Gak Usah Singapura, Kilang RI Bahkan Kalah Sama Thailand!

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
18 December 2019 17:16
Gak Usah Singapura, Kilang RI Bahkan Kalah Sama Thailand!
Foto: Pemadaman api yang terjadi di area jalur pipa Kilang RU V Balikpapan (dok Pertamina)
Jakarta, CNBC Indonesia - Akhir-akhir ini Presiden Jokowi sering mengungkapkan kekesalannya terkait impor migas, salah satu yang disinggung adalah tak ada pembangunan kilang selama 30 tahun terakhir. Masalah ini terus mendapat sorotan Jokowi karena menyebabkan defisit transaksi berjalan yang parah.

Pembangunan kilang minyak memang sudah jadi agenda prioritas Jokowi sejak dilantik pada 2014 lalu. Namun nyatanya hingga hingga periode pertama kepemimpinannya tak satu pun kilang minyak terbangun.

Pembangunan kilang kilang minyak sebenarnya termasuk dalam pembangunan infrastruktur prioritas, baik itu yang sifatnya membangun kilang minyak baru dengan kapasitas tertentu (grassroot) maupun proyek pengembangan kilang yang sudah ada (RDMP).

Saat ini PT Pertamina (Persero) selaku holding BUMN Migas memiliki enam fasilitas kilang minyak, ditambah milik Tuban Petro menjadi tujuh. Jika ditotal kapasitas kilang di Indonesia mencapai 1,15 juta barel per hari (bpd).



[Gambas:Video CNBC]



Sampai saat ini kilang minyak dengan kapasitas terbesar di Indonesia adalah kilang Refinery Unit IV Cilacap milik Pertamina. Kapasitasnya mencapai 348 ribu bpd. Melalui RDMP kapasitas ini bisa di upgrade menjadi 500 ribu bpd.

Revitalisasi kilang Cilacap ini membutuhkan sokongan dana sekitar US$ 5,6 miliar atau setara dengan Rp 78,4 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.000/US$. Proyek ini ditawarkan ke perusahaan raksasa minyak kerajaan Arab, Saudi Aramco.

Jadi rencananya untuk peremajaan kilang ini, proyeknya ditawarkan ke Aramco melalui skema patungan alias Joint Venture Development Agreement (JVDA). Namun saat ini negosiasi terkait nilai investasi belum cocok.

Masih ada selisih valuasi sebesar US$ 1,5 miliar. Untuk memutuskan apakah proyek ini 'diketok' atau tidak masih menunggu hasil audit dan rencananya diumumkan akhir tahun ini.

Kilang minyak Cilacap selain memiliki kapasitas paling besar ternyata juga menghasilkan produk paling lengkap dan beragam dibanding kilang lain milik Pertamina. Kilang Cilacap bernilai strategis karena memasok 34% kebutuhan BBM nasional dan 60% kebutuhan BBM pulau Jawa.

Di Refinery Unit IV Cilacap terdapat III kilang yang menghasilkan produk Bahan Bakar Minyak (BBM), NMB dan produk industri petrokimia seperti paraxylene dan juga toluene.
Tak hanya Indonesia saja yang punya kilang. Nyatanya negara Asia Tenggara lain juga memiliki fasilitas kilang minyak. Paling mengherankan adalah Singapura, negara yang tak lebih luas dari Jakarta tersebut memiliki empat fasilitas kilang minyak dengan kapasitas total 1,49 juta bpd.

Menariknya, ternyata Singapura adalah importir terbesar minyak mentah asal Indonesia. Pada Januari-September 2019, nilai ekspor minyak mentah Indonesia ke Singapura adalah US$ 546,71 juta. Nilai ini mencapai 43,49% dari total ekspor minyak mentah Indonesia.

Jadi Indonesia menjual minyak mentah ke Singapura, kemudian diolah di sana. Singapura menjual produk olahan ke Indonesia, dan dapat lebih dari 10 kali lipat. RI ekspor ke Singapura US$ 500 juta, tapi volume impor dari Singapura sampai US$ 5 miliar.

Negara ASEAN lain yang memiliki fasilitas kilang minyak terbesar kedua adalah Thailand. Raksasa migas Thailand PTT memilki sebagian besar fasilitas kilang minyak Negeri Gajah Putih tersebut. Total kapasitas kilang minyak Thailand mencapai 1,27 juta bpd.

Di posisi ketiga ada Indonesia dengan kapasitas mencapai 1,15 juta bpd. Namun ironinya Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar di Asia Tenggara. Lebih dari 30% penduduk Asia Tenggara disumbang Indonesia.

Hal ini mencerminkan kebutuhan energi di Indonesia juga jauh lebih besar. Namun miris sekali, Indonesia harus mengimpor hasil minyak dari Singapura yang hanya berpenduduk 5,7 juta jiwa tersebut.

Sementara Negeri Jiran memiliki enam buah fasilitas kilang minyak. Tiga di antara fasilitas tersebut dimiliki oleh raksasa migas Malaysia yaitu Petronas. Total kapasitas kilang yang dimiliki oleh Malaysia mencapai 615 ribu bpd.



Negara-negara di kawasan Asia Tenggara ternyata tak hanya membangun kilang minyaknya sendiri. Beberapa negara seperti Singapura bekerja sama dengan investor strategis seperti ExxonMobil dan Shell untuk membangun fasilitas kilang. Berikut adalah profil kilang minyak di kawasan Asia Tenggara.

Aduh Kilang Minyak RI Kalah dengan Singapura dan Thailand!Sumber : Kementerian ESDM, McKinsey & Company
Kilang minyak memang sebuah simbol penting kemandirian energi suatu bangsa. Jika kapasitas kilang Indonesia tak segera di upgrade mentok di 1 juta bpd, lifting minyak cuma 750 ribu bpd dan terus turun, sementara konsumsi sudah mencapai 1,5 juta bpd dan terus naik maka ya impor minyak jadi tak terelakkan.




TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular