Belum Sembuh, Belanja Pemerintah Masih Lambat

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 December 2019 14:01
Pemerintah Seharusnya Jadi Andalan
Ilustrasi Pembangunan Infrastruktur (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Tahun ini Indonesia menghadapi situasi yang tidak mudah. Ekspor terpukul gara-gara perang dagang Amerika Serikat (AS)-China yang merusak rantai pasok dunia. Sudah 13 bulan beruntun ekspor Indonesia tumbuh negatif (terkontraksi).

Kala ekspor terpukul, maka investasi akan lesu. Sebab namanya pengusaha tentu tidak bisa mengandalkan pasar dalam negeri saja, harus menjual barang ke luar negeri.

Namun sekarang melepas produk ke pasar ekspor sedang susah, jadi dunia usaha memilih untuk menahan diri. Tidak ada investasi baru, yang ada malah mengurangi produksi.

Ketika investasi lesu, rentetan berikutnya adalah konsumsi. Jika keuntungan korporasi turun dan tidak ada investasi baru, maka sulit bagi pekerja untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Pembukaan lapangan kerja baru pun berkurang. Akibatnya, konsumsi rumah tangga pasti terpengaruh.

Jadi sebenarnya hanya satu sumber pertumbuhan ekonomi yang bisa diandalkan yaitu konsumsi pemerintah. Namun ternyata pada kuartal III-2019 konsumsi pemerintah hanya tumbuh 0,98% year-on-year (YoY).

Sekarang 2019 sudah hampir selesai, lupakan saja. Tahun depan situasinya masih penuh tantangan. Apalagi kalau Presiden AS Donald Trump sampai benar-benar dilengserkan, maka ketidakpastian di perekonomian global semakin besar.


Oleh karena itu, pemerintah tidak bisa lagi bersikap sama. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) harus betul-betul menjadi instrumen pendorong pertumbuhan ekonomi. Penyerapan anggaran tidak boleh lambat, harus lebih cepat tanpa mengabaikan kualitas.



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular