Bangun Kilang Mahal, Tapi Faedahnya Luar Biasa Buat RI!

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
11 December 2019 16:30
Mahal Sih... Tapi Jangan Sampai Mundur
Foto: Kilang Minyak Cilacap. Kilang Cilacap merupakan kilang minyak terbesar di Indonesia dengan kapasitas mencapai 348 ribu barel/hari atau 33,4% dari total kapasitas kilang nasional. (CNBC Indonesia/Gustidha Budiarti)
Dengan dana Rp 643 triliun kapasitas kilang dapat di upgrade menjadi 2x sehingga dampak ekonominya tentu akan lebih terasa dan dapat menekan impor.

Hingga saat ini, Pertamina memiliki tujuh unit kilang yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Produk yang dihasilkan dari kilang antara lain BBM seperti Premium, Bahan Bakar Khusus (BBK) seperti Avtur dan Pertamax, Non-BBM seperti LPG, produk petrokimia seperti polypropilene dan nafta.

Untuk meremajakan kilang serta membangun kilang baru tentu membutuhkan keterlibatan investor. Walau penugasan dibebankan ke Pertamina, jika sendirian sungguh teramat sangat berat tentunya.

Salah satu faktor yang membuat investor mau atau tidak investasi ke sektor hilir migas tentu tak lepas dari nilai keekonomisan. Dengan adanya kilang, minyak mentah yang awalnya tak bisa digunakan untuk apa pun dapat dipecah menjadi berbagai produk mulai dari bensin, aspal hingga produk turunan lain seperti plastik.

Bangun Kilang Memang Mahal, Tapi Bukan Alasan Untuk Mundur!Foto: PT Chandra Asri Petrochemicals
Nilai keekonomisan tentu diukur dari perbedaan harga produk jadi dan bahan mentahnya. Produk jadi di sini sangat beragam seperti yang sudah dijelaskan di atas. Namun mengingat nafta punya peranan yang sangat banyak dan menghubungkan kilang minyak dengan industri petrokimia, harga nafta dapat dijadikan sebagai pembanding.

Ketika harga minyak mengalami fluktuasi maka keuntungan dari aktivitas di kilang juga akan berfluktuasi. Berdasarkan kalkulasi Tim Riset CNBC Indonesia, harga minyak dalam setahun terakhir lebih berfluktuasi dibanding harga tahun sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari angka standard deviasi return harga minyak yang lebih tinggi tahun ini.

Volatilitas harga minyak mentah jenis Brent setahun terakhir mencapai 0,02. Sementara tingkat fluktuasi minyak Brent pada tahun sebelumnya hanya 0,016.

Margin atau tingkat pengembalian dari industri petrokimia ke depan diprediksi akan bergerak moderat di tengah ketidakpastian ekonomi global, penambahan kapasitas kilang dan lunaknya permintaan.
Bangun Kilang Memang Mahal, Tapi Bukan Alasan Untuk Mundur!Foto: PT Chandra Asri Petrochemicals
Namun sebenarnya prospek industri petrokimia RI ke depan bisa dibilang sangat menjanjikan. Hal ini yang seharusnya dilirik investor. Ukuran populasi yang besar, peningkatan populasi kelas menengah, laju urbanisasi yang tinggi, aktivitas manufaktur yang terus berkembang membuat prospek bisnis petrokimia tergolong menjanjikan.

Sebagai investor selain nilai keekonomisan, faktor regulasi juga turut menjadi faktor yang menentukan apakah suatu negara layak untuk dititipi dana atau tidak.

Sampai saat ini regulasi yang tumpang tindih, ketidakpastian hukum, serta birokrasi yang berbelit-belit adalah masalah di Indonesia yang membuat iklim investasi tidak ramah.

Jadi masalah regulasi, birokrasi dan kepastian hukum memang harus jadi prioritas dan agenda utama.

Bagaimanapun juga bikin kilang memang mahal. Namun bukan berarti itu jadi alasan untuk mundur. Mau sampai kapan tekor karena impor? Mau sampai kapan kesehatan ekonomi RI digerogoti penyakit kronis bernama CAD?

Baca'Gila, Impor Minyak RI Rp 246 T Setahun Setara Bangun 1 Kilang'


TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/gus)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular