
Dear Pak Jokowi, Ekonomi RI Bisa Tumbuh 5,6%, Asal...

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga riset dan kebijakan ekonomi Sigmaphi Indonesia memperkirakan ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 5,04% pada tahun 2019, namun mengalami pelambatan pada tahun 2020 menjadi 5,03%.
Direktur SigmaPhi Muhammad Islam mengatakan turunnya level pertumbuhan ekonomi ini tidak lepas dari pengaruh dinamika geopolitik global dan perang dagang AS-China dalam beberapa tahun terakhir yang memicu ketidakpastian ekonomi.
Meskipun demikian, ekonomi Indonesia masih dapat tumbuh dengan baik karena selama ini struktur ekonomi Indonesia masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga yang tidak terlalu dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang sedang lesu. Sigmaphi juga melihat bahwa kondisi politik tahun depan relatif stabil dibandingkan 2018 ataupun pada periode awal 2019 ini.
"Faktor yang akan menjadi penentu pertumbuhan tahun 2020 yaitu investasi. Apakah kebijakan Omnibus Law yang dilakukan pemerintah dapat berjalan lancar sehingga mendorong investasi atau justru prosesnya berjalan lambat sehingga membuat investor cenderung menunda investasi hingga ada kepastian" ujarnya, dalam pernyataan resmi, usai diskusi "Economic and Political Outlook 2020" di Hotel Ashley Jakarta, Kamis kemarin (12/12/2019).
Islam menambahkan, di tengah perlambatan ekonomi saat ini, pemerintah dituntut menerapkan kebijakan yang lebih berorientasi pada perbaikan daya beli masyarakat, serta menciptakan lapangan pekerjaan.
Salah satu caranya dengan memberikan fokus perhatian kepada pelaku Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM).
Hasil simulasi yang dilakukan Sigmaphi, kata Islam, menunjukan jika pemerintah mampu mendorong 7% UMKM untuk naik kelas, maka potensi pertumbuhan ekonomi mencapai 5,6%.
Bahkan, jika pemerintah mampu mendorong 10% UMKM untuk naik kelas, maka potensi pertumbuhan ekonomi dapat mencapai lebih dari 9%.
Sigmaphi juga mengingatkan bahwa ihwal yang juga perlu diperhatikan adalah kebijakan pemerintah menaikkan iuran BPJS Kesehatan serta tarif cukai rokok yang berlaku awal tahun 2020 yang akan datang dapat memberikan tekanan terhadap inflasi, sehingga inflasi diperkirakan lebih tinggi dari tahun ini meskipun masih dalam target yang ditetapkan pemerintah," tutup Islam.
![]() |
Dalam kesempatan tersebut, ekonom Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia, Telisa Felianti, menegaskan, instabilitas global itu juga yang membuat beberapa lembaga internasional menduga, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 tidak akan sampai level 5%.
Telisa mencontohkan prediksi JPMorgan yang memprediksi pertumbuhan Indonesia 2020 sebesar 4,9%. Bahkan, Moody,s memprediksi pertumbuhan RI pada 2020 hanya 4,7%.
"IMF dan World Bank juga merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi global beberapa kali", kata Telisa.
Kendati demikian, Telisa mengakui, masih ada peluang pertumbuhan ekonomi 2020 bisa di atas 5% sesuai prediksi lembaga riset Sigmaphi. Lembaga ini memprediksi pertumbuhan ekonomi RI pada 2020 bisa di level 5,03%.
Telisa menyampaikan beberapa rekomendasi sebagai upaya mencapai target pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.
"Optimalisasi sektor ekonomi digital, perkuat UMKM, peningkatan SDM dan rencana kebijakan Omnibus Law dan super deductive tax menjadi aspek penting memanfaatkan pembangunan yang sudah dilakukan", tambah Telisa.
Dia menjelaskan bahwa peningkatan SDM diharapkan mampu mengoptimalisasi bonus demografi dan menciptakan generasi pekerja yang bermoral, dinamis, dan menguasai IPTEK. Peningkatan SDM harus diikuti dengan optimalisasi kerja sama dengan sektor industri.
Selain itu, permasalahan regulasi diharapkan dapat terselesaikan dengan adanya rencana kebijakan Omnimbus Law yang menyasar UU Perpajakan, cipta lapangan kerja, dan pemberdayaan UMKM. Ada sebanyak 74 undang-undang yang teridentifikasi menghambat investasi.
Simak prediksi World Bank atas ekonomi RI
(tas/hps) Next Article Ekonomi Loyo! Bank Dunia Revisi Lagi PDB RI Tumbuh 5% di 2019
