
Mantap! Walikota Risma Jadi Tamu Kehormatan Erdogan di Turki
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
13 December 2019 13:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjadi keynote speaker pada forum bertajuk 'International Forum of Women in Local Government' di Turki. Perempuan ini dipilih mewakili para pemimpin perempuan yang dinilai sukses dalam pemerintahan.
Dalam forum tersebut, Risma memaparkan keberhasilannya dalam menerapkan berbagai program pemberdayaan dan perlindungan hak-hak perempuan dalam membangun di Surabaya.
Dari sekian banyak program yang dilakukan, Risma lebih banyak membahas tentang program pemberdayaan perempuan, yakni penutupan eks Lokalisasi Dolly dan program pahlawan ekonomi.
"Pada tahun pertama saya sebagai Wali Kota Surabaya 2010 lalu, itu adalah saat yang sulit karena harus menghadapi tantangan besar. Mulai dari banjir, perbaikan lingkungan, infrastruktur, kemiskinan, sampai trafficking," kata Risma di ATO Congresium, Ankara Turki, Rabu (11/12/2019), seperti dikutip dari laman resmi Surabaya.go.id.
Menurut Risma pemecahan masalah trafficking adalah dengan cara menutup semua tempat prostitusi di Surabaya.
"Di situ saya mengambil keputusan serius dan berisiko menutup semua prostitusi satu per satu. Saya menyadari betapa besarnya dampak buruk terhadap kehidupan orang di sekitarnya, terutama pada anak-anak," katanya.
Eks lokalisasi mulai ditutup oleh Risma sejak 2012 secara bertahap. Selain memikirkan proses penutupan, walikota perempuan pertama di Surabaya ini juga harus memberikan solusi bagi warga terdampak penutupan tersebut.
Wali kota yang sekaligus menjabat Presiden United Cities and Local Government (UCLG) Asia Pacific (Aspac) ini memastikan, sekarang wilayah eks lokalisasi itu telah berubah. Area yang dahulunya ladang prostitusi, kini disulap menjadi tempat kreatif.
Di samping melakukan penutupan eks lokalisasi, Risma juga memiliki program lain untuk menekan angka kemiskinan. Yakni, dengan cara memberdayakan ibu-ibu rumah tangga. Risma mengajak ibu-ibu dari keluarga miskin untuk mengambil bagian dalam program pahlawan ekonomi.
Pada program tersebut, para ibu rumah tangga diajarkan menjadi pengusaha dan menjadi pahlawan bagi keluarga mereka masing-masing. Banyak tahapan pelatihan yang diberikan di program itu, mulai dari pelatihan pembuatan produk, cara pengemasan (packaging), sampai pemasaran dengan memanfaatkan arus digital.
Lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya saat ini ada sekitar 45% pejabat perempuan. Bagi Risma, melihat banyaknya masalah sosial yang tengah terjadi di masyarakat, juga membutuhkan sosok pemimpin perempuan.
Ia menambahkan, jika semua pemimpin perempuan dapat memimpin dengan belas kasih, maka dapat memberikan teladan yang baik bagi generasi penerus.
"Sebagai pemimpin perempuan, saya yakin setiap perempuan dapat mencapai jabatan tertinggi dan dapat membangun masa depan yang berkelanjutan."
Acara tersebut diikuti oleh sekitar tiga ribu peserta yang terdiri dari kurang lebih 27 pemimpin perempuan di dunia, politisi, akademisi serta masyarakat dari berbagai kota di Negara Turki.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan juga turut hadir dalam forum tersebut.
"Saya ingin semakin banyak perempuan memiliki peran di setiap area dalam politik ... Kita akan mendukung," kata Erdogan sebagaimana dilansir dari Hurriyet Daily News.
Menurutnya kepemimpinan para perempuan dunia itu harus menjadi contoh bagi Turki. Saat ini, partisipasi perempuan di parlemen negara itu hanya 17%.
"Di pemilu lokal yang akan dilakukan di Maret, kita ingin setidaknya ada 1/3 perempuan sebagai anggota parlemen," ujarnya lagi.
(sef/sef) Next Article Jadi Mensos, Tri Rismaharini Percepat Realisasi Bansos
Dalam forum tersebut, Risma memaparkan keberhasilannya dalam menerapkan berbagai program pemberdayaan dan perlindungan hak-hak perempuan dalam membangun di Surabaya.
Dari sekian banyak program yang dilakukan, Risma lebih banyak membahas tentang program pemberdayaan perempuan, yakni penutupan eks Lokalisasi Dolly dan program pahlawan ekonomi.
Menurut Risma pemecahan masalah trafficking adalah dengan cara menutup semua tempat prostitusi di Surabaya.
"Di situ saya mengambil keputusan serius dan berisiko menutup semua prostitusi satu per satu. Saya menyadari betapa besarnya dampak buruk terhadap kehidupan orang di sekitarnya, terutama pada anak-anak," katanya.
Eks lokalisasi mulai ditutup oleh Risma sejak 2012 secara bertahap. Selain memikirkan proses penutupan, walikota perempuan pertama di Surabaya ini juga harus memberikan solusi bagi warga terdampak penutupan tersebut.
Wali kota yang sekaligus menjabat Presiden United Cities and Local Government (UCLG) Asia Pacific (Aspac) ini memastikan, sekarang wilayah eks lokalisasi itu telah berubah. Area yang dahulunya ladang prostitusi, kini disulap menjadi tempat kreatif.
Di samping melakukan penutupan eks lokalisasi, Risma juga memiliki program lain untuk menekan angka kemiskinan. Yakni, dengan cara memberdayakan ibu-ibu rumah tangga. Risma mengajak ibu-ibu dari keluarga miskin untuk mengambil bagian dalam program pahlawan ekonomi.
Pada program tersebut, para ibu rumah tangga diajarkan menjadi pengusaha dan menjadi pahlawan bagi keluarga mereka masing-masing. Banyak tahapan pelatihan yang diberikan di program itu, mulai dari pelatihan pembuatan produk, cara pengemasan (packaging), sampai pemasaran dengan memanfaatkan arus digital.
Lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya saat ini ada sekitar 45% pejabat perempuan. Bagi Risma, melihat banyaknya masalah sosial yang tengah terjadi di masyarakat, juga membutuhkan sosok pemimpin perempuan.
Ia menambahkan, jika semua pemimpin perempuan dapat memimpin dengan belas kasih, maka dapat memberikan teladan yang baik bagi generasi penerus.
"Sebagai pemimpin perempuan, saya yakin setiap perempuan dapat mencapai jabatan tertinggi dan dapat membangun masa depan yang berkelanjutan."
Acara tersebut diikuti oleh sekitar tiga ribu peserta yang terdiri dari kurang lebih 27 pemimpin perempuan di dunia, politisi, akademisi serta masyarakat dari berbagai kota di Negara Turki.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan juga turut hadir dalam forum tersebut.
"Saya ingin semakin banyak perempuan memiliki peran di setiap area dalam politik ... Kita akan mendukung," kata Erdogan sebagaimana dilansir dari Hurriyet Daily News.
Menurutnya kepemimpinan para perempuan dunia itu harus menjadi contoh bagi Turki. Saat ini, partisipasi perempuan di parlemen negara itu hanya 17%.
"Di pemilu lokal yang akan dilakukan di Maret, kita ingin setidaknya ada 1/3 perempuan sebagai anggota parlemen," ujarnya lagi.
(sef/sef) Next Article Jadi Mensos, Tri Rismaharini Percepat Realisasi Bansos
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular