Pak Luhut, Mustahil Genjot Lifting 1 Juta Barel Pakai EOR!

Gustidha Budiartie & Anisatul Umah, CNBC Indonesia
04 December 2019 11:17
Pemerintah ingin genjot lifting RI ke 1 juta barel sehari dengan teknologi EOR. Praktisi menilai hal itu mustahil.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintah sedang mencari cara untuk menekan defisit impor migas. Salah satunya adalah dengan cara menggenjot produksi dalam waktu singkat menggunakan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) di sumur-sumur produksi yang sudah berumur.

Rata-rata produksi dan lifting minyak RI saat ini di angka 745 ribu barel sehari, jauh dibanding angka konsumsi yang mencapai 1,3 juta barel sehari. Ini berdampak dengan tingginya impor minyak, baik berupa BBM maupun minyak mentah atau crude oil.

Dua hari lalu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan mengumpulkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk di antaranya 10 kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) penghasil migas tertinggi di negeri ini.

Luhut meminta agar mereka mengoptimalkan teknologi EOR di sumur-sumur produksi mereka. Lumayan barang menambah 1000 barel, 5000 barel, atau 20 ribu barel sehari dari EOR.



"EOR itu paling cepat, di samping pencarian source baru," katanya, Senin (2/12/2019).

Solusi ini berangkat dari keyakinan bahwa RI masih punya potensi cadangan 1,6 miliar barel yang bisa digali dengan pemanfaatan EOR.

"Ada 1,6 miliar barel yang bisa EOR, saya minta mereka (kontraktor) untuk segera buat planning bagaimana menggunakan EOR untuk bisa tingkatkan 1 juta barel lagi," ujar Luhut.



Tapi bisakah EOR jadi juru selamat anjloknya lifting migas?

Praktisi migas dan anggota Bimasena Energy Team Ari Soemarno mengatakan tidak mungkin menggenjot lifting dalam waktu singkat hanya dengan mengandalkan EOR. "Apalagi bila dalam waktu 5 tahun mendatang, bila EOR dilakukan secara masif dan intensif paling mampu untuk tahan laju penurunan," jelasnya, Selasa (3/12/2019).

Lagi pula, ia menambahkan, jika ingin melakukan EOR tak bisa diburu-buru. Perlu penelitian, studi, maupun perencanaan yang matang untuk setiap lapangan yang akan diterapkan teknologi tersebut. Jadi, tidak bisa langsung dikerjakan.

"Sekarang, produksi minyak kita tinggal 735 ribu barel per hari, jadi kalau mau naik ke 1 juta barel kan mesti naikkan 50%, kenaikan yang tinggi sekali."

Hal serupa juga diungkap oleh pengamat migas Priagung Rakhmanto. Menurut dia, memungkinkan memang menaikkan produksi dengan EOR, tapi tidak bisa serta merta melonjak ke 1 juta barel dan tidak dalam jangka waktu pendek.

"Harus ada dari lapangan baru lagi sekelas Cepu, Rokan, bisa 5-10 tahun. Potensi 1,6 miliar barel sih memang memungkinkan dari EOR. Tapi kalau untuk jadi produksi 1 juta barel per hari ya harus dengan lapangan baru juga," ungkapnya.



[Gambas:Video CNBC]


(gus/gus) Next Article EOR Bukan Sulap, Tak Bisa Genjot Produksi Minyak RI Instan!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular