
Menhub Dongkol Terminal Pulogebang Rp 450 M Semrawut
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
17 December 2019 13:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi tidak bisa menyembunyikan kekecewaan perihal semrawutnya terminal Pulogebang. Menhub menilai tidak banyak perubahan yang terjadi pada terminal yang dibangun sejak 2009 memakai dana APBD DKI Jakarta.
"Pulo ebang saya kecewa kemarin. Udah 3 tahun menugaskan semua tim yang ada disana buat tiket online, (tapi) tidak terjadi. Tugaskan semua tim tidak ada lagi terminal bayangan. Masih ada," katanya di Penganugerahan Penghargaan Manajemen Keselamatan Penyelenggara Jasa Angkutan (TSMA), Selasa (17/12/2019).
Budi Karya coba memantau langsung proses pengerjaan di lapangan. Sayang hasilnya tidak sesuai ekspektasi. "Saya minta tiket (Perusahaan Otobus) Garuda pukul 10.30 tapi nggak keluar tiketnya, dicari yang jam 11. Singkat kata yang (pukul) 10.30 nggak keluar, karena punya terminal gelap. Selama 3 tahun omongan saya itu angin aja," kesalnya.
Ia berharap jajarannya bisa segera melakukan pembenahan sebelum menghadapi lebaran pertengahan tahun depan. Jika tidak terjadi, ancaman sudah menanti. "Saya kasih waktu 3 bulan untuk selesaikan. Menjelang lebaran nggak ada (masalah). Jika tak terjadi, pejabat saya ganti semua. Kasihan, masyarakat kasihan sekali. Kita udah kasih ke DKI. Ini perlu dikelola dengan baik," sebutnya.
Setidaknya, ancaman tersebut dibidik kepada beberapa pejabat antara lain Dirjen Perhubungan Darat, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) serta Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Sayangnya, untuk nama terakhir Kemenhub tidak memiliki wewenang dalam melakukan pemecatan, karena kebijakan ada di pemimpin daerah.
Dalam menerapkan, pejabat terkait harus memerhatikan beberapa aspek. Setidaknya Budi Karya menyebut tiga yang menjadi prioritas.
"Kita ingin angkutan bus sama dengan angkutan kereta yang udah bagus. Syaratnya tiga. Tiketing, antar moda di antaranya bus-bus yang bagus. Serta terminal dibagusin. Pulogebang udah bagus. IT tinggal kerjakan, bus udah bagus kenapa tidak," kata Budi Karya.
Terminal Pulogebang, diresmikan 28 Desember 2016, seluas 12,6 hektare, sebagai terminal Tipe A. Proyek terminal ini membutuhkan biaya sebesar Rp 450 miliar, yang dimulai sejak era Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.
(hoi/hoi) Next Article Tiru KA & Pesawat, Bus Wajib Jual Tiket Online?
"Pulo ebang saya kecewa kemarin. Udah 3 tahun menugaskan semua tim yang ada disana buat tiket online, (tapi) tidak terjadi. Tugaskan semua tim tidak ada lagi terminal bayangan. Masih ada," katanya di Penganugerahan Penghargaan Manajemen Keselamatan Penyelenggara Jasa Angkutan (TSMA), Selasa (17/12/2019).
Budi Karya coba memantau langsung proses pengerjaan di lapangan. Sayang hasilnya tidak sesuai ekspektasi. "Saya minta tiket (Perusahaan Otobus) Garuda pukul 10.30 tapi nggak keluar tiketnya, dicari yang jam 11. Singkat kata yang (pukul) 10.30 nggak keluar, karena punya terminal gelap. Selama 3 tahun omongan saya itu angin aja," kesalnya.
Ia berharap jajarannya bisa segera melakukan pembenahan sebelum menghadapi lebaran pertengahan tahun depan. Jika tidak terjadi, ancaman sudah menanti. "Saya kasih waktu 3 bulan untuk selesaikan. Menjelang lebaran nggak ada (masalah). Jika tak terjadi, pejabat saya ganti semua. Kasihan, masyarakat kasihan sekali. Kita udah kasih ke DKI. Ini perlu dikelola dengan baik," sebutnya.
Setidaknya, ancaman tersebut dibidik kepada beberapa pejabat antara lain Dirjen Perhubungan Darat, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) serta Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Sayangnya, untuk nama terakhir Kemenhub tidak memiliki wewenang dalam melakukan pemecatan, karena kebijakan ada di pemimpin daerah.
Dalam menerapkan, pejabat terkait harus memerhatikan beberapa aspek. Setidaknya Budi Karya menyebut tiga yang menjadi prioritas.
"Kita ingin angkutan bus sama dengan angkutan kereta yang udah bagus. Syaratnya tiga. Tiketing, antar moda di antaranya bus-bus yang bagus. Serta terminal dibagusin. Pulogebang udah bagus. IT tinggal kerjakan, bus udah bagus kenapa tidak," kata Budi Karya.
Terminal Pulogebang, diresmikan 28 Desember 2016, seluas 12,6 hektare, sebagai terminal Tipe A. Proyek terminal ini membutuhkan biaya sebesar Rp 450 miliar, yang dimulai sejak era Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.
(hoi/hoi) Next Article Tiru KA & Pesawat, Bus Wajib Jual Tiket Online?
Most Popular