
Internasional
China 'Warning' Pemerintah Hong Kong
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
16 December 2019 12:15

Jakarta, CNBC Indonesia - China mengingatkan pemimpin Hong Kong Carrie Lam soal situasi di pusat keuangan global Asia itu.
Perdana menteri China Li Keqiang mengatakan situasi daerah otonomi khusus untuk masih 'dilematis' dan tak bisa diprediksi.
Dalam pertemuan reguler antara keduanya, yang disiarkan di televisi nasional, China meminta upaya lebih dari pemerintah untuk menyetop kekerasan.
"Pemerintah wilayah administratif khusus (SAR/special administrative region) harus melanjutkan usahanya untuk mengakhiri kekerasan dan menghentikan kekacauan sesuai dengan hukum dan (Hong Kong) kembali ke normal," tegas Li dikutip dari Reuters, Senin (16/12/2019).
Sebelumnya, Demo kembali berlangsung di Hong Kong menjelang diadakannya pertemuan antara Carrie Lam dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing, Minggu (15/12/2019).
Reuters melaporkan, kemarin malam para pengunjuk rasa anti-pemerintah kembali bentrok dengan polisi. Pihak kepolisian menembakkan gas air mata untuk membubarkan pendemo.
Ini merupakan kali pertama dalam hampir dua minggu gas air mata kembali digunakan oleh polisi untuk menangani pendemo.
Sementara itu, berbagai spekulasi mengenai hasil pertemuannya dengan Xi muncul ke permukaan.
Banyak pihak yakin Xi akan memberikan arahan baru kepada Lam tentang cara menghadapi demo berkepanjangan yang sudah berlangsung di pusat keuangan Asia itu.
"Spekulasi itu termasuk kemungkinan perombakan kabinet," tulis Reuters.
Namun begitu, sebelum pergi ke China, Lam telah berusaha menekan isu perombakan kabinet. Ia mengatakan tugas pertama adalah untuk menghentikan kekerasan dan memulihkan ketertiban, sembari berusaha untuk melakukan lebih banyak dialog dengan publik.
November lalu, kedua pemimpin itu juga bertemu di Shanghai. Pada saat itu Xi mengatakan menaruh kepercayaan yang mendalam pada Lam meskipun ada gejolak demo besar di Hong Kong.
Demo telah berlangsung di Hong Kong selama enam bulan terakhir atau sejak Juni. Demo pertama digelar untuk menuntut pembatalan diberlakukannya Rancangan Undang-Undang (RUU) Ekstradisi yang memungkinkan pelaku kriminal kota dikirim dan diadili di China.
Sekitar sebulan setelah demo besar-besaran pertama digelar, RUU tersebut ditangguhkan oleh Lam. Namun, hingga hari ini demo masih berlangsung di kota yang masih jadi bagian dari China tersebut.
Bahkan, tuntutan pendemo telah berkembang, salah satunya adalah menerapkan hak pilih universal di Hong Kong. Hingga kini belum diketahui kapan demo akan berakhir.
(sef/sef) Next Article Duh! Sudah 2020, Tapi Hong Kong Masih Demo
Perdana menteri China Li Keqiang mengatakan situasi daerah otonomi khusus untuk masih 'dilematis' dan tak bisa diprediksi.
Dalam pertemuan reguler antara keduanya, yang disiarkan di televisi nasional, China meminta upaya lebih dari pemerintah untuk menyetop kekerasan.
![]() |
Sebelumnya, Demo kembali berlangsung di Hong Kong menjelang diadakannya pertemuan antara Carrie Lam dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing, Minggu (15/12/2019).
Reuters melaporkan, kemarin malam para pengunjuk rasa anti-pemerintah kembali bentrok dengan polisi. Pihak kepolisian menembakkan gas air mata untuk membubarkan pendemo.
Ini merupakan kali pertama dalam hampir dua minggu gas air mata kembali digunakan oleh polisi untuk menangani pendemo.
Sementara itu, berbagai spekulasi mengenai hasil pertemuannya dengan Xi muncul ke permukaan.
Banyak pihak yakin Xi akan memberikan arahan baru kepada Lam tentang cara menghadapi demo berkepanjangan yang sudah berlangsung di pusat keuangan Asia itu.
"Spekulasi itu termasuk kemungkinan perombakan kabinet," tulis Reuters.
Namun begitu, sebelum pergi ke China, Lam telah berusaha menekan isu perombakan kabinet. Ia mengatakan tugas pertama adalah untuk menghentikan kekerasan dan memulihkan ketertiban, sembari berusaha untuk melakukan lebih banyak dialog dengan publik.
November lalu, kedua pemimpin itu juga bertemu di Shanghai. Pada saat itu Xi mengatakan menaruh kepercayaan yang mendalam pada Lam meskipun ada gejolak demo besar di Hong Kong.
Demo telah berlangsung di Hong Kong selama enam bulan terakhir atau sejak Juni. Demo pertama digelar untuk menuntut pembatalan diberlakukannya Rancangan Undang-Undang (RUU) Ekstradisi yang memungkinkan pelaku kriminal kota dikirim dan diadili di China.
Sekitar sebulan setelah demo besar-besaran pertama digelar, RUU tersebut ditangguhkan oleh Lam. Namun, hingga hari ini demo masih berlangsung di kota yang masih jadi bagian dari China tersebut.
Bahkan, tuntutan pendemo telah berkembang, salah satunya adalah menerapkan hak pilih universal di Hong Kong. Hingga kini belum diketahui kapan demo akan berakhir.
(sef/sef) Next Article Duh! Sudah 2020, Tapi Hong Kong Masih Demo
Most Popular