
Siap-siap! Musim Jualan Tol Sudah Tiba
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
29 November 2019 09:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah era Presiden Jokowi telah merampungkan banyak ruas jalan tol. Hingga akhir 2019 ini, setidaknya diprediksi total panjang tol yang terbangun sekitar 2.200 km, termasuk Tol Trans Jawa.
Belum cukup, Jokowi menargetkan pembangunan 2.500 km tol baru hingga 5 tahun ke depan. Beberapa BUMN yang biasa membangun tol butuh dana segar. Salah satu strateginya ialah menjual tol lama, lalu dananya untuk membangun tol lagi. Musim jual tol akhirnya telah tiba.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Danang Parikesit memprediksi, banyak operator akan melepas konsesi ke pihak lain. Hal ini dilakukan sebagai upaya menguatkan modal membangun tol baru.
"Kita juga punya sangat banyak peminat investasi tapi bukan yang akan dibangun. Yang operasi, kemudian take over," ungkapnya saat berbincang dengan CNBC Indonesia di Jakarta, belum lama ini.
Nantinya, uang hasil penjualan tol itu bisa dimanfaatkan untuk investasi membangun tol baru.
"Jadi ini menurut saya, 5 tahun ke depan dugaan saya karena sudah cukup banyak tol yang beroperasi, akan cukup banyak terjadi akuisisi. Jadi pindah tangan, pindah kepemilikan saham," kata mantan Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) ini.
Danang menjelaskan, banyak investor lebih memilih sebagai operator tol ketimbang kontraktor proyek tol. Hal ini menurutnya wajar lantaran tidak semua perusahaan punya pengalaman membangun tol dengan segala risiko yang ada.
Dikatakan, dalam 5 tahun terakhir ini sejumlah badan usaha sudah gencar menghabiskan modalnya untuk bangun tol. Hasilnya, Tol Trans Jawa tersambung dari barat ke timur.
"Trans Sumatera sudah mulai tersambung. Ada beberapa ruas tol di Sulawesi Selatan misalnya, secara jaringan sudah terbentuk. Kita sedang mengembangkan dan akan segera mengoperasikan tol pertama kita di Kalimantan," kata Danang.
Dengan semakin banyaknya ruas tol yang beroperasi, Danang menilai ini sebagai kesempatan yang baik bagi para pemain baru masuk ke bisnis tol. Belakangan saja fenomena shifting dari perusahaan yang sebelumnya cuma fokus pada konstruksi, mulai ikut mengelola operasional tol.
"Dan ini baik bagi iklim usaha kita karena menjadi sangat dinamis," sebutnya.
Peluang ini juga terbuka lebar bagi investor swasta asing. Artinya, pihak asing yang selama ini ogah membangun tol, bisa langsung membeli tol yang telah beroperasi.
"Saya kasih contoh misalkan ya sekarang ada konsesi, BUMN membangun Trans Jawa, mereka sudah selesai konstruksi, mereka sudah operasi dan sahamnya mereka lepas kepada swasta asing atau internasional yang juga ingin berpartisipasi," tandasnya.
Tak hanya itu, pemerintah membidik investasi dari negara Timur Tengah untuk terlibat proyek tol di Indonesia. Danang Parikesit, memperkirakan panjang tol baru yang akan dibangun pada 2020-2024 mencapai 2.500-3.000 km yang menjadi target Presiden Jokowi.
"Itu kan pasti akan membutuhkan dana yang cukup banyak," ungkap Danang.
Perkiraan total investasi untuk 2.500-3.000 km itu berkisar antara Rp 380-450 triliun. Danang menyebut, pergerakan angka investasi di rentang tersebut bisa terjadi, tergantung pada biaya per km untuk masing-masing ruasnya.
Di sisi lain, kekuatan permodalan para pemain tol di Indonesia sudah mulai terbatas. Hal ini disebabkan banyaknya proyek yang telah terbangun selama 5 tahun belakangan.
"Kita akan lebih banyak terbuka terhadap investor dari asing, termasuk misalnya dari Timur Tengah," beber Danang.
Selama ini, dia menilai investasi dari Timur Tengah untuk proyek tol belum banyak dimanfaatkan. Ke depan peluang tersebut akan dioptimalkan.
Saat ini, pemerintah telah menyiapkan sejumlah aspek untuk mendukung datangnya aliran dana dari Timur Tengah. Dikatakan, pada pertengahan tahun depan, tepatnya pada Q2-2020, pemerintah sudah punya acuan.
"Kita harapkan kita sudah memiliki sebuah dokumen tender yang sifatnya syariah compliance, sehingga kita bisa mengajak juga teman-teman dari Middle East [Timur Tengah]," bebernya.
Pemerintah juga mendorong penarikan uang dari pasar modal, dan sumber-sumber lainnya.
"Ini yang kita coba untuk dorong ya. Karena kan kalau kita lihat historisnya, pasar modal belum banyak dimanfaatkan oleh sektor investasi jalan tol," kata Danang.
Dia mengaku tengah menjajaki sejumlah kerja sama dengan beberapa perusahaan sekuritas. Danang ingin ada produk terkait investasi tol bisa dijual secara retail di pasar modal. "Sehingga masyarakat bisa mengakses investasi jalan tol lebih mudah," ungkapnya.
Produk tersebut bisa berupa obligasi dari perusahaan pemilik konsesi tol, atau juga surat utang swasta. Kemudian, bisa juga berupa reksa dana, dengan aset yang dikelola pengusaha jalan tol, atau oleh investor institusi berupa reksa dana penyertaan terbatas (RDPT).
"Salah satu potensi di kita untuk infrastruktur itu adalah di capital market. Oleh karena itu beberapa badan usaha kami itu sudah mulai mengembangkan bersama-sama dengan sekuritas produk-produk capital market yang bisa dibeli oleh retail. Sehingga kita betul-betul bisa mengajak masyarakat untuk investasi," lanjutnya.
Dia mengatakan, dalam 2-3 tahun ke depan akan banyak instrumen-instrumen baru pada aspek permodalan sektor jalan tol.
"Sehingga masyarakat yang sifatnya retail maupun institusi bisa aman investasi di jalan tol," bebernya.
Ini sumber dana Astra Infra kuasai 55% saham Cipali
Belum cukup, Jokowi menargetkan pembangunan 2.500 km tol baru hingga 5 tahun ke depan. Beberapa BUMN yang biasa membangun tol butuh dana segar. Salah satu strateginya ialah menjual tol lama, lalu dananya untuk membangun tol lagi. Musim jual tol akhirnya telah tiba.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Danang Parikesit memprediksi, banyak operator akan melepas konsesi ke pihak lain. Hal ini dilakukan sebagai upaya menguatkan modal membangun tol baru.
![]() |
Nantinya, uang hasil penjualan tol itu bisa dimanfaatkan untuk investasi membangun tol baru.
"Jadi ini menurut saya, 5 tahun ke depan dugaan saya karena sudah cukup banyak tol yang beroperasi, akan cukup banyak terjadi akuisisi. Jadi pindah tangan, pindah kepemilikan saham," kata mantan Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) ini.
Danang menjelaskan, banyak investor lebih memilih sebagai operator tol ketimbang kontraktor proyek tol. Hal ini menurutnya wajar lantaran tidak semua perusahaan punya pengalaman membangun tol dengan segala risiko yang ada.
Dikatakan, dalam 5 tahun terakhir ini sejumlah badan usaha sudah gencar menghabiskan modalnya untuk bangun tol. Hasilnya, Tol Trans Jawa tersambung dari barat ke timur.
"Trans Sumatera sudah mulai tersambung. Ada beberapa ruas tol di Sulawesi Selatan misalnya, secara jaringan sudah terbentuk. Kita sedang mengembangkan dan akan segera mengoperasikan tol pertama kita di Kalimantan," kata Danang.
Dengan semakin banyaknya ruas tol yang beroperasi, Danang menilai ini sebagai kesempatan yang baik bagi para pemain baru masuk ke bisnis tol. Belakangan saja fenomena shifting dari perusahaan yang sebelumnya cuma fokus pada konstruksi, mulai ikut mengelola operasional tol.
"Dan ini baik bagi iklim usaha kita karena menjadi sangat dinamis," sebutnya.
Peluang ini juga terbuka lebar bagi investor swasta asing. Artinya, pihak asing yang selama ini ogah membangun tol, bisa langsung membeli tol yang telah beroperasi.
"Saya kasih contoh misalkan ya sekarang ada konsesi, BUMN membangun Trans Jawa, mereka sudah selesai konstruksi, mereka sudah operasi dan sahamnya mereka lepas kepada swasta asing atau internasional yang juga ingin berpartisipasi," tandasnya.
Tak hanya itu, pemerintah membidik investasi dari negara Timur Tengah untuk terlibat proyek tol di Indonesia. Danang Parikesit, memperkirakan panjang tol baru yang akan dibangun pada 2020-2024 mencapai 2.500-3.000 km yang menjadi target Presiden Jokowi.
"Itu kan pasti akan membutuhkan dana yang cukup banyak," ungkap Danang.
Perkiraan total investasi untuk 2.500-3.000 km itu berkisar antara Rp 380-450 triliun. Danang menyebut, pergerakan angka investasi di rentang tersebut bisa terjadi, tergantung pada biaya per km untuk masing-masing ruasnya.
Di sisi lain, kekuatan permodalan para pemain tol di Indonesia sudah mulai terbatas. Hal ini disebabkan banyaknya proyek yang telah terbangun selama 5 tahun belakangan.
"Kita akan lebih banyak terbuka terhadap investor dari asing, termasuk misalnya dari Timur Tengah," beber Danang.
Selama ini, dia menilai investasi dari Timur Tengah untuk proyek tol belum banyak dimanfaatkan. Ke depan peluang tersebut akan dioptimalkan.
Saat ini, pemerintah telah menyiapkan sejumlah aspek untuk mendukung datangnya aliran dana dari Timur Tengah. Dikatakan, pada pertengahan tahun depan, tepatnya pada Q2-2020, pemerintah sudah punya acuan.
"Kita harapkan kita sudah memiliki sebuah dokumen tender yang sifatnya syariah compliance, sehingga kita bisa mengajak juga teman-teman dari Middle East [Timur Tengah]," bebernya.
Pemerintah juga mendorong penarikan uang dari pasar modal, dan sumber-sumber lainnya.
![]() |
"Ini yang kita coba untuk dorong ya. Karena kan kalau kita lihat historisnya, pasar modal belum banyak dimanfaatkan oleh sektor investasi jalan tol," kata Danang.
Dia mengaku tengah menjajaki sejumlah kerja sama dengan beberapa perusahaan sekuritas. Danang ingin ada produk terkait investasi tol bisa dijual secara retail di pasar modal. "Sehingga masyarakat bisa mengakses investasi jalan tol lebih mudah," ungkapnya.
Produk tersebut bisa berupa obligasi dari perusahaan pemilik konsesi tol, atau juga surat utang swasta. Kemudian, bisa juga berupa reksa dana, dengan aset yang dikelola pengusaha jalan tol, atau oleh investor institusi berupa reksa dana penyertaan terbatas (RDPT).
"Salah satu potensi di kita untuk infrastruktur itu adalah di capital market. Oleh karena itu beberapa badan usaha kami itu sudah mulai mengembangkan bersama-sama dengan sekuritas produk-produk capital market yang bisa dibeli oleh retail. Sehingga kita betul-betul bisa mengajak masyarakat untuk investasi," lanjutnya.
Dia mengatakan, dalam 2-3 tahun ke depan akan banyak instrumen-instrumen baru pada aspek permodalan sektor jalan tol.
"Sehingga masyarakat yang sifatnya retail maupun institusi bisa aman investasi di jalan tol," bebernya.
Ini sumber dana Astra Infra kuasai 55% saham Cipali
(tas/tas) Next Article Soal Tol di Bali, BPJT: Jangan Sampai Gerus Lahan Pertanian
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular