
Tol Japek II: Jalan Bergelombang Hingga 'Neraka' Macet Baru
Redaksi, CNBC Indonesia
21 December 2019 07:07
Jakarta, CNBC Indonesia - Tol layang Jakarta-Cikampek atau Japek II telah dibuka perdana pada Minggu (15/12/2019). Antusiasme pengendara di tol ini memang tinggi, namun 'tinggi' juga suara-suara netizen soal tol layang terpanjang di Indonesia.
Tol ini menyedot perhatian publik mulai dari fenomena jalan bergelombang, jalan aspal ada genangan air, hingga kemacetan jalan. Pada Rabu Sore (18/12) misalnya, di jagat Twitter diramaikan dengan keluhan kemacetan di Japek II. "Aduh mau naik tol layang baru Japek II malah macet di atas," kata Fah** dalam akun Twitternya.
Juga ada akun @FerdiRosman yang memposting penampakan kemacetan pada pukul 18.04 pada 18 Desember 2019 yang "Tol Layang Jakarta - Cikampek (jalur B) juga bisa macet"
Soal kemacetan yang sempat melanda tol layang ini diakui oleh Jasa Marga. Ini terjadi karena salah satu perbaikan dilakukan pada kilometer (KM) 33 dan titik lainnya.
"Kalau yang di KM 33 memang tadi di atas lagi ada perbaikan," kata General Manager Traffic PT Jasa Marga Jalan Layang Cikampek, Aprimon, kepada CNBC Indonesia, Rabu (18/12/2019).
Selain di KM 33, perbaikan juga dilakukan di titik lain di antaranya sekitar KM 11 dan KM 12. Meski begitu, dia menegaskan bahwa penyempitan tersebut tidak sampai menyebabkan kemacetan.
"Itu enggak macet, [lalu lintas tetap] mengalir. Itu paling antrean 100-200 meter karena ada pekerjaan," bebernya.
Terlebih, dia mengatakan bahwa volume lalu lintas di Tol Layang Japek tidak terlalu tinggi. Volume jalur layang hanya 30% dari jumlah lalu lintas harian Tol Japek yang berada di bawah jalur layang.
Dia juga menegaskan bahwa pekerjaan yang dilakukan tidak sampai menutup keseluruhan lajur. Masih ada lajur cukup lebar yang bisa dilintasi pengguna jalan.
"Lalu lintas masih lancar jadi paling antrenya sekitar 100 meter lah, memperlambat saja enggak sampai berhenti," katanya.
Aprimon menjelaskan, perbaikan yang dilakukan berupa pengerasan pada expansion joint atau sambungan lantai jalan. Dia mengaku ada beberapa expansion joint yang belum bagus sehingga dibutuhkan penyempurnaan. Tujuannya agar meningkatkan kenyamanan para pengguna?
Jalan Bergelombang (NEXT)
Direktur Operasional PT Waskita Karya (Persero) Bambang Rianto selaku salah satu kontraktor jalan tol Jakarta-Cikampek II Elevated atau Japek layang membeberkan alasan konstruksi jalan tol yang baru dibuka tersebut bergelombang.
Bambang mengatakan konstruksi Japek layang bergelombang karena banyaknya proyek di sekeliling jembatan, mulai dari jembatan penyeberangan orang (JPO) hingga simpang susun.
"Jalan tol layang ini sebetulnya kalau kita lihat di bawahnya, di antaranya ini ada JPO, ada juga yang namanya simpang susun. Dan ada 200 ribu kendaraan aktif per hari. Kemudian di sampingnya ini ada KCIC (kereta cepat), kemudian ada lagi LRT (Jabodebek). Terus ada juga Sutet (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi)," kata Bambang.
Dia menjelaskan, posisi Japek layang yang berada di tengah-tengah proyek lain membuat konstruksi mau tak mau harus dibuat bergelombang. Harus ada jarak antara Japek layang dengan proyek lain seperti JPO dan simpang susun.
"Satu hal, simpang susun paling tinggi itu elevasinya 13 meter. Jadi kalau ditambah clearance maka jembatan tol elevated ini ditambah clearance 5,1 meter harus tingginya 18 meter," jelasnya.
"Jadi kalau jalan tol ini kita bikin lurus semua, itu harus ketinggiannya 18 meter. Coba bayangkan 18 meter atau sama dengan 20 meter dengan ditambahkan konstruksi yang lain, itu ekuivalen dengan kalau ini ada gedung, kira-kira di lantai 5," sambung Bambang.
Selain berbahaya jika dibangun lebih tinggi, biaya investasi yang akan dikeluarkan untuk Japek layang juga bisa lebih mahal. Karena itu, satu-satunya cara ialah dengan membuat konstruksi jalan bergelombang.
"Dari sisi costnya akan lebih tinggi. Karena otomatis dengan ketinggian yang ditambah lebih tinggi, dia akan lebih lebar. Itulah sebabnya ketika dia bertemu dengan JPO dan simpang susun maka dia harus menyesuaikan ketinggiannya. Setelah dia melewati JPO dan simpang susun dia kembali normal," jelasnya.
"Kalau kita tarik flat dari ujung sampai ujung itu tinggi sekali. Kan harus berada pada level simpang susun yang paling tertinggi. Dan itu cost investmennya tinggi sekali," tambahnya.
Meski bergelombang, kata Bambang, namun tingkat kemiringan jalan di Japek layang masih sesuai standar. Jarak pandang pengendara juga dinilai masih aman karena mencakup hingga 110 meter. Bambang juga meyakinkan bahwa Japek layang aman digunakan untuk para pengendara.
"Kemiringan ini kita pastikan tidak melebih 4%. Artinya 4 meter tinggi, per 100 meter panjang. Nah rata-rata itu hanya 2%. Jadi sepeda saja bisa mengayuh, apalagi mobil. Kemudian pada saat mobil berada di sini (bagian tanjakan) dia mampu melihat jarak panjang hentinya itu 110 meter," katanya.
"Nah inilah yang membuat mengapa jalan tol itu menjadi bergelombang. Tetapi ketika kita berada di lapangan, maka tidak seekstrem seperti apa yang dibayangkan. Dan itu silakan dicoba," katanya.
(dru) Next Article Jadi, Aman Gak Nih Lewat Tol Layang Japek?
Tol ini menyedot perhatian publik mulai dari fenomena jalan bergelombang, jalan aspal ada genangan air, hingga kemacetan jalan. Pada Rabu Sore (18/12) misalnya, di jagat Twitter diramaikan dengan keluhan kemacetan di Japek II. "Aduh mau naik tol layang baru Japek II malah macet di atas," kata Fah** dalam akun Twitternya.
Juga ada akun @FerdiRosman yang memposting penampakan kemacetan pada pukul 18.04 pada 18 Desember 2019 yang "Tol Layang Jakarta - Cikampek (jalur B) juga bisa macet"
"Kalau yang di KM 33 memang tadi di atas lagi ada perbaikan," kata General Manager Traffic PT Jasa Marga Jalan Layang Cikampek, Aprimon, kepada CNBC Indonesia, Rabu (18/12/2019).
Selain di KM 33, perbaikan juga dilakukan di titik lain di antaranya sekitar KM 11 dan KM 12. Meski begitu, dia menegaskan bahwa penyempitan tersebut tidak sampai menyebabkan kemacetan.
"Itu enggak macet, [lalu lintas tetap] mengalir. Itu paling antrean 100-200 meter karena ada pekerjaan," bebernya.
Terlebih, dia mengatakan bahwa volume lalu lintas di Tol Layang Japek tidak terlalu tinggi. Volume jalur layang hanya 30% dari jumlah lalu lintas harian Tol Japek yang berada di bawah jalur layang.
Dia juga menegaskan bahwa pekerjaan yang dilakukan tidak sampai menutup keseluruhan lajur. Masih ada lajur cukup lebar yang bisa dilintasi pengguna jalan.
