Di Era Industri 4.0, Kok RI Masih Impor Cangkul?

Efrem Siregar, CNBC Indonesia
26 December 2019 16:18
Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki menyebut saat Indonesia menapai era industri 4.0 kita masih urusin cangkul.
Foto: Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia Teten Masduki (CNBC Indonesia/Cantika Dinda)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar Indonesia cukup banyak dipenuhi pasar impor. Ini menjadi tantangan kepada pemerintah dan pelaku usah mikro kecil dan menengah (UMKM).

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengungkap beberapa produk impor di antaranya berkaitan dengan teknologi produksi.

"Saya, misalnya, terlibat dalam perkopian. Alat-alat filter mengupas cherry kopi kita masih impor dari Kolumbia, sama juga di perusahaan beras, jagung, di sektor perikanan, mesin pengolahan sampah kita impor," kata Teten di gedung Smesco, Jakarta, Kamis (26/12/2019).

Masalah impor alat pertanian, yaitu cangkul, juga pernah disayangkan oleh Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Januari-Agustus 2019, impor cangkul/garpu cangkul mencapai US$ 93.155 atau setara dengan Rp 1,30 miliar (asumsi kurs Rp 14.000/US$), dengan volume 210.575 Kg atau 210 ton. Hal ini diungkapkan kembali oleh Teten.



"Impor cangkul, harusnya 1.0 sudah selesai, ini 4.0 kita masih urusin cangkul," kata Teten.

Mantan Kepala Staf Kepresidenan ini melihat ada peluang yang bisa diisi oleh UMKM. Sebagai contoh susu. Menurutnya, dari kebutuhan 9 juta liter susu per tahun, produksi dalam negeri hanya 20%, sisanya dipasok susu impor.

"Ini [produksi nasional] masih jauh sekali. Kalau masyarakat Indonesia makin sehat, kebutuhan susu, daging, yang berkaitan dengan lifestyle akan tinggi. UMKM harus melihat pertumbuhannya," ucap Teten seraya mengatakan ada peningkatan permintaan di industri susu sebesar 15% per tahun.

Dia yakin UMKM bisa mengisi potensi tersebut. Pihaknya akan membuat desain agar UMKM tersebut masuk ke komoditi-komoditi unggul sehingga UMKM bisa naik kelas

"Kalau industri besar main di udang, UMKM kenapa nggak bisa. Skalanya saja kecil, tapi sebenarnya desain masuk ke komoditi-komoditi unggul," katanya.

"Gimana mau naik kelas kalau hanya di kripik, batik, harus masuk ke teknologi, jasa komoditi, ke depan akan seperti itu. Infrastruktur, daya dukung, pembiayaan, peningkatan SDM kita siapkan," ucapnya.

[Gambas:Video CNBC]


(hoi/hoi) Next Article Jokowi Sindir Soal Impor Cangkul, Impornya 'Cuma' Rp 1,3 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular