
Rudiantara, Dulu Pegang Proyek 10.000 MW Kini 35.000 MW
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
10 December 2019 19:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebelum ditunjuk sebagai orang nomor satu di PLN, sosok Rudiantara ternyata dulu pernah menjabat sebagai wadirut di BUMN strategis itu 10 tahun lalu. Tantangan yang dihadapi oleh Rudiantara tentu akan lebih berat selain karena posisinya sebagai orang nomor wahid tetapi juga karena kompleksitas peran PLN.
Selama menjabat sebagai orang kedua di PLN, Rudiantara berperan besar dalam pencarian pendanaan perusahaan, terutama pinjaman untuk proyek pembangkit listrik 10 ribu megawatt. Namun, Rudiantara mengundurkan diri pada 22 Desember 2009 karena merasa cukup berkarier di PLN dan ditawari posisi lain yang patut dipertimbangkan.
Pada waktu itu Wakil Direktur Utama PLN, Rudiantara mengatakan PLN telah mengantongi komitmen untuk kebutuhan dana pembangunan pembangkit listrik 9.500 MW.
Untuk membangun pembangkit listrik 10.000 MW, dana yang dibutuhkan mencapai Rp 79 triliun. Dana tersebut sudah termasuk uang muka PLN serta pinjaman dari bank dalam maupun luar negeri yang masing-masing senilai sebesar US$5,56 miliar dan Rp 23,2 triliun
Ketika dirinci , pinjaman itu berasal dari Bank Of China untuk PLTU 3 Jawa Timur Tanjung Awar-Awar dengan nilai proyek mencapai US$371,5 juta.
Tak ketinggalan institusi perbankan dalam negeri juga ikut serta dalam proyek tersebut. Institusi perbankan tersebut adalah Bank BCA dan Bank BRI yang menyalurkan kredit sindikasi senilai Rp 3 triliun untuk 4 PLTU di Riau.
Sementara untuk proyek transmisi 10.000 MW terdiri dari tiga perjanjian kredit. Perjanjan pertama adalah paket kredit sindikasi Bank Mandiri dan BCA untuk 26 proyek transmisi di Jawa. Total kredit mencapai Rp 2,6 triliun.
Pekt kredit sindikasi yang kedua dibiayai oleh Bank BNI dan Bank BRI untuk 20 proyek transmisi di luar Jawa senilai Rp1,9 triliun. Dan yang terakhir paket 3 dengan Bank BCA untuk porsi rupiah tiga buah kontrak proyek gas insulated switchgear (GIS) dan under ground cable di Jawa senilai Rp 327 miliar.
Pada tahun 2009 proyek pembangkit listrik 10.000 MW ini juga melibatkan partisipasi dari bank daerah (BPD). Ini merupakan kali pertama Bank Daerah ikut serta dalam proyek semacam ini.
Kala itu PLN menandatangani dua buah perjanjian kredit sindikasi dengan BPD yang tergabung dalam Asbanda-PLN Merah Putih. Bank DKI berlaku sebagai Lead Arranger dan diampingi dengan Bank Jatim sebagai Co Lead Arranger.
Tiga tahun berselang proyek tersebut baru mencapai 64% di tahun 2012. Setelah menemui berbagai kendala, akhirnya proyek tersebut baru selesai di tahun 2014, setelah direncanakan sejak 2006.
Selama menjabat sebagai orang kedua di PLN, Rudiantara berperan besar dalam pencarian pendanaan perusahaan, terutama pinjaman untuk proyek pembangkit listrik 10 ribu megawatt. Namun, Rudiantara mengundurkan diri pada 22 Desember 2009 karena merasa cukup berkarier di PLN dan ditawari posisi lain yang patut dipertimbangkan.
Pada waktu itu Wakil Direktur Utama PLN, Rudiantara mengatakan PLN telah mengantongi komitmen untuk kebutuhan dana pembangunan pembangkit listrik 9.500 MW.
Ketika dirinci , pinjaman itu berasal dari Bank Of China untuk PLTU 3 Jawa Timur Tanjung Awar-Awar dengan nilai proyek mencapai US$371,5 juta.
Tak ketinggalan institusi perbankan dalam negeri juga ikut serta dalam proyek tersebut. Institusi perbankan tersebut adalah Bank BCA dan Bank BRI yang menyalurkan kredit sindikasi senilai Rp 3 triliun untuk 4 PLTU di Riau.
Sementara untuk proyek transmisi 10.000 MW terdiri dari tiga perjanjian kredit. Perjanjan pertama adalah paket kredit sindikasi Bank Mandiri dan BCA untuk 26 proyek transmisi di Jawa. Total kredit mencapai Rp 2,6 triliun.
Pekt kredit sindikasi yang kedua dibiayai oleh Bank BNI dan Bank BRI untuk 20 proyek transmisi di luar Jawa senilai Rp1,9 triliun. Dan yang terakhir paket 3 dengan Bank BCA untuk porsi rupiah tiga buah kontrak proyek gas insulated switchgear (GIS) dan under ground cable di Jawa senilai Rp 327 miliar.
Pada tahun 2009 proyek pembangkit listrik 10.000 MW ini juga melibatkan partisipasi dari bank daerah (BPD). Ini merupakan kali pertama Bank Daerah ikut serta dalam proyek semacam ini.
Kala itu PLN menandatangani dua buah perjanjian kredit sindikasi dengan BPD yang tergabung dalam Asbanda-PLN Merah Putih. Bank DKI berlaku sebagai Lead Arranger dan diampingi dengan Bank Jatim sebagai Co Lead Arranger.
Tiga tahun berselang proyek tersebut baru mencapai 64% di tahun 2012. Setelah menemui berbagai kendala, akhirnya proyek tersebut baru selesai di tahun 2014, setelah direncanakan sejak 2006.
Next Page
Kini Rudiantara Pegang Proyek 35.000 MW
Pages
Most Popular