
Bangun Kilang Mahal, Tapi Faedahnya Luar Biasa Buat RI!
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
11 December 2019 16:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden RI Joko Widodo prihatin Indonesia tak bangun kilang dalam kurun waktu hampir 30 tahun. Membangun kilang tentu butuh modal yang besar dan peran serta investor.
Ungkapan keprihatinan RI-1 itu diungkapkan usai menghadiri Rapat Koordinasi Nasional Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah dan Silaturahmi Nasional Bank Wakaf Mikro di Hotel Mulia, Senayan kemarin (10/12/2019).
"Masa 34 tahun gak bisa membangun kilang minyak. Kebangetan. Saya kawal betul akan saya ikuti juga progressnya dan persentasenya sejauh mana." Ungkap mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Kilang minyak punya peranan penting untuk menyuplai kebutuhan energi dan bahan bakar tanah air. Tak hanya itu, produk olahan dari kilang minyak juga berfungsi sebagai bahan baku dalam industri petrokimia.
Saat ini kapasitas kilang Indonesia masih terbatas di angka 1 juta barel per hari (bph). Sementara lifting minyak dalam negeri terus menurun akibat penuaan sumur. Lifting minyak pada 2019 mencapai 750.000 bph.
Padahal kebutuhan bahan bakar serta industri petrokimia terus tumbuh. Mengutip data CEIC, konsumsi minyak masyarakat Indonesia sudah melebihi angka 1,5 juta bph. Inilah yang menyebabkan Indonesia harus mengimpor baik minyak mentah maupun hasil olahannya.
Sepanjang 10 bulan 2019, impor minyak dan gas Indonesia mencapai US$ 17,6 miliar. Jika nominal tersebut dirupiahkan dengan asumsi kurs Rp 14.000/US$ maka nilainya mencapai Rp 246,4 triliun.
Dengan angka tersebut sebenarnya bisa digunakan untuk membangun satu buah kilang dengan kapasitas 300.000 bph. Sungguh miris bukan? Memang tak dapat dipungkiri bangun kilang itu mahal sekali. Tapi jika dibanding impor BBM, dampak ekonomi jangka panjangnya akan lebih hemat kalau memiliki kilang.
Sampai saat ini pemerintah menargetkan untuk melakukan revitalisasi serta pembangunan kilang baru atau Grass Root Refinery (GRR). Pengembangan dan pembangunan kilang ini dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas kilang.
Berdasarkan data Pertamina, jika proyek pengembangan dan pembangunan kilang minyak direalisasikan maka kapasitas tersebut meningkat menjadi 2 juta bph.
Ungkapan keprihatinan RI-1 itu diungkapkan usai menghadiri Rapat Koordinasi Nasional Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah dan Silaturahmi Nasional Bank Wakaf Mikro di Hotel Mulia, Senayan kemarin (10/12/2019).
"Masa 34 tahun gak bisa membangun kilang minyak. Kebangetan. Saya kawal betul akan saya ikuti juga progressnya dan persentasenya sejauh mana." Ungkap mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Kilang minyak punya peranan penting untuk menyuplai kebutuhan energi dan bahan bakar tanah air. Tak hanya itu, produk olahan dari kilang minyak juga berfungsi sebagai bahan baku dalam industri petrokimia.
Saat ini kapasitas kilang Indonesia masih terbatas di angka 1 juta barel per hari (bph). Sementara lifting minyak dalam negeri terus menurun akibat penuaan sumur. Lifting minyak pada 2019 mencapai 750.000 bph.
Padahal kebutuhan bahan bakar serta industri petrokimia terus tumbuh. Mengutip data CEIC, konsumsi minyak masyarakat Indonesia sudah melebihi angka 1,5 juta bph. Inilah yang menyebabkan Indonesia harus mengimpor baik minyak mentah maupun hasil olahannya.
Sepanjang 10 bulan 2019, impor minyak dan gas Indonesia mencapai US$ 17,6 miliar. Jika nominal tersebut dirupiahkan dengan asumsi kurs Rp 14.000/US$ maka nilainya mencapai Rp 246,4 triliun.
Dengan angka tersebut sebenarnya bisa digunakan untuk membangun satu buah kilang dengan kapasitas 300.000 bph. Sungguh miris bukan? Memang tak dapat dipungkiri bangun kilang itu mahal sekali. Tapi jika dibanding impor BBM, dampak ekonomi jangka panjangnya akan lebih hemat kalau memiliki kilang.
Sampai saat ini pemerintah menargetkan untuk melakukan revitalisasi serta pembangunan kilang baru atau Grass Root Refinery (GRR). Pengembangan dan pembangunan kilang ini dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas kilang.
Berdasarkan data Pertamina, jika proyek pengembangan dan pembangunan kilang minyak direalisasikan maka kapasitas tersebut meningkat menjadi 2 juta bph.
Proyek | Kapasitas (Kbpd) | Nilai Investasi (IDR Triliun) |
Revitalisasi/RDMP | 1340 | 246.22 |
Grass Root Refinery | 600 | 396.9 |
Sumber : Laporan Tengah Tahun Pertamina, KPPIP
Next Page
Mahal Sih... Tapi Jangan Sampai Mundur
Pages
Most Popular