktuasi dengan total ekspor tertinggi tercatat pada 2014. Di tahun tersebut total ekspor Indonesia mencapai 32,3 ribu ton dengan nilai mencapai US$ 66,1 juta.

Ekspor babi (HS 01039200) Indonesia terendah terjadi di tahun 2016 yang mencapai 27,6 ribu ton. Jumlah tersebut nilainya setara dengan US$ 53 juta.



Indonesia tak hanya mengekspor babi hidup saja, tetapi juga mengekspor produk berbasis babi lainnya seperti, daging babi yang dibekukan (HS 02064900), dan produk olahan lain seperti daging babi asap dan digarami (HS 02102000). Walau jumlah dan nilainya tak sefantastis ekspor babi yang masih hidup, tetap saja industri ini juga akan terimbas jika wabah terus merebak.




TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Bagai Cerita X-Men, Ini Kisah China Kembangkan Babi Mutan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular