
Duh! Tingkat Hunian Hotel Ambles, Pariwisata Bisa Merana
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
14 December 2019 14:16

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan tren sudah terlihat dari menurunnya angka okupansi hotel di Indonesia.
"Tahun lalu 54-55%, sekarang 52-53%," katanya pada konferensi pers outlook perekonomian Apindo di Jakarta, selasa (10/12/2019).
Ada beberapa kota yang terguncang akibat menurunnya okupansi hotel ini. Di antaranya Jayapura, Ambon, Makassar sedang mengalami penurunan. Hariyadi mengatakan banyak kota di luar Jawa juga yang okupansi hotelnya mengalami penurunan, terkecuali Sumbar.
"Jawa yang masih stabil, Jakarta. Jogja turun juga. Overall yang stabil hanya Jakarta dan Sumbar. Bali juga turun," katanya.
Menurunnya angka okupansi hotel disebabkan karena menurunnya jumlah wisatawan, baik domestik maupun luar negeri. Jika dirunut lebih panjang, mahalnya harga tiket pesawat juga dinilai sebagai penyebab turunnya okupansi.
Selain itu, maraknya model bisnis baru di industri hospitality yang menekankan pada sharing economy dan pemanfaatan teknologi digital telah mengubah perilaku wisatawan. Merebaknya hotel-hotel budget yang menawarkan berbagai pengalaman menginap bisa jadi salah satu penyebab kenapa tingkat okupansi kamar di hotel berbintang turun.
Namun untuk masalah target wisatawan terutama wisman yang terus gagal tercapai sejak 2016 benar-benar dicari tahu penyebabnya. Ada berbagai kemungkinan penyebab. Bisa saja target yang memang tidak realistis.
Kedua bisa juga karena kondisi ekonomi global yang melambat seperti sekarang ini sehingga berdampak pada sektor pariwisata. Namun untuk memastikan hal ini, perlu adanya tinjauan komprehensif terhadap sektor pariwisata global. Apakah memang trennya turun atau tidak.
Apabila trennya secara global menurun bisa jadi akibat perlambatan ekonomi. Namun apabila tidak maka ada alasan lain yang harus diidentifikasi seperti apakah ada destinasi lain yang lebih menarik daripada Indonesia bagi wisatawan domestik maupun wisatawan lokal.
Jika hal itu yang terjadi maka jelas harus segera diatasi. Pasalnya sumbangsih sektor pariwisata untuk devisa tak kecil. Tercatat tahun lalu saja sumbangsihnya mencapai US$ 16.1 miliar atau setara dengan Rp 224,4 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.000/US$.
Baca : 'Waduh! Tingkat Hunian Hotel Nyungsep, Kenapa Ya?'
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/hps)
"Tahun lalu 54-55%, sekarang 52-53%," katanya pada konferensi pers outlook perekonomian Apindo di Jakarta, selasa (10/12/2019).
Ada beberapa kota yang terguncang akibat menurunnya okupansi hotel ini. Di antaranya Jayapura, Ambon, Makassar sedang mengalami penurunan. Hariyadi mengatakan banyak kota di luar Jawa juga yang okupansi hotelnya mengalami penurunan, terkecuali Sumbar.
Menurunnya angka okupansi hotel disebabkan karena menurunnya jumlah wisatawan, baik domestik maupun luar negeri. Jika dirunut lebih panjang, mahalnya harga tiket pesawat juga dinilai sebagai penyebab turunnya okupansi.
Selain itu, maraknya model bisnis baru di industri hospitality yang menekankan pada sharing economy dan pemanfaatan teknologi digital telah mengubah perilaku wisatawan. Merebaknya hotel-hotel budget yang menawarkan berbagai pengalaman menginap bisa jadi salah satu penyebab kenapa tingkat okupansi kamar di hotel berbintang turun.
Namun untuk masalah target wisatawan terutama wisman yang terus gagal tercapai sejak 2016 benar-benar dicari tahu penyebabnya. Ada berbagai kemungkinan penyebab. Bisa saja target yang memang tidak realistis.
Kedua bisa juga karena kondisi ekonomi global yang melambat seperti sekarang ini sehingga berdampak pada sektor pariwisata. Namun untuk memastikan hal ini, perlu adanya tinjauan komprehensif terhadap sektor pariwisata global. Apakah memang trennya turun atau tidak.
Apabila trennya secara global menurun bisa jadi akibat perlambatan ekonomi. Namun apabila tidak maka ada alasan lain yang harus diidentifikasi seperti apakah ada destinasi lain yang lebih menarik daripada Indonesia bagi wisatawan domestik maupun wisatawan lokal.
Jika hal itu yang terjadi maka jelas harus segera diatasi. Pasalnya sumbangsih sektor pariwisata untuk devisa tak kecil. Tercatat tahun lalu saja sumbangsihnya mencapai US$ 16.1 miliar atau setara dengan Rp 224,4 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.000/US$.
Baca : 'Waduh! Tingkat Hunian Hotel Nyungsep, Kenapa Ya?'
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/hps)
Pages
Most Popular