
Ulasan 2019
Pertumbuhan Ekonomi 2019: Cahaya di Ujung Terowongan
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 December 2019 06:38

"Pengaruh belanja terkait kegiatan Pemilu 2019 terhadap konsumsi lebih rendah dari prakiraan," sebut keterangan tertulis BI usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Mei 2019.
Di sini terlihat 'iman' BI mulai goyah. Bukan tanpa alasan, karena perlambatan ekspor akibat friksi dagang (terutama Amerika Serikat/AS vs China) ternyata sudah berdampak terhadap konsumsi dan investasi. BI masih mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 di 5-5,4%, tetapi sudah bergeser ke bawah titik tengahnya.
Masuk ke kuartal II, tentu ada harapan ekonomi bisa tumbuh lebih baik ketimbang kuartal sebelumnya. Pertama, Pemilu legislatif dan presiden-wakil presiden dihelat serentak April sehingga pengeluaran terkait pesta demokrasi tentu semakin gencar.
Kedua, Ramadan tahun ini dimulai pada 5 Mei dan Idul Fitri dirayakan pada 3-4 Juni. Momentum Ramadan-Idul Fitri adalah puncak konsumsi, tidak ada yang lebih dari ini.
Namun lagi-lagi kita semua harus kecewa. Pada pekan pertama Agustus, BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019 adalah 5,05% YoY. Malah lebih rendah ketimbang kuartal I-2019, meski sudah diduga oleh pelaku pasar karena sama persis dengan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia.
Baca: Sedih, Ekonomi RI Kuartal II-2019 Diramal Cuma Tumbuh 5,05%
"Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2019 tercatat 5,05% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan capaian triwulan sebelumnya sebesar 5,07% (yoy), terutama akibat pertumbuhan ekspor yang masih mengalami kontraksi," sebut keterangan tertulis BI usai RDG Agustus 2019.
Berbekal realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019 yang alakadarnya, padahal ada Pemilu dan Ramadan-Idul Fitri, maka tidak ada ekspektasi yang berlebihan pada kuartal III-2019. Bahkan ada pemikiran pertumbuhan ekonomi tidak di bawah 5% saja sudah bagus sekali.
Sikap setengah putus asa itu akhirnya berbuah self fulfilling prophecy. Pada awal November, BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 sebesar 5,02%, sama seperti konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia. Ini mejadi laju terlemah sejak kuartal II-2017.
(aji/sef)
Di sini terlihat 'iman' BI mulai goyah. Bukan tanpa alasan, karena perlambatan ekspor akibat friksi dagang (terutama Amerika Serikat/AS vs China) ternyata sudah berdampak terhadap konsumsi dan investasi. BI masih mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 di 5-5,4%, tetapi sudah bergeser ke bawah titik tengahnya.
Masuk ke kuartal II, tentu ada harapan ekonomi bisa tumbuh lebih baik ketimbang kuartal sebelumnya. Pertama, Pemilu legislatif dan presiden-wakil presiden dihelat serentak April sehingga pengeluaran terkait pesta demokrasi tentu semakin gencar.
Namun lagi-lagi kita semua harus kecewa. Pada pekan pertama Agustus, BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019 adalah 5,05% YoY. Malah lebih rendah ketimbang kuartal I-2019, meski sudah diduga oleh pelaku pasar karena sama persis dengan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia.
Baca: Sedih, Ekonomi RI Kuartal II-2019 Diramal Cuma Tumbuh 5,05%
"Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2019 tercatat 5,05% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan capaian triwulan sebelumnya sebesar 5,07% (yoy), terutama akibat pertumbuhan ekspor yang masih mengalami kontraksi," sebut keterangan tertulis BI usai RDG Agustus 2019.
Berbekal realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019 yang alakadarnya, padahal ada Pemilu dan Ramadan-Idul Fitri, maka tidak ada ekspektasi yang berlebihan pada kuartal III-2019. Bahkan ada pemikiran pertumbuhan ekonomi tidak di bawah 5% saja sudah bagus sekali.
Sikap setengah putus asa itu akhirnya berbuah self fulfilling prophecy. Pada awal November, BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 sebesar 5,02%, sama seperti konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia. Ini mejadi laju terlemah sejak kuartal II-2017.
(aji/sef)
Next Page
Indonesia Mau Bangkit?
Pages
Most Popular