"Lalu lintas masih lancar jadi paling antrenya sekitar 100 meter lah, memperlambat saja enggak sampai berhenti," katanya.
Aprimon menjelaskan, perbaikan yang dilakukan berupa pengerasan pada expansion joint atau sambungan lantai jalan. Dia mengaku ada beberapa expansion joint yang belum bagus sehingga dibutuhkan penyempurnaan. Tujuannya agar meningkatkan kenyamanan para pengguna?
Jalan Bergelombang (NEXT)
Direktur Operasional PT Waskita Karya (Persero) Bambang Rianto selaku salah satu kontraktor jalan tol Jakarta-Cikampek II Elevated atau Japek layang membeberkan alasan konstruksi jalan tol yang baru dibuka tersebut bergelombang.
Bambang mengatakan konstruksi Japek layang bergelombang karena banyaknya proyek di sekeliling jembatan, mulai dari jembatan penyeberangan orang (JPO) hingga simpang susun.
"Jalan tol layang ini sebetulnya kalau kita lihat di bawahnya, di antaranya ini ada JPO, ada juga yang namanya simpang susun. Dan ada 200 ribu kendaraan aktif per hari. Kemudian di sampingnya ini ada KCIC (kereta cepat), kemudian ada lagi LRT (Jabodebek). Terus ada juga Sutet (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi)," kata Bambang.
Dia menjelaskan, posisi Japek layang yang berada di tengah-tengah proyek lain membuat konstruksi mau tak mau harus dibuat bergelombang. Harus ada jarak antara Japek layang dengan proyek lain seperti JPO dan simpang susun.
"Satu hal, simpang susun paling tinggi itu elevasinya 13 meter. Jadi kalau ditambah clearance maka jembatan tol elevated ini ditambah clearance 5,1 meter harus tingginya 18 meter," jelasnya.
"Jadi kalau jalan tol ini kita bikin lurus semua, itu harus ketinggiannya 18 meter. Coba bayangkan 18 meter atau sama dengan 20 meter dengan ditambahkan konstruksi yang lain, itu ekuivalen dengan kalau ini ada gedung, kira-kira di lantai 5," sambung Bambang.
Selain berbahaya jika dibangun lebih tinggi, biaya investasi yang akan dikeluarkan untuk Japek layang juga bisa lebih mahal. Karena itu, satu-satunya cara ialah dengan membuat konstruksi jalan bergelombang.
"Dari sisi costnya akan lebih tinggi. Karena otomatis dengan ketinggian yang ditambah lebih tinggi, dia akan lebih lebar. Itulah sebabnya ketika dia bertemu dengan JPO dan simpang susun maka dia harus menyesuaikan ketinggiannya. Setelah dia melewati JPO dan simpang susun dia kembali normal," jelasnya.
"Kalau kita tarik flat dari ujung sampai ujung itu tinggi sekali. Kan harus berada pada level simpang susun yang paling tertinggi. Dan itu cost investmennya tinggi sekali," tambahnya.
Meski bergelombang, kata Bambang, namun tingkat kemiringan jalan di Japek layang masih sesuai standar. Jarak pandang pengendara juga dinilai masih aman karena mencakup hingga 110 meter. Bambang juga meyakinkan bahwa Japek layang aman digunakan untuk para pengendara.
"Kemiringan ini kita pastikan tidak melebih 4%. Artinya 4 meter tinggi, per 100 meter panjang. Nah rata-rata itu hanya 2%. Jadi sepeda saja bisa mengayuh, apalagi mobil. Kemudian pada saat mobil berada di sini (bagian tanjakan) dia mampu melihat jarak panjang hentinya itu 110 meter," katanya.
"Nah inilah yang membuat mengapa jalan tol itu menjadi bergelombang. Tetapi ketika kita berada di lapangan, maka tidak seekstrem seperti apa yang dibayangkan. Dan itu silakan dicoba," katanya.
(dru) Next Article Jadi, Aman Gak Nih Lewat Tol Layang Japek?
Most Popular