Jokowi Soroti Banjir Baja Impor, Ini Akar Masalahnya

Efrem Siregar, CNBC Indonesia
12 December 2019 21:53
Utilisasi atau pemanfaatan kapasitas terpasang untuk produksi baja nasional sangat rendah, hanya 43%.
Foto: Seorang pekerja bekerja di sebuah tungku di pabrik baja Dalian Special Steel Co Ltd di Dalian, provinsi Liaoning, Cina 8 April 2018. REUTERS / Stringer / File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo menyoroti ketersediaan baja untuk sebagai material infrastruktur di dalam negeri. Dari kebutuhan 9 juta ton baja, yang terpenuhi hanya 60% dari industri lokal. Industri baja adalah mother of industry atau ibu dari segala industri.

"Misalnya kebutuhan aspal sebesar 650.000 ton baru terpenuhi 70%, kemudian kebutuhan baja 9 juta ton baru terpenuhi 60%," kata Jokowi dalam rapat terbatas (Ratas) di Kantor Presiden, Selasa (10/12/2019).

Hal ini mengonfirmasi kondisi industri baja dalam negeri yang mengalami tekanan. Utilisasi atau pemanfaatan kapasitas terpasang untuk produksi baja nasional sangat rendah, hanya 43%.



Untuk masalah infrastruktur, Ketua Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia, Silmy Karim mengatakan yang diperlukan saat ini adalah peningkatan utilisasi baja dalam negeri.

"Kalau ini bisa ditingkatkan maka akan baik," kata Silmy Karim kepada CNBC Indonesia, Kamis (12/12/2019).

Utilisasi baja nasional tergerus akibat derasnya impor baja dari China. Persoalan ini dihubungkan dengan Permendag Nomor 110 tahun 2018 tentang ketentuan impor besi baja dan baja panduan dan produk turunannya, yang sebelumnya diatur pada Permendag Nomor 22 tahun 2018.

Ada penghapusan pertimbangan teknis sebelum impor baja. Karena itu, impor baja semakin mudah dan tidak ada sistem kontrol izin impor.

Kapasitas produksi baja nasional menyanggupi kebutuhan material baja untuk infrastruktur. Silmy mengatakan tidak ada masalah bagi industri baja lokal.

"Nggak ada masalah," katanya saat disinggung kesanggupan industri baja lokal memasok material infrastruktur.

Ia kembali menggarisbawahi bahwa keran impor baja harus ditutup. Selama ini, baja impor yang masuk ke pasar antara lain jenis HRC, CRC, WR Carbon, Bar Carbon, Bar Alloy, Section Carbon, Carbon Steel, Alloy Steel dan lainnya.

Di sisi lain, impor produk baja paduan meningkat setiap tahun akibat praktik circumvention (pengalihan pos tarif). Pada 2018 volume impor mencapai 6,07 juta ton dimana porsi baja paduan sebanyak 2,85 juta ton atau 47%.

Menurut Silmy, saat ini impor hanya memungkinkan untuk baja jenis CRC. Baja jenis HRC dan plat sudah over supply di pasar dalam negeri.
(hoi/hoi) Next Article Teror Baja Impor China-Vietnam, 7 Pabrik RI Setop Produksi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